Goodluck Natra

5 0 0
                                        

       Mata Kila terus mengeluarkan cairan bening. Angin yang berhembus diatap tidak membuat hatinya baik. Rasa panas dihatinya bahkan membuat kedua matanya perih. Kila mendengarkan cerita Varo dengan baik. Setelah Varo setuju untuk cerita dan mengajak Kila menuju atap, Varo benar-benar sudah tidak tahan menyimpan semuanya sendirian.

"Lo pasti benci gue kan?"

"Gue nggak benci sama lo, gue kecewa. Yang harusnya benci ke lo itu Natra" Kila menghapus air matanya yang terus mengalir.

"Gue tau gue jahat. Tapi waktu itu gue bener-bener bingung La, lo tau gue"

"Gue enggak tau lo, Natra yang tau lo"

"Gue berusaha bangkit, yang hancur karena hal ini bukan cuma lo. Tapi gue"

"Tapi kenapa lo tinggalin Natra gitu aja?"

"Gue saat itu gabisa apa-apa. Gue tau gue salah dan gue gak pantes dimaafin. Tapi gue nyesel. Gue harap lo tau posisi gue La" Varo melangkah menjauh. Meninggalkan Kila yang sudah terduduk lesu. Kini Kila tau kenapa Natra bisa ditemukan sendirian didalam mobilnya yang sudah ringsek.

"Udah nangisnya?" Kila terlonjak kaget. Kila tau itu suara siapa. Suara orang yang baru saja dibicarakannya sengan Varo. Kila berbalik kebelakang dan menemukan Natra sedang berdiri dibelakangnya.

Kila bangkit berdiri dan mendekati Natra. Kila menghapus air matanya dan tersenyum manis kearah Natra.

"Lo udah denger semuanya?"

Kila semakin mendekat. Tangisnya ia tahan. Kila tidak ingin terlihat cengeng didepan Natranya.

"Cukup untuk ngejelasin kenapa beberapa hari ini gue gabisa pegang barsng-barang. Tiba-tiba ada ditempat yang gue mau dalam waktu singkat. Gue kira gue mau jadi superman La, ternyata gue sekarat" Natra tersenyum sangat manis. Bibirnya makin pucat dan Kila baru sadar. Tubuh Natra semakin tembus pandang.

"Gue yakin lo bakal sembuh. Lo udah tau kebenarannya kan? Sekarang lo mendingan cepet bangun ya, gue kangen"

Kila mencoba memegang Natra namun gagal. Air matanya kembali jatuh.

"Gue takut Nat, sumpah"

"Demi apa?"

"Nat, gue gak bercanda"

"Gue juga" Natra menaikkan tangannya. Melihatnya dengan tersenyum. Lucu. Dia tembus pandang.

"Nat gue sayang sama lo"

"Gue tau, lo udah ngomong itu 6 kali sejak kita kenal" Natra tersenyum manis. Kila ikut tersenyum.

"Lo ngitungin gitu?"

"Iyalah, Mikaila Dannuar senyum ke cowok, dan bilang cinta itu langka. Harus gue itung"

"Nat, sekarang kita mesti gimana gue bingung"

"Gak gimana-gimana La, ini udah sore. Lo sama Via pulang ya. Besok kita ketemu lagi disini jam 10 pagi. Gue kangen"

"Kenapa gue mesti pulang, gue mau sama lo"

"Gabisa, gue mesti pergi. Gue janji besok gue bakal balik kesini lagi"

"Janji?"

"Gue janji La" Natra mencoba menyentuh pipi Kila. Kila memejamkan matanya membiarkan Natra menyentuh pipinya yang basah. Kila membuka matanya dan Natra sudah tidak ada. Kila ketakutan. Kenapa Natra langsung menghilang. Kemana Natra?. Kila berlari menuju ruangan Natra. Kila bernapas lega saat melihat mamah dan papah Natra masih duduk disofa bersama Via.

"Varo ngomong apa Kila? Kamu abis Nangis ya?" Wulan berdiri menghampiri Kila.

"Nggak tante, tante Natra baik-baik aja kan?"

"Barusan dokter dari sini dan dokter bilang ada kemungkinan Natra sadar. Karena dia sudah mulai merespon. Ini berkat kamu Kila". Wulan mengusap rambut Kila pelan.

"Kila boleh liat Natra tante?"

"Boleh kok"

       Kila memakai pakaian khusus untuk memasuki ruangan Natra. Dengan penutup kepala dan masker. Ini pertama kalinya Kila melihat tubuh Natra. Tubuh yang semakin kurus dengan selang dimulut, hidung, serta tangannya. Kila tersenyum kearah Natra yang masih tidak bergeming.

"Gue tau lo bakal sembuh Nat, gue bakal tolongin lo. Goodluck ya Natra" Kila mengusap tangan Natra pelan. Dia tau ini bukan akhir. Kila yakin Natra akan bangun besok.

       Kila sedang berada dirumahnya. Menikmati coklat panas buatan mamanya. Malam ini Kila bisa makan dengan tenang. Bahkan mamahnya kaget karena Kila makan begitu banyak.

"Kila" Dita masuk kekamar anak gadisnya.

"Iya ma?" Kila meletakkan gelas dimeja dan duduk bersama mamanya dibalkon kamar Kila.

"Hari ini ada apa?" Dita melihat anak gadisnya dengan senyum manis.

"Kila seneng ma, Kila yakin Natra bakal sembuh" Kila tersenyum membayangkan besok dirinya akan bertemu dengan Natra.

"Mamah seneng kalau kamu seneng La, tapi akalu yang terjadi bukan seperti yang kamu inginkan. Kamu harus berusaha buat nerima" Dita tersenyum manis.

"Sebenernya Kila juga takut mah. Besok dokter bakal melakukan tindakan operasi buat Natra. Dokter Natra dari luar negeri udah dateng. Kesempatan Natra buat hidup lagi tinggi. Tapi ada kemungkinan operasi gagal" Kila mulai menunduk. Mengingat setiap perkataan mamah Natra tadi sore dirumah sakit.

"Dan iya ma, Kila tau. Kila bakal terima apapun yang udah Allah garisin buat Natra. Kila udah sebisa mungkin cari tau kebenaran Natra, Kila berharap yang terbaik buat Natra" Kali ini Kila tidak menangis. Menguatkan dirinya sendiri.

"Itu baru anak mamah, tau nggak La yang paling baik saat kita menyayangi seseorang?" Dita memegang tangan Kila. Kila mendongak melihat kearah mamanya.

"Apa ma?"

"Ikhlas memberikan yang terbaik untuk orang yang kita sayang. Walaupun kadang susah dan tidak sesuai dengan keinginan kita"

"Kila tau mah, Kila gaboleh jadi orang egois"

"Mamah tau kamu sayang sama Natra, dan mamah juga tau kalau Natra sayang sama kamu"

"Mamah tau dari mana? Kan gak pernah ketemu"

"Kamu pernah denger? Insting seorang ibu itu gapernah salah tau La"

"Iyadeh. Mamah selalu bener".

Keduanya tertawa. Kila bersyukur mamahnya pengertian. Orangtua lain mungkin akan mengira bahwa dirinya gila. Tapi mamahnya begitu pengertian dan mendukung Kila.

        Malam ini Kila membuka buku bersampul birunya. Menuliskan sesuatu sambil tersenyum. Entah senyum apa yang ditunjukkan oleh Kila.

Aku tau hari terbahagia adalah ketika bumi benar-benar mengenalmu, merindumu.

Aku tau hari terbahagia adalah ketika hujan kembali mengguyur tubuhmu.

Aku tau hari terbahagia adalah ketika kamu kembali melangkahkan kakimu.

Natra,

Aku sudah tau kecepatan bumi mengelili matahari,

Aku tau berapa lama waktu kepompong akan menjadi kupu-kupu,

Aku tau bahwa tugas jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh.

Natra,
Aku sudah cukup tau segalanya untuk bersamamu.

Kila menutup bukunya. Meletakkannya diatas meja belajar. Kila berjalan ketempat tidur dan membaringkan tubuhnya nyaman.

Tuhan,
Besok adalah hari dimana aku tidak mau tau tentang keputusanMu.
Yang aku tau, setiap keputusanMu adalah takdir.
Aku pasti menerimanya.

Kila menutup matanya. Terlelap tidur dengan damai. Mimpi indah.

NATRA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang