Beban pikiranku sedang banyak- banyaknya. Nilai kuis, ujian akhir praktikum, UAS, ditambah urusan ku dan Kak Brian yang seharusnya tidak perlu terjadi kalau aku kemarin nggak berangkat ke ulang tahun FT—atau kalau- kalau Kak Brian yang nggak ngeladenin penonton menyebalkan itu.
Ugh, maaf ya mengeluh melulu. Namanya juga manusia.
Mungkin bersikap seolah tidak ada apa- apa seperti saran Kak Jae waktu itu—entah patut dicoba atau tidak—bisa paling tidak menenangkan kondisiku sekarang.
Mungkin sih, kemarin Kak Brian hanya ingin bercanda, atau iseng saja. Ayolah, Ave. Berpikir positif sedikit apa susahnya?
Susah banget.
Aku mengacak rambutku pelan lalu mulai merapihkan diri. Aku memutuskan mau jalan- jalan ke mall. Manusia bernama Brian itu sampai sekarang belum menghubungiku, tetapi ayo positif thinking. Mungkin ia belum bangun karena kemarin acaranya sampai hampir subuh, sepertinya.
Aku mampir di starbucks setelah memesan Asian Dolce Latte favoritku dan duduk di salah satu sofanya.
"Eh? Kak Brian disini?" monologku saat melihat aplikasi Zenly yang bisa menunjukkan posisi manusia itu.
Oke, mungkin pria itu memang mau menguntitku, lalu memberikan surprise agar aku memaafkannya. Ih, too naive, tapi ini bagian dari berpikir positif.
"Kak Ave."
Aku lantas berdiri setelah mendengar namaku dipanggil oleh barista; tandanya kopiku sudah jadi.
"Yaah Mas, tulisannya salah," sungutku ketika membaca namaku ditulis 'Afe'. Mas baristanya tertawa kecil. "Eeh, Hahaha. Ya udah saya benerin. Gimana tulisannya?"
"A-V-E Mas. Pakai V."
"Oke, siap!"
Mas baristanya lalu nyamperin aku lagi, dengan satu kopi di tangannya milik pelanggan lain.
"Kak Ave pakai V."
"Hehe. Makasih, Mas."
"Eh, terus—" barista itu melihat nama di gelas satunya.
"—Kak Brian."
Aku yang lagi sibuk ambil sedotan otomatis menengok ketika sesosok tinggi muncul di sebelahku. Lebih kaget lagi ketika sosok itu adalah Kak Brian, dan Abel.
"Kak?"
"Ave?"
Jujur aku langsung susah payah menahan tangis dan keluar dari cafe itu secepat mungkin. Aku berjalan cepat kearah taman yang untungnya memang lagi sepi, lalu menangis.
"Darreeen."
"Lo kenapa Ve sesenggukan gitu? Abis nonton film yee."
"HUHUHU, DARREN."
"Eeeh. Iya- iya. Kenapa atuh?"
"Gue di Starbucks. Ketemu Kak Brian, sama Abel."
"......"
"Darren. I cant take this anymore."
"EH STOP. LO GAK MAU BUNUH DIRI KAN?"
"Gak lah! Gila kali lo."
"Terus gimana?"
"Gue sedih."
"Posisi lo. Cepetan."
🍙🍙