CHAPTER 21

1.6K 63 2
                                    

"Sekarang lo udah paham, kan, sama apa yang gue ajarin tadi?"

Axsel hanya mengerutkan kening dengan pensil yang di ketuk ketukkan di kepala nya. "Susah banget, otak gue ga nyampe."

Gue dan Akbar menghela nafas kasar, tak habis fikir dengan otak Axsel yang terlalu bodoh. Maap.

Sore ini, Axsel dateng ke rumah gue sendirian. Tapi setelah tau hanya ada gue dan Axsel di sini, Akbar buru buru dateng ke sini. Padahal, hanya tinggal hari ini Axsel belajar bareng gue.

Selama beberapa hari ini, Axsel memang rutin dateng ke rumah gue buat belajar. Dia bener bener belajar buat ujian nya. Tapi biasanya, dia dateng bareng Adik perempuannya, entah kenapa sekarang dia malah sendirian.

"Btw Xell, lo sebegitu suka nya sama Kirey?" Akbar bertanya sambil memakan keripik singkong nya.

"Hooh." Jawab nya mantap sambil mencoret coret buku nya, terlihat jelas di wajah nya bahwa dirinya putus asa, "tapi gue gak begitu yakin kalo gue bisa dapetin Kirey."

Suasana tiba tiba menjadi canggung, "kalo ternyata gue ga bisa masuk lima besar, mungkin gue bakal berhenti suka sama dia."

Akbar pindah posisi di samping Axsel, ia menepuk pundak Axsel dengan kencang. "Eish jangan begitu dong, dikit lagi lo pasti bisa dapetin dia. Inget, besok ujian terakhir. Lo kudu bisa!"

Gue tersenyum sendu, "iya Xell, lo pasti bisa! Gue yakin sih, besok lo ga bakal kesusahan."

Axsel meringis, "makasih lho udah nyenengin gue, tapi gue masih ga yakin besok gue beneran bisa."

Akbar pindah posisi lagi, kini ada di depan Axsel. Ia memegang wajah Axsel dengan kedua tangan nya, di tatap nya mata Axsel dengan penuh keyakinan. "Xell, dengerin kata kata gue ini."

"Hilangin semua keraguan lo. Lo udah di ujung jalan, please don't give up. I believe you can do it."

Axsel tersenyum lebar sambil mengangguk, "I can do it! yes I can do it!" Ia berbicara dengan semangat, "for the top five, fighting!"

Gue ikut tersenyum lebar melihatnya kembali semangat. "Okay ada yang semangat balik lagi nih," gue menggoda Axsel yang sedang mengepalkan tangannya di depan dada.

Ia terkekeh, lalu menaruh tangannya di tengah tengah, gue dan Akbar saling bertatapan lalu tersenyum. Akbar menaruh telapak tangannya di atas tangan Axsel, kemudian gue.

Dan sekarang tangan kita saling bertumpuk, Axsel menatap gue dan Akbar secara bergantian. "For the top five?!" Ucapnya lantang.

"FIGHTING! FIGHTING! FIGHTING!"


Hari terakhir ujian.

Axsel sedari tadi menghapal rumus matematika bersama Roni. Sherli sendiri hanya berdoa dan pasrah. Berbeda dengan Kirey yang malah berduaan dengan Raka si anak kelas sebelah.

Entah mulai kapan mereka dekat. Tapi sepertinya mereka baru dekat baru baru ini.

"Ran, liat noh temen kamu, malah berduaan sama si Raka. Udah tau tu anak buaya, mau aja di deketin." Akbar berbicara pada gue dengan mata yang terus melirik Kirey.

Gue mengikuti arah pandang nya, "biarin ajalah mungkin Kirey lagi belajar bareng. Kan, Raka pinter 'kan?"

Akbar menoleh ke arah gue dengan mata malas, "terus? Kamu bilang aku ga pinter gitu?"

"Siapa yang bilang kayak gitu?" Tanya gue sewot. "Kamu mah suka begitu."

Ciiittt

"Bagi seluruh siswa silahkan memasuki ruang ujian masing masing. Ujian akan di mulai sepuluh menit lagi, siapkan peralatan tulis kalian dan tunggu pengawas datang ke ruangan. Terimakasih."

Seluruh siswa langsung berhamburan masuk ke ruangannya masing-masing. Axsel kalang kabut sambil merapalkan doa. Berbeda dengan Roni dan Sherli yang panik namun sok bersikap tenang.

Mereka memang sama. Tak ada bedanya. Jodoh kali.

"Woy kalian masuk!" Kirey berteriak memanggil gue, Akbar dan Axsel. Karna memang kami bertiga satu ruangan sama dia.

"Bentar," Axsel menjawab, lalu berbalik menoleh ke arah Roni dan Sherli, "kalian berdua jangan kerja sama ya!"

"Iya buset iya, udah sana masuk. Gue juga mau masuk!" Usir Roni.

Axsel mengangguk lalu menggandeng bahu Akbar untuk ikut masuk bersama. Gue memberi semangat pada Sherli dan Roni sambil mengikuti langkah Akbar dan Axsel.

"Fighting!"


"WOOAAHH SELESAI JUGA DAH NI UJIAANN!!"

Saat gue dan Kirey keluar kelas bersama, ada Sherli yang juga keluar sambil meregangkan tangan nya.

Kirey pun langsung menghampirinya dan menonjok bahu nya, "yoo ma fren, gimana gimana ujian nya? Enak ga nelen soal matematika?"

"Sakit bego!" Desis nya lalu duduk di bangku depan kelas. "Ya lo rasain aja sendirian enak apa kagak."

Kirey duduk di samping Sherli, ia tertawa pelan sambil mengangguk angguk, "ya bener juga sih."

Saat gue akan duduk di samping Kirey, Akbar dan Axsel keluar bersamaan dari ruangan. Gue pun segera menghampiri nya, "Akbar!"

"Gimana ujian nya? Lancar?" Tanya gue.

Ia mengangkat kedua jempol nya, "mantap! Lancar jaya seperti hubungan kita."

Axsel yang mendengar itu pun langsung pura pura muntah, "uwek anjing. Jijik banget!"

Bertepatan dengan itu, Roni keluar dari ruangan nya. Sherli pun segera menghampirinya, "Roni!" Serunya lantang.

Kami bertiga menatap curiga pada kedua nya. "Kalian sepemikiran sama gue gak sih?" Tanya Axsel.

Gue dan Akbar sama sama mengangguk. "Jangan jangan, mereka ada apa apa lagi?" Tanya gue memastikan.

"Udah pacaran mungkin?" Celetuk Akbar.

Axsel dan Gue sama sama menoleh ke arah Akbar, dengan senyum smirik kami bertiga mengangguk bersamaan.

"PAJAK JADIAN! PAJAK JADIAN! PAJAK JADIAN!"

Roni dan Sherli sama sama menoleh setelah mendengar suara keprokan tangan dari kami bertiga. Kirey yang saat itu hanya duduk melihat kini ikut ikutan nimbrung minta pajak jadian ke Roni dan Sherli.

"Pajak jadian, pajak jadian!" Sewot Roni. "Muka lo jadi jadian!"

"Heu ga asik lo ah! Butut lo! Masa ama temen begitu?" Ucap Axsel tanpa pikir panjang.

"Dih? Emang lo temen gue?"

"Wah bener bener nih anak," Axsel maju selangkah, "maju sini ayo maju. Kita gelut dengan cara jantan!"

"Eeiishhh udah udah ah." Kirey melerai kedua nya. "Pikirin tuh pensi lusa nanti! Lo pada ngikut ga?"

"Gue? Gue pasti ngikut lah!"

"Ya gue juga dong, yakali ga ngikut? Setahun sekali nih anying."

"Kalo lo pada ngikut masa gue kagak? Pasti ngikut lah."

"Gue juga ngikut, karna Akbar ngikut."

Semua nya pada pura pura muntah mendengar ucapan gue, sedangkan gue sendiri hanya senyum senyum sambil liatin Akbar.

Idih.

"Gue juga pasti ngikut." Axsel berucap sambil menatap Kirey, "karna gue ada sesuatu buat lo."

Hening sesaat, hingga ...

"Kirey!" Dari arah belakang tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Kirey, kami semua pun menoleh bersamaan.

Ternyata orang itu adalah Raka.



To be continued ...

MY PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang