Please!

15 1 0
                                    

       Pagi ini Kila berangkat sekolah dengan semangat. Hari ini dua jam pertama adalah pelajaran olahraga. Kila sangat suka olahraga. Bahkan setiap minggu pagi Kila selalu menyempatkan diri untuk olahraga pagi atau sekedar lari kecil dihalaman rumahnya bersama sang adik.

       Kila, Via dan Mimi sudah berada dilapangan indoor sekolah mereka. Ketiganya memakai seragam olahraga yang sama dengan siswa lain. Kila melihat Natra duduk di bagian penonton. Tetap menggunakan seragam putih abu-abunya. Kila berfikir mungkin saja Natra tidak membawa seragam.

       Olahraga yang dilakukan cukup menguras tenaga. Basket. Membuat seluruh siswi berteriak-teriak mendukung Alvaro CS yang memegang kendali bola. Alvaro, Yoga dan Firman memang murid populer disekolah. Sehingga apa yang mereka lakukan seakan menjadi tranding topik. Beberapa siswi dari kelas lain yang memang jam olahraganya sama dengan kelas Kila terlihat menjerit-jerit memanggil nama Varo.

"Norak banget tuh cewek-cewek urat nya nggak pada putus tuh?" Via bergumam. Namun Kila masih bisa mendengar Via.

"Cemburu?" Mimi bertanya dengan polos. Kakinya di luruskan agar tidak kram.

"Hehe apaansih. Kan gue udah punya pacar" Via meringis menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Untung pacar lo ganteng, gak kalah sama Varo kok" Kila menatap Via sambil tersenyum. Iya, memang Kila sudah pernah melihat pacar Via sekali saat akan mengantar Via pulang. Menurut Kila, johan. Pacar Via. Adalah cowok keren yang super lucu dan humoris.

"Apaansi, eh dah selesai tuh anak cowok" Via menunjuk kearah tengah lapangan. Alvaro CS serta anak lain sudah berjalan kepinggir lapangan. Mata Varo melihat ke arah Kila. Membuat Kila salah tingkah. Memang kini giliran basket dilakukan oleh para cewek.

       Kila, Via, dan Mimi bermain basket dengan semangat dan antusias. Kila bahkan beberapa kali memasukkan bola ke dalam ring. Kila memang lumayan jago basket. Karena dulu Kila mengikuti ekstra basket di SMA nya yang lama. Tapi dia belum ingin mendaftar ekstrakulikuler basket disekolahnya kali ini. Keringat membasahi tubuh Kila. Sesekali dirinya melirik Natra dipinggir lapangan yang sedang tersenyum. Cepat ambil buku dan catat, Natra tersenyum. Ya. Tersenyum pada Kila. Demi kantong ajaib Doraemon Kila melihat Natra tersenyum.

"Kemaren-kemaren aja songong minta ampun, sombong. Sekarang senyum-senyum" Batin Kila. Dirinya kini tidak lagi mempedulikan Natra. Kila melajutkan permainannya. Memasukkan bola kedalam ring dan bersenang-senang.

       Sedang asyik mendrible bola, Kila dikejutkan dengan erangan dari bangku penonton yang berada di pinggir lapangan. Kila menoleh kearah sumber suara, mendapati Varo sedang meringis menahan sakit dibagian kepala, Kila tau karena Varo terus memegangi kepalanya. Kemudian arah pandang Kila berubah pada arah sebaliknya. Dia melihat Natra dengan tatapan mengerikan menatap Varo dan sedetik kemudian Natra berlari keluar gedung olahraga indoor tersebut. Tanpa ba bi bu.

       Sudah 10 menit Kila berlari menelusuri setiap jengkal gedung di SMA nya. Bahkan napas Kila sudah tidak beraturan. Dia melirik jam ditangannya. Pelajaran olahraga pasti belum selesai. Iya, 10 menit lalu setelah melihat Natra keluar dari gedung olahraga Kila refleks berlari mengejar Natra namun hasilnya nihil. Sampai sekarang cowok tinggi dengan rambut hitamnya belum terlihat sama sekali.

       Kila tidak pasrah, dia berjalan menuju kearah gedung paling barat di sekolahnya. Gedung itu berisi ruang kelas yang dikhuskan untuk praktek. Bahkan ada ruang bedah dan kamar jenazah yang tentu saja kosong tidak ada penghuni didalamnya.

       Langkah kaki Kila terhenti didepan ruangan bertuliskan ruang praktek Fisika. Matanya terbelalak. Didalamnya seorang cowok sedang terduduk sambil menekuk satu kakinya dan menopangkan tangannya dengan posisi wajah yang terbenam. Kila dengan hati-hati membuka pintu namun tidak berhasil. Dikunci. Kila mencoba membukanya lagi namun tetap tidak bisa. Cowok didalam ruangan yang tidak lain adalah Natra menoleh. Kila terkejut, Natra tampak sangat pucat bahkan bibirnya sudah membiru. Kila ketakutan, ah, bukan takut. Tapi khawatir. Tangannya terus mencoba membuka pintu sambil memanggil Natra.

"Nat, buka dong pintunya. Lo itu lagi sakit ya? Jangan dikunci" Kila tetap memegang handle pintu dan menggerakkannya. Mencoba membuka dengan paksa.

"Nat, serius ayo buka. Gue bawa lo ke UKS" Natra yang melihat tingkah Kila dari jendela hanya diam saja. Natra kembali menelungkupkan wajahnya. Membenamkannya sedalam mungkin. Berharap gadis keras kepala itu akan cepat pergi. Bukan Kila namanya kalau dia mudah menyerah. Kila mencoba mendobrak pintu. Takut kalau Natra tiba-tiba pinsan.

       Kila mendengus kesal. Usahanya untuk membuka pintu sia-sia. Natra sakit. Walaupun Natra bukan siapa-siapa Kila. Tapi Kila tetap khawatir. Takut-takut kalau dia mati didalam ruangan tersebut. Kila melangkah menjauh dari pintu, Natra meliriknya dan menghela napas. Sebenarnya Natra cukup lega karena Kila mencarinya, berarti ada yang khawatir terhadap keadaannya. Diluar dugaan, lima menit kemudian Kila kembali lagi, dan anehnya dia memiliki kunci pintu ruang praktek. Membukanya dan melangkah masuk.

"Lo apaan sih, main kunci ruangan aja. Lo nyolong kunci ya!" Kila nyelonong masuk mendekati Natra. Kila yang masih dalam posisi berdiri berbicara dengan nada sedikit mengeras.

"Lo kok bisa masuk?" Natra bertanya datar. Masih menyembunyikan wajahnya.

"Yaiyalah. Gue khawatir sama lo, udah gue keliling sekolah nyari lo. Terus gue bela-belain boong di ruang sarpras buat dapetin kunci ruangan ini" Natra diam. Kila mendekat duduk berjongkok dan memposisikan dirinya. Untung pake celana olahraga.

"Lo sakit? Ayo ke UKS" Kila bertanya penasaran. Natra tetap diam. Kila memegang pergelangan tangan Natra yang digunakan untuk menopang dahinya. "Lo dingin banget Ya Allah, lo sakit udah fix ini" Kila mencoba meraih tangan Natra. Namun Natra tidak bergeming.

"Lo kenapa si ngeyel banget, ayo ke UKS lo harus diperiksa, gue gamau lo tambah sakit kan lo gaada temen. Gue tau lo selalu menyendiri. Gue gatau kenapa temen sekelas kayanya benci banget sama lo sampai mereka setega itu sama lo, mereka gamau ngajak lo ngobrol. Gue tuh peduli, karena lo temen sebangku gue, gue gatau apa-apa tentang lo tap-." Kila terlonjak kaget. Tubuhnya ditarik begitu saja oleh Natra. Membuat tubuhnya yang semula berjongkok limbung dan jatuh tepat dipelukan Natra. Kila berusaha melepas dekapan Natra tapi Natra semakin erat membenamkan tubuh langsing Kila dalam pelukannya.

"Sebentar aja, 5 menit. Please" Tubuh kila melemas. Perkataan Natra seperti membuatnya tersetrum. Kila merasa nyaman dan tubuhnya menghangat. Walaupun tubuh cowok yang memeluknya sekarang dingin. Seperti es.

NATRA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang