Aku masih memperhatikan selembar tiket di tanganku. Entah siapa yang memasukkannya di tas ku hingga secara ajaib tiket ini ada di sana. Tapi aku rasa Darren sih. Ah dasar.
"Kak. Ini tiketnya ada di aku."
"Ya kan emang buat lo."
"Gak ah. Gak mau."
"Yeh gimanaa. Kan udah gue cariin. Sesuai janji ya. Gratis nih."
"Sumpah Kak. Kalau ini akal- akalan Kakak doang buat menang taruhan, aku marah sih."
"..."
"Kan. Ayolah, Kak. Kita taruhan donat doang. Not a big deal."
"It's a big deal buat si ayam."
"Aaaaaaa. Pokoknya gak mau. Nih kak, aku balikin deh besok. Aku kasih ke Darren."
"Nggak, nggak. Kalo mau balikin, kasih ke gue langsung di FT."
"Kak Samuel. Tega ya sama aku."
🍙🍙
Pokoknya aku gak mau ke depan panggung. Aku udah di venue tampilnya Enamhari. Sendiri. Habis gerimis.
Singkat cerita tentang Enamhari, mereka udah terhitung artis, punya album, job sana- sini. Ya yang gak bikin mereka bebas karena masih kuliah walaupun Kak Jae sama Kak Samuel hitungannya udah mau semester akhir, sih. Katanya, band jadi sampingan aja.
Sebenarnya.. ada Sal Priadi. Jadi aku nggak nyesel- nyesel amat harus datang. Toh aku suka lagu- lagunya juga.
Aku dipeluk jaket bomber warna hitam dan kaus puma warna ungu tua. Gak mau terlihat mencolok.
Tidak lama kemudian, Enamhari udah di panggung. Fansnya mereka udah heboh banget. Aku menatap mereka satu persatu, kali- kali ada yang recognized aku di tengah- tengah lautan manusia. Tidak terlalu depan, tidak terlalu belakang, dan aku bisa melihat jelas Abel ada di tempatku dulu. Sisi kanan penonton, baris terdepan, spot favoritnya Kak Brian kalau manggung.
Kak Will sadar ada aku, lalu tersenyum. Aku balas sedikit, dan Kak Will seolah memberi kode ke cowok- cowok sehingga mereka mencari keberadaanku. Tapi Kak Brian belum tahu kalau ada aku.
Eh, nevermind. Dia udah berhasil menatap aku dengan tatapan sendunya. Aku membalasnya dengan tatapan tanpa ekspresi dan melipat tangan di depan dada.
Aku penasaran kenapa cowok- cowok ini maksa aku sebegitunya untuk datang ke acara ini.
Tapi, yang aku harap cuma satu. Tolong, tolong banget, jangan biarin hati aku potek lagi.
🍙🍙