"Kirana, pulang sekolah nanti kamu piket bareng temanmu yang piket hari ini ya."
Gue yang baru saja selesai menjawab soal di papan tulis pun mengangguki ucapan Bu Riska, lalu balik lagi ke Meja.
"Sher, yang piket hari ini siapa?" Tanya gue pada Sherli yang diam diam sedang ngemil.
"Gue, Nadia, Kirey ama mereka," ia menunjuk tiga orang yang ada di depan gue.
Ya mereka.
Akbar, Axsel dan Roni.
"Mereka?" Unjuk gue pada ketiga nya yang asik bercanda.
"Iyalah, siapa lagi?"
Gue menghembuskan nafas panjang sambil bersandar ke dinding. Kenapa harus sama Akbar sih? Akbar lagi Akbar lagi.
Ini udah hari ke tiga di hidup gue selalu ada nama Akbar yang muncul. Dia bisa ga sih lenyap aja dari bumi? Sorry, maksud nya dari dunia wattpad ini?
Ga bisa dong pinter, ceritanya kan belum selesai — Author tjakep
Oh iya lupa.
"Sebentar lagi waktu nya pulang, kalo gitu pelajaran nya ibu akhiri sampai di sini. Kita lanjut di pertemuan berikutnya ya," Bu Riska membereskan buku buku nya dan keluar dari kelas setelah kami semua memberi salam.
"BANGKU BANGKU JANGAN LUPA ANGKATIN WOY!" Tiba-tiba saja Kirey berteriak sambil menaikan kursi nya ke atas meja.
"EDO BANGSAT NAIKIN BANGKU LO!" Kirey menunjuk Edo yang sudah berlari keluar dari kelas.
"HEY KAUM MANUSIA! ANGKATIN BANGKU KALIAN SEMUA KE ATAS MEJA!" Kirey masih berteriak sambil membawa bawa sapu "BODO AMAT GUE GA PEDULI KALO AMPE BANGKU KALIAN BESOK NYANGSANG DI POHON MANGGA." Ia menunjuk beberapa orang yang sudah keluar dari kelas dengan sapu.
Gue hanya bisa menatap kaget ke arah nya, lain lagi dengan Sherli dia malah asik memakan permen sambil mengangkat bangku nya.
Axsel sendiri malah ogah ogahan buat beresin buku nya, "ya tuhan, Jodoh gue berisik banget sih?!"
Akbar yang mendengar ucapan Axsel pun tersenyum miring, "KIREY! TEMEN GUE DEMEN AMA LO NIH, KATA NYA MPPHHH—"
Namun tiba-tiba saja mulutnya dibekap oleh tangan Axsel. Kirey yang mendengar nama nya di sebut pun menoleh, namun Axsel hanya cengengesan "Ehehe."
"KATA NYA KAPAN MAU JADI PACAR NYA?!" Roni kini ikut ikutan berteriak membuat Kirey langsung menatap malas ke arah Axsel.
"AMIT AMIT! LO TAU AMIT AMIT?!"
Gue dan Sherli sama sama menahan tawa, lalu Sherli menepuk-nepuk pundak Axsel setelah dirinya melepaskan bekapan di mulut Akbar.
"Amit amit lho Xell, ingetin sekarang udah ke 99 kalinya dia bilang begitu."
Gue tercengang saat mendengar ejekan Sherli.
"99 kali? Maksudnya? Kirey--"
"Iya ini udah ke 99 Kali nya Axsel di Amit amit-in sama Kirey, AHAHAHA."
Kasihan sekali kau teman.
"WOY! LO BERLIMA MAU DIEM DI SITU AJA HAH?! MAU GUE LAPORIN GURU PIKET APA BEGIMANA NIH?!" Kirey berkacak pinggang sambil menatap kami, "CEPETAN PIKET!"
•
•
Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif.
Gue berdecak kesal sambil memandangi layar handphone gue, sudah ke tiga kalinya gue menelpon mama namun yang menjawab malah suara operator.
"Mama ayoo dongg," gue gereget sendiri sambil ngetik pesan ke Mama.
Rasanya pengen nangis aja.
Mana sekolahan udah sepi lagi, kalo sampe ada geng yang mau tawuran terus gue di jadiin sanderaan terus gue di tolongin sama cogan terus—
Oke udah cukup.
Cerita itu ga berlaku pada gue.
"Mamaaa iii—" Gue duduk di halte sambil menutup wajah gue dengan kedua tangan
Namun tiba-tiba saja ada suara motor yang berhenti di depan gue, gue mendongak dan mendapati Akbar yang duduk di atas motornya.
"Ga usah nangis, dasar cengeng," Ia mematikan mesin motor nya dan melepas helm nya.
"Apaan? Emang gue nangis?!"
"Naik, gue anterin lo pulang."
"Enggak makasih, gue cari ojol aja."
Gue pun kembali menatap layar handphone dan membuka aplikasi ojek online, mencari cari ojek terdekat tapi enggak ketemu.
"Ga ada ya? Kasian euy," Akbar lagi lagi mengejek gue sambil melihat layar handphonenya.
"Ada kok!" Jawab gue bohong
Tapi ternyata Akbar lebih pinter dari gue.
Dia malah nunjukin handphone nya yang lagi masuk di aplikasi ojek online, seketika gue langsung malu. Karna gue udah ketauan bohong.
"Mau naik apa enggak? Kalo enggak gue mau balik—"
Saat Akbar memakai kembali Helm nya gue berdiri sambil menahan nya, "tunggu tunggu."
"Naik gausah banyak bacot," ia menggedikkan dagu nya ke jok belakang, "gue ga bakal ngulangin lagi perkataan gue. Cepet naik."
Dengan berat hati gue pun berjalan malas ke arah nya, berdecak pelan sambil berdiri di sampingnya, "helm gue mana?" Pinta gue.
"Ga pake helm juga lo pasti bakal selamat, tenang aja."
Gue hanya berdecak kesal sambil menatap malas ke arah nya, lalu gue memegangi kedua pundak akbar untuk naik ke atas motornya.
"Udah cepetan jalan, ke jalan Tebet Barat."
"Lo pikir gue tukang Ojek hah?!"
"Ck jalan aja apa susah nya sih?! Gue bayar lo kok, tenang aja."
•
•
Di perjalanan gue cuman mandang jalanan yang sedikit ramai, bahkan masih ada aja anak anak sekolahan lain yang nongkrong nongkrong di pinggir jalan.
Lalu tak sengaja mata gue melihat ke arah spion, yang ternyata akbar juga lagi liatin gue.
Tahan, jangan baper.
"Apa liat liat?!" Gue menaikan kedua alis gue, "Liatin ke depan, gausah ke gue."
"Dih ge-er. Lagian males banget gue liatin muka lo. Jalanan aja lebih enak di pandang daripada muka lo."
"Bangsat sialan!" Gue memukul kepala nya dengan kencang, tapi malah tangan gue yang sakit karna helm nya.
"Sakit 'kan lo? Lagian sih bego banget jadi orang, udah tau gue pake helm masih aja di pukul."
Tau ah gue males banget sama lo, mending gue turun di sini ajalah. Bawaan nya emosi mulu kalo ada di deket Akbar.
Grrrggh.
Gue memegangi perut gue yang terasa perih, terakhir gue makan kapan sih? Kok udah laper aja. Apa gara gara emosi jadi bawaan nya laper?
Bisa jadi.
Gue menepuk nepuk pundak akbar pelan, lalu dirinya menoleh sesaat ke arah gue, "Apa?"
"Mampir dulu ke restoran dong, gue laper banget nih. Hehe."
"Cih, tiba-tiba berubah. Lo Ultraman?"
"Ish yaudah kalo ga mau mampir."
"Oke, pegangan yang kuat, gue mau ngebut."
Ha?
Dia beneran mau mampir beli makan?
Belum sempat gue menolak, Akbar sudah lebih dulu mengambil tangan gue dan mengalungkan nya di perut.
Seketika gue langsung menelan ludah, jantung gue rasanya udah mau keluar.
Bahkan, usus 12 jari gue nambah 1.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT BOYFRIEND
Fiksi Remaja❝Tuhan memang baik ya, dia bisa mempertemukan kembali aku dan kamu yang sudah terpisah sejak awal bertemu.❞ Apakah ini bisa disebut dengan takdir? Ini cerita pertama saya. Maaf kalo sedikit absurd dan tidak jelas, apalagi kalau ada typo dan kata yan...
