brian bingung 0.2

739 93 4
                                    

"Stik baru, bos?"

Darren menengok.

"Gak sengaja patah waktu latihan di rumah," ujarnya enteng. William cuma ngangguk- ngangguk aja sambil sibuk nge-setting keyboardnya.

"Ren, lo kapan terakhir chat sama Ave?"

"Hmm. Tadi siang? Dia bilang gak jadi makan bareng soalnya ada kelas yang di-cancel. Kenapa?"

"Wah, kok dia gak cerita ke gue?" tanya Brian. Darren mengendikkan bahunya.

"Kan gue bestie-nya dia."

"Dih, anjing."

"Dia lagi badmood?" Lanjut Brian lagi sambil mendorong kursi rodanya ke arah Darren saking penasarannya.

"Setau gue ya, masalah sama kating atau apa gitu."

"Ah tapi kalau masalah gitu doang pasti Ave cerita ke gue. Anehnya lagi, tadi dia bilang takut kelepasan marah."

Darren mengangguk pelan, lalu memutar stik drumnya. Ia juga melirik layar ponselnya.

"Mungkin... she is in her period? Kalau awal bulan gini Ave ngeluh badmood, ngeluh jerawatan, terus minta dibeliin cokelat, chatime, lays...." ceritanya panjang lebar.

Brian hanya menyimak dalam diam. Ia bersyukur kalau alasan Ave bersikap begitu bukan kesalahannya, tetapi di sisi lain dia juga merasa kecewa. Yang pacarnya Ave kan Brian, bukan Darren.

Seharusnya Brian yang lebih tau segalanya, dan bukan Darren.

🍙🍙

"Jae, am I a bad boyfriend?"

"The hell? Why would you ask me that? I ain't your girlfriend."

"Cuma nanya elah."

"Okay. What happened between you two? I don't need any drama, Brian."

Brian menghela napasnya.

"I'm not sure about this. Gue gak mau dianggap cowok over protektif."

"Damn it, Brian. Just tell me already!"

"Okay, okay. Chill," ia diam sejenak, "kenapa ya gue merasa Darren lebih ngertiin Ave daripada gue? Ya aneh aja, Jae. Gue ngerti sih Darren emang lebih deket sama Ave, tapi ya gimana...."

"Hmm."

"Is not like I'm jealous, ya kocak aja cemburu sama temennya sendiri. Darren lagi."

"Intinya lo cemburu, Brian."

"Gitu ya?"

Jae mengangguk.

"Ya udah. Terus lo mau kalah gitu aja?"

"Maksudnya?"

"Yaa lo yang harus bergerak lah. Berjuang, gitu. Lo bener, Ave itu pacar lo. Seharusnya dia lebih nyaman cerita sama lo. Kalau gak kaya gitu, ada sesuatu yang salah."

Brian diam seribu bahasa sepanjang sisa perjalanan ke apartemen Jae, bahkan saat mereka memasuki tempat parkir pun, Brian masih diam.

"Mampir gak?"

Brian menggeleng. "Mau ke tempat Ave," jawabnya.

🍙🍙

Ave lagi guling- guling di kasur karena seharian ini moodnya enggak bagus banget. Parah. Rasanya mau di kasur seharian.

Gak lama kemudian, ada suara pintu di ketuk. Ave mengerang malas, tapi ya mau gak mau dibukain. Siapa tahu mamanya yang mau kirim makanan.

"Loh... kak?" tanyanya kebingungan saat melihat pacarnya di balik daun pintu sedang menjinjing tas plastik berisi beberapa snack.

"Eung, hai? Aku cuma mau anter ini. I know you're not in a good condition, so I'll left," katanya sambil memindahkan kantung berisi makanan ke tangan mungil Ave.

"Cepat pulih," ujarnya lagi sambil mengusap pucuk kepala Ave, lalu berjalan lagi menuju lift.

Avenya bingung. Mau nangis.

"Kak Bri, sini," panggilnya dengan suaranya yang pecah. Brian nengok, makin bingung ngeliat Ave yang matanya udah berkaca- kaca. Ave akhirnya meluk Brian. Eraaaat banget.

"Ih aku tuh bete banget hari ini! Kamu harus temenin aku. Se. Ka. Rang!"

Brian cuma tertawa. "Makanya kalo ada apa- apa cerita, ya Ve?"

🍙🍙

HALO GUYS. AKHIRNYA BUKU INI TAMAT! Maaf ya aku sempet ngilang, hehehe. Terima kasih banyak buat teman- teman yang udah baca, yang vote, yang komen, kalian semua penyemangat aku! Sampai bertemu di work aku yang selanjutnyaa~~

✔️about kak brianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang