Senin bagi sebagian orang adalah hari dimana hal buruk bermula. Tapi tidak dengan Kila. Sejak subuh tadi dirinya sudah bangun, shalat, bahkan mandi dan sekedar bermain handphone dikamar. Sejak kecil memang Kila sudah diajarkan untuk bangun pagi dan tidak menjadi seorang pemalas.
Pintu kamar Kila terbuka, menampakkan seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Dita, Ibu Kila.
"Turun yuk, kita sarapan. Adek kamu udah gasabaran tuh nungguin" Jelas Dita masih berada dipintu.
"Iya mah, Kila ambil tas dulu" Kila bangkit dari duduknya. Mengambil tas dan berjalan bersama ibunya menuju ruang makan.
"Ini dia tuan putri, lama amat dandan pake apa? Tepung?" Jail Gilang sambil menyendok nasi goreng, tidak lupa telur mata sapi kesukaannya.
"Siapa juga yang dandan, kakak gapernah ya dandan begitu" Jelas Kila sambil ikut duduk diruang makan.
"Oh iya Kila, kamu dijemput Via kan? Berarti mamah tinggal nganterin Gilang ya"
"Iya mah, nanti Kila dijemput Via. Oh iya. Papa mana? Udah berangkat ma?" Kila meminum susu sapi murni dari gelasnya. Kesukaan Kila.
"Iya, hari ini kan hari pertama papa dipindah tugaskan ke Jakarta. Sudah pasti berangkat pagi. Kalian juga semangat ya. Hari pertama sekolah di Jakarta semoga lancar"
"Gilang udah biasa kali mah, kan dulu juga Gilang sekolah disana. Jadi masih banyak temen Gilang dulu pas kelas satu" Gilang mengunyah nasi goreng dengan santai. Sesekali menyeruput susu coklat buatan ibunya.
Keluarga Dannuar memang pindah dari Jakarta ke Bandung 2 tahun lalu. Namun karena krnaikan jabatan dan pemindahan tugas Ayahnya, Irwan. Membuat keluarga Kila harus kembali lagi ke Jakarta. Hal ini tentu disambut bahagia keluarga tersebut karena memang. Seluruh keluarga termasuk Kakek dan Nenek berada di Jakarta.
Kila mencium tangan Ibunya yang disusul dengan Via. Via memang sudah datang 5 menit yang lalu. Via membawa mobil kesayangannya, mobil Jazz berwarna merah yang mencuri perhatian. Sepanjang perjalanan ke sekolah. Via bercerita banyak hal kepada Kila. Tentang sekolah, teman sekelas, guru dan tentu saja pacar Via yang baru beberapa bulan ini menjadi pacarnya.
"Jadi lo udah punya pacar?" Tanya Kila penasaran. Dirinya merasa sahabat kecilnya ini jomblo sampai SMP. Dirinya tidak menyangka akhirnya Via punya pacar."Hehe sori gue gapernah cerita, gue kan belum lama jadian dan gue rasa belum manteb juga si gue sama ni orang" Jelas Via tanpa menoleh.
"Yaahhh jahat banget si lo, lagian emang timbangan pake manteb-manteb segala".
"Udah deh, nanti gue kenalin. Sekarang doi si udah kelas XII la, satu sekolah".
"Oke-oke, wajib kenalin ya".
Setelah perjalanan selama 10 menit menuju sekolah, mobil Via sudah terparkir rapi dengan mobil lain di parkiran sekolah. Sekolah Kila dan Via merupakan sekolah khusus kesehatan yang berdiri dari Yayasan Cakra Group. Sekoalh tersebut merupakan sekolah unggulan yang meluluskan banyak calon ahli bidang medis yang banyak diburu Universitas di Indonesia. Tidak banyak orang yang bisa mengenyam pendidikan disana. Selain biaya sekolah yang cukup mahal, nilai dan latar belakang siswa juga merupakan salah satu pertimbangan untuk masuk sekolah tersebut.
Kila berjalan menyusuri koridor sekolah ditemani Via. Sebelum masuk kelas, dirinya harus pergi ke ruang Kepala Sekolah terlebih dahulu untuk mengambil seragam dan menyerahkan beberapa berkas kepindahannya yang masih haru disusulkan. Bel tanda masuk sudah berbunyi, Kila dan Via berjalan mengekor bu Andin, wali kelas mereka untuk ikut masuk ke dalam kelas. Beberapa pasang mata siswa yang buru-buru masuk kelas pun terlihat penasaran akan sosok Kila. Bahkan beberapa bisikan dan desas-desus para siswa terdengar ke telinga Kila.
"Itu anak barunya?"
"Cantik banget, imut"
"Lah nambah anjir koleksi bidadari sekolah"
"Gue bakal jadiin dia target"
Pipi Kila memerah menahan malu. Dirinya ingin cepat-cepat masuk kelas sebelum pipinya lebih merah lagi. Kila dan Via sudah sampai ke kelas yang sama, yaitu kelas XI. Bu Andin mempersilahkan Kila untuk memperkenalkan diri sedangkan Via duduk dibangkunya sendiri.
"Perkenalkan nama saya Mikailla Dannuar, kalian boleh panggil saya Kila. Dan saya pindahan dari Bandung". Suara riuh anak-anak kelas yang didominasi oleh siswa laki-laki menggema. Banyak yang bertanya kepada Kila baik tentang keluarga, pacar, dan alasan kepindahannya.
" Baik, sudah tidak ada lagi pertanyaan ya. Kila. Silahkan duduk dipojok sana. Karena hanya bangku itu yang kosong. Nanti kalau mau pindah kamu tinggal atur sama teman yang lain ya" Jelas bu Andin yang akhirnya disetujui Kila. Kila berjalan menuju bangku yang dikatakan bu Andin. Mendaratkan duduknya dengan rapi, dan sesekali tersenyum kepada teman yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATRA (Complete)
FantasyAda sesuatu pada diri Natra yang membuat Kila penasaran. "Merelakan apapun takdir Tuhan terhadap ornag yang kita sayang emang susah, tapi itu harus". -Kila "Aku harus tau, dan kamu tidak boleh tau. Cinta kadang rumit"- Natra.