0.6

868 105 0
                                    

Namanya Brian Adhidevan Yosua. Pria yang berhasil merebut atensi ku waktu itu. Kami sedang ada di acara pensi salah satu Universitas Swasta, dulu aku datang karena ada Kunto Aji. Bandnya Kak Brian a.k.a. Enamhari manggung waktu itu, dan kebetulan aku ada di baris ketiga terdepan. Aku dan Mina hanya sadar bahwa ada Darren, anak FK. Selebihnya kami tidak kenal.

Aku ingat, mataku bertabrakan dengan mata legam Kak Brian yang menawan. Setelahnya, ia tersenyum dan aku merasa dihipnotis saat itu juga.

Aku benar- benar tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Ia, seorang musisi yang bisa kuyakinkan menggunakan seluruh emosinya saat bernyanyi, dan, astaga, suaranya bukan main bagusnya walau dia sebenarnya pemain bass.

Ah, pokoknya kelima pria itu benar- benar menghilangkan akal sehatku saat itu juga. Mana bisa manusia sekeren itu?

Pokoknya semenjak itu, deh. Aku stalking terus media sosial mereka—apalagi Kak Brian dan Darren—dan aku rasa itu normal.

Beberapa hari kemudian, aku diutus ketua seminar untuk memberikan tanda bayar ke mahasiswa kedokteran yang sudah daftar. Fakultas kami memang sering mengadakan seminar bersama.

Aku melihat list namanya, dan jackpot!

Darren Sadewa Natapraja.

Kesempatan emas, tidak boleh dilewatkan.

Aku melangkah ke gedung kedokteran, mencari- cari sesosok drummer keren itu setelah sebelumnya aku mengirim pesan ke dia. Katanya dia ada di kantin.

"Darren?"

"Oh, Averina ya?"

"Ave aja. Ini mau kasih kuitansi sama tiket masuknya."

"-Ren, pengen ngerokok gue."

Suara berat berhasil merebut atensiku dari Darren. Aku menengok, dan, ya Tuhan, Kak Brian. Jarak satu meter dari ku, dan aku benar- benar ingin pingsan saat itu juga.

Aku tersenyum, dan begitu juga dengannya.

"Eh ini acara jam berapa, Ave?"

"O-oh, sabtu besok jam sepuluh udah open gate."

Darren mengangguk pelan.

"Kayaknya kita pernah ketemu deh," ujar Kak Brian.

"Hah?"

"Ngaco lo, Bri. Gue aja baru kenal."

"Seriusan. Kayak pernah lihat. Kapan, ya?"

"Konser minggu lalu? Ka-yaknya..?" jawabku takut- takut. Kak Brian menjentikkan nyarinya.

"Aaah! Iya, yang ada Kunto Aji. Lo baris depan. Gue inget banget."

"Begitu cewek aja lo inget, Bri."

"Bacot lo bocil. Gue Brian. Bukan anak kedokteran."

Aku tahu kok, kak.

Aku tersenyum kecil dan menjabat tangannya. "Ave. Bukan anak kedokteran juga."

"Loh?"

"Kedokteran gigi."

"Ave siapa namanya?"

✔️about kak brianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang