CHAPTER 07

2.1K 97 0
                                    

"Bar? Di kelas kita yang sering make hodie siapa?"

Gue bertanya padanya sambil berjalan menuju parkiran, kini sekolah sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa siswa ekskul yang sedang pemanasan di sini.

"Roni sering pake hodie."

Gue berdecak. "Selain Roni siapa lagi?"

Akbar menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah gue. Gue pun ikut berhenti, mendongak untuk menatap nya.

Kalo jalan di samping Akbar, gue berasa jadi anak TK di samping anak SMA.

"Kenapa emang?"

Mata nya memicing memperhatikan gue dengan seksama, gue pun langsung menggeleng dan melanjutkan langkah gue yang tertunda.

Namun Akbar dengan cepat mengejar gue sampai ke parkiran, ia mencekal lengan gue saat akan mengambil helm yang di gantung di spion.

"Lo kenapa?"

"Apaan sih? Orang gue ga kenapa kenapa."

"Kenapa lo tadi tiba-tiba nanya kayak gitu?"

"Gapapa elah, gue cuman asal ngomong doang. Cepet nyalain motornya, gue capek mau pulang."

Aneh memang, debat di parkiran kayak orang pacaran lagi berantem

Eh.


"KIRANAA??"

Saat gue sedang asik main hp sambil nonton TV, Mama berteriak dari arah dapur. Gue berdecak sambil mendudukan diri

"Tolong anterin baju kotor ke laundry dong, Mama capek banget nih."

Gue mendengus sambil berjalan kearahnya yang sudah menenteng dua kresek baju-baju kotor.

"Kenapa ga panggil orang nya ke sini aja sih ma?"

"Gausah protes kamu! Cepetan entar keburu sore."

Mau tak mau gue menuruti perintahnya. sore ini agak mendung, jalanan komplek menjadi lembab karna gerimis tiba-tiba saja turun. Gue berjalan santai dengan pakaian santai dan sendal jepit, sambil menenteng dua kresek yang gue ayunkan.

"Orang tadi siapa ya? Penasaran banget gue."

"Pake hodie item, trus ada bordiran planet Saturnus di tengah nya."

Gue bergumam sendiri sambil mengingat ngingat ciri ciri orang dan hodie yang di kenakan nya, "orang nya agak tinggi dari gue, suara nya suara perempuan."

"Kenal sama gue lagi, tapi siapa?"

"Hodie, Nadia. Apa jangan jangan ... Emang orang tadi itu Nadia?"

Tak butuh waktu lama untuk gue ke depan komplek dengan berjalan kaki, karna saat ini gue sedang menyebrang jalan untuk menuju tempat laundry

Tapi saat gue di sana, ada seseorang yang menyapa gue.

"Eh Kirana? Mau nge-laundry juga?"

Gue menoleh ke arah nya, mengkerut kan dahi sambil menunjuk diri gue sendiri, "ngomong sama gue?"

"Yaiyalah gila, masa gue ngomong sama baju kotor?!"

"Eh sorry, tapi emang kita saling kenal?"

"Hm gini nih, anak baru tapi ga mau kenalan sama gue." Ia mengulurkan tangan nya. "Olivia, sekertaris kelas. Gue duduk di paling depan."

Gue membalas jabatan tangan nya, "oh iya iya, sorry gue ga inget muka-muka anak kelas. Maklum, masih baru hehe."

Ia melepaskan jabatan tangan nya dan tersenyum sambil mengangguk ngangguk, lalu kemudian ada seorang pegawai dari dalam menghampiri Olivia.

"Udah selesai kak," ia menyerahkan laundry-an Olivia.

"Oh iya kak, makasih ya. Nih uang nya."

Gue memperhatikan laundry-an Olivia yang sudah selesai itu, lalu gue bertanya sebelum dirinya pergi

"Nge-laundry apa? Kok cuman 1?"

"Oh ini, gue abis nge-laundry hodie. Jadi pulang sekolah tadi tuh gue pinjem hodie nya Nadia. karna pas di lapangan, baju gue kesiram aer ceplokan yang ultah anjir." Olivia bercerita sambil melipat hodie nya, "nah yaudah lah gue laundry aja, biar wangi gitu."

"Oh iya paham-paham."

Emang orang kaya mah beda ya? Cuman pake beberapa menit doang langsung cuci.

"Yaudah gue duluan ya."

Gue mengangguk sambil tersenyum singkat padanya, lalu kemudian dirinya melaju dengan motor yang terparkir di depan lapak.

"Kenapa hodie nya bisa sama kayak yang di pake orang tadi?"

Gue bergumam sambil menatap punggung Olivia yang sudah hilang, "jadi? Sebenernya Olivia apa Nadia?"

"Kak? Jadi nge-laundry?"


Sabtu pagi

Gue yang saat itu masih meringkuk di dalam selimut tiba-tiba saja terbangun karna sinar matahari yang masuk lewat sela sela jendela.

Gue menguap sambil melihat ke arah jam dinding, "ah masih jam 8."

Gue menarik lagi selimut sampai sebatas leher, kembali ke alam mimpi dengan sejuknya udara pagi ini.

Namun baru saja beberapa menit gue memejamkan mata, gue di kejutkan dengan gedoran pintu yang lumayan kencang.

DUK DUK DUK DUK

"KIRANA! BANGUN UDAH SIANG! JANGAN MENTANG-MENTANG KAMU LIBUR TRUS BANGUN SIANG YA!"

"CEPETAN TURUN! DI BAWAH ADA YANG NUNGGUIN KAMU! KALO GA TURUN JUGA MAMA PANGGIL TUKANG BEKO BUAT ANCURIN KAMAR KAMU!"

Tukang beko? Apa itu?

Gue berdecak kesal sambil duduk liatin pintu yang terus di gedor sama Mama.

Lama lama pintu nya bolong.

Gue mengumpulkan nyawa sambil sesekali menguap, merapihkan rambut gue yang tampak acak acakan.

"Apa sih Ma?! Apa?" Gue membuka pintu dan mendapati Mama yang melotot sambil berkacak pinggang.

"Hm nyonya udah bangun? Enak gak tidur nya tadi malem? Ada nyamuk? Capung? Belalang?"

"Dikira kamar Kiran sawah kali ya? Ya enggak lah Mama ku cintah!"

"Cepetan mandi, turun kebawah! Ada yang nunggu di bawah."

"Siapa?"


"TA-DA!! KEMBALI LAGI BERSAMA AKBAR SI KASEP NAN PARIPURNA INI!!"

Gue di kejutkan oleh suara Akbar yang menggelegar saat baru saja turun dari tangga

"Eh tante maaf lagi pengen teriak, hehe."

Aneh banget ni anak.

Tolong dong karungin bawa pulang, seret aja gapapa.

"Ngapain ke sini?" Gue berbicara sedikit sarkas padanya, menghampiri nya dengan masih menggunakan piyama dan sendal jepit.

"Yaelah masa main doang ga boleh sih?"

"Main main! Ga punya temen lagi lo main ke rumah gue mulu?!"

"Lah lo kan tau sendiri temen gue gimana? Dua-dua nya pada ga jelas, mana kemaren mereka ninggalin gue sendirian, 'kan? Teman macam apa itu?"

"Ya gue ga peduli, yang jadi pertanyaan gue sekarang adalah, mau ngapain lo ke sini pagi-pagi buta gini?"

"Pagi buta mata lo sipit!" Ia menujuk jam yang tertempel di dinding, "jam 8 lo bilang pagi buta?! Sekarang, cepetan ikut gue. Gausah ganti baju lah, kelamaan."

Gue memperhatikan style pakaian nya pagi ini, "Jangan bilang lo mau ngajak gue joging?"

"Guess right!"



To be continued...

MY PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang