EPILOG

3.4K 91 20
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya, Kirana Marchela binti Reza Adi Firmansyah dengan mas kawin tersebut dibayar TUNAI!"

"SAAAAHHH!!" Semua yang hadir diacara tersebut berucap secara bersamaan, namun secara bersamaan pula mereka tertawa karena Akbar yang meninggikan kata 'tunai' diakhir kalimatnya.

"Gak sabar nich si bapak, pengen buru-buru whahaha," kata Ucup sambil merekam kejadian tadi dengan handphonenya.

Biasa untuk instastory.

"Ya ampun, memalukan. Benar-benar memalukan, kenapa aku harus hadir dalam acara seperti ini?" Kata Roni yang duduk di samping Sherli.

"Gue juga malu jadi pasangan lo," Sherli berucap dengan sarkas sambil mengibaskan rambutnya.

"Penganten mah emang bebas, mentang-mentang penganten malah bebas. Kadang, penganten mah gitu, suka bebas."

Ucup, Satrio, dan Raka, menoleh bersamaan ke arah Panca. Raka yang berada tepat di sampingnya menatapnya, "hah?"

"Lo ngomong apaan sih? Kadang otak gue terlalu bodoh buat ngerti ucapan lo. Atau, emang ucapan lo yang terlalu bodoh sampe-sampe otak gue gak bisa berfikir?"

"Woy dah selese woy, cepet makan anjir makan. Tuh stand baso masih sepi tuh, ayok lah anjir," kata Raka bersiap untuk pergi.

Namun dengan cepat Satrio menarik kerah belakang kemejanya. "Lo gak mau salaman dulu sama penganten, hah?"

"Woy, ayok lah foto dulu sama Akbar." Roni tiba-tiba menghampiri mereka berempat untuk mengajak foto bersama. "Ya kali gak foto, temen kita tuh."

"Lama-lama lo kayak Ucup, updatttee terus," cibir Sherli.

"Eh iya," mereka menoleh ke arah Panca bersamaan. "Gue kemaren gak bungkus kado, sibuk. Nih kado dari gue."

"Mppffhhtt hahahaha anjir anjirr. Wah bener-bener ya lo, masa dikasih beginian?" Ucap Raka setelah melihat isi paperbag yang ia rampas barusan.

"Kondom broooo hahahaha," ucup tertawa puas sambil memukul-mukul Satrio.

"Yeh biarin ah, dari pada kalian? Ngasih kado kagak? Mending patungan aja nih gantiin kondom yang gue beli." Jedanya. "Gue malu anjir mana tadi kasir nya cewek lagi, ngeliatinnya sambil ketawa-ketawa. Dikiranya gue masih bujang SMA yang mau ngewong di rumah kosong kali, ya?"

"Ya wajar lah dia ketawa-ketawa," kata Sherli menjeda kalimatnya. "Lo belinya aja ampe sepuluh biji anjir."

.
.

"Satu, dua, tiga--"

"CERAAAAIIIIIIII."

Mereka kompak mengucapkan kata cerai saat photografer memberi aba-aba untuk berfoto. Akbar yang berada di tengah-tengah mereka langsung kesal.

"Kok cerai sih anjir? Gue baru nikah ya, masa dah cerai. Ah lo pada gimana sih. Turun sana lo pada ah," katanya merajuk.

Mereka pun kompak bubar, "yaudah yuk bubar-bubar, turun semua turun."

"Makan baso aja kata gue juga."

"Yaudeh dah, mending makan aja."

"Woy!" Panca memanggil mereka semua agar tidak turun. "Ini gimana? 'kan belom dikasihin," katanya sambil mengangkat paperbag yang sedari tadi ia pegang.

"Sama lo lah, yakali sama gue? Lo yang beli. Sana kasihin gausah malu-malu." Kata Satrio mengejek.

Panca pun akhirnya mengiyakan kemauan teman-temannya. Mereka semua berdiri menonton Panca yang ragu-ragu memberikan kado dari mereka. Akbar semakin penasaran saat mereka semua tertawa-tawa.

"Lo ngasih apaan sih, Pan?" Tanya nya.

"Nih, lo ambil dah. Dari kita semua, patungan hehe." Panca menyerahkan paperbag itu. Akbar pun dengan senang menerimanya.

"Oh iya, thanks ya," katanya masih tersenyum.

Namun, senyuman itu hilang seketika saat dirinya melihat apa isi dari kado tersebut.

"Anjrit kalian semua."

.
.

Dengan dress selutut dan sepatu high heels, Kirey berjalan malu-malu memasuki acara pernikahan temannya dulu.
Rambutnya ditata rapih, dengan riasan yang terlihat natural diwajahnya.

Kirey berhenti sesaat untuk melihat teman-temannya yang sedang asik bercanda ria. Ia tersenyum tipis melihat mereka sebahagia itu. Lalu, kini tatapannya beralih pada temannya yang kini berdiri di atas pelaminan. Kirey ikut tersenyum saat mereka berdua tersenyum bahagia.

"Kirana, Akbar, selamat yaa ... Sorry, gue dateng terlambat, " katanya saat menghampiri Kirana di atas pelaminan.

"Eh Kirey? Iya gapapa santai aja. Eh iya btw, lo dateng sendiri?" Tanya Kirana.

"Iya,gue dateng sendiri. Mau sama siapa lagi? Hahaha."

"Hm yaudah kalo gitu, gue langsung turun ya. Kesian yang lain mau ikut salaman juga sama lo, nanti gue balik lagi buat foto bareng lo, yaa."

Kirey memeluk Kirana sebentar sebelum akhirnya turun dari pelaminan. Senyuman yang tadinya terukir kini hilang.

Ia menghela nafas panjang sambil menunduk melihat ke arah sepatunya. Sebenarnya bukan untuk mengecek sepatunya, tapi untuk menahan tangis.

Ia menarik nafas dalam-dalam dan melanjutkan langkahnya. Namun, baru saja selangkah dirinya berjalan kini ia sudah berhenti lagi.

Tatapannya lurus menatap seorang dengan kemeja batik dan rambut yang rapih datang dari pintu masuk. Lelaki itu tersenyum lebar sambil terus berjalan.

Kirey yang melihat itu tak kuasa menahan tangisnya, ia menangis dengan senyum mengembang. Tak peduli lagi tatapan orang-orang yang menyebutnya aneh.
Sebenarnya ada rasa terkejut dan tidak menyangka saat lelaki itu muncul dari arah pintu masuk.

Sepuluh langkah lagi lelaki itu tepat akan berdiri di hadapannya. Ini benar-benar nyata, bukan mimpi. Lelaki itu, lelaki yang selama ini sangat ingin ia jumpai. Lelaki itu yang selama ini dirindukan nya.

Lelaki itu datang. Dia datang kembali.

Kini wujudnya benar-benar ada di depannya. Kirey benar-benar tidak bermimpi. Ini benar-benar nyata. Dia ada di sini.

"Hai... long time no see."




— END —

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang