"Aveeee."
Aku menegok ke arah sumber suara. Iya, Kak Brian di seberang jalan dengan menenteng bass di tangan kanannya. Aku tersenyum dan menghampirinya.
"Kenapa? Ngapain kesini?"
"Loh? Gak boleh?"
"Iya, gak boleh."
"Oke. Bye."
"Bye, Kak."
"Loh Ve, tahan aku dong," ia sekarang mengomel dengan lucunya. Aku terkekeh.
"Kakak mau latihan?" tanyaku.
"Iya. Ikut yuk? Aku maksa, nih "
Aku mengerutkan dahi.
"Kenapa gitu?"
"Soalnya aku ganteng kalo lagi ngeband."
Mendengarnya, aku langsung memutar bola mata. Dasar manusia ajaib.
"Ada praktikum aku," ujarku pelan. Sebenarnya aku setuju, Kak Brian keren banget kalau lagi ngeband dan aku sangat mau ikut dia latihan.
"Ah, serius?" tanyanya dengan wajah kecewanya.
"Hm. Maaf, ya? Lain kali deh."
Ia menghela nafas. "Susah ya, kamu anak FKG."
"Nanti abis praktikum aku samperin gimana?"
"Eh, jangan. Gini aja, nanti aku samperin ke apartemen kamu aja."
Aku tersenyum manis. "Oke!"
"Semangat praktikumnya, jangan terlalu capek," ujarnya sambil mengacak rambutku pelan sekaligus mengacak- acak detak jantungku.
"S-salam ya buat yang lainnya."
"Buat siapa?"
"Buat Kak Jae, Kak Samuel, Darren, ya semuanya lah."
"Hmm. Oke, nanti nggak aku sampein."
"Ih? Kok gitu?"
"Nanti mereka baper."
"Lebay."
"Nanti saingan aku makin banyak."
"Gak jelas. Udah ah sana, Kak. Ntar telat latihan."
"Eh bentar."
"Apa?"
"Brian disalamin nggak?"
Aku menautkan alis, lalu berusaha menahan senyum sebisa mungkin.
"Enggak."
"Heee, kenapa?"
"Aku bosen sama dia. Bilangin gitu."
"Hm. Kata dia, dia nggak bakal bosen sama kamu."
Ahahahahahah.
🍙🍙