UP SOALNYA KANGEN DAY6(。•́︿•̀。)
🍙🍙
Aneh banget. Banget, banget, banget. Udah dua minggu nggak ke FT nyamperin Kak Brian dan aneeeeh bangeeetttt.
Aku sedikit lebih tenang tapi nggak bisa dipungkiri kalau aku kangen dia. Dia, dengan segala kerandomannya, dia yang selalu bisa bikin aku jengkel. Pokoknya dia. Tapi, kayaknya pria itu baik- baik aja. Maksudku, aku lihat di instagramnya Abel—iya, aku stalking—mereka masih tertawa, bahagia, seperti tidak ada apapun.
Dan itu, Kak Brian, demi Tuhan, sangat menyakitkan buatku.
Aku berusaha menyibukkan diri biar nggak mikirin Kak Brian. Sebenarnya mencari alasan kalau- kalau diajak ke studio.
Kayak kemarin, Kak Will tiba- tiba ajakin aku ke studio. Katanya butuh saran dengan lirik lagu barunya. Yaa, aku menolak dan hanya membantunya lewat chat.
Huhu, maaf, ya.
Aku kemarin juga disamperin Kak Jae. Katanya mau ngajak ke studio. Halah. bilang aja cuma mau donat. Dasar, ayam.
Terus hari ini, aku lagi di taman fakultas sendiri—karena Mina lagi sakit— dan tebak aku disamperin siapa?
Nggak, bukan Kak Brian. Aku harap sih Kak Brian.
Aku disamperin Kak Samuel. Aneh, kan? Tumben banget.
"Eitt. Ve."
"Apanih?"
"Nyamper doang."
"Eh akunya mau pulang."
"Gue mau manggung lagi."
"Hm. Terus?"
"Nonton dong."
Aku menatapnya sinis. "Ooo tidak bisa."
"—Pasti ini akal- akalan Kakak aja biar aku bisa baikan sama Kak Brian, terus Kakak menang taruhan."
"Gak gituu."
"Pasti gitu."
"Emang gak kangen?"
Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Bisa- bisanya dia berucap seperti ini.
"Kasihin aku tiket gratis tapi, ya," ujarku. Ya, soalnya Kak Samuel gak bakal mau nyariin aku tiket, apalagi gratis.
Pelit, sih.
🍙🍙
Tiga hari setelahnya, gantian si Darren yang nyamperin aku.
"Apalagi coba?" ujarku malas.
Darren malah mengibas- ibaskan selembar tiket di hadapanku.
"Noh. Dari Kak Sam."
"Aiish. Gak mau."
"Laah. Ayolah, nonton. Kan lo udah janji bakal nonton tiap kita manggung."
Aku melemparkan pandangan heran ku kepadanya. Seumur- umur, tidak pernah aku menjanjikan hal seperti itu.
Yaa mungkin pernah kepada Kak Brian, namun tidak kepada bocah yang satu ini. "Mana ada janji kayak gitu?"
"Ya ada- adainlah. Udah dicariin tiket juga."
"Kapan acaranya?"
"Minggu depan."
"Gue pikir- pikir dulu."
"Kebanyakan mikir, gue jual juga nih tiketnya."
Aku memandang sinis Darren, sedangkan ia hanya terkekeh.