Ibarat bunga mekar, perasaan Kila sedang penuh warna. Setelah kembalinya Natra dirinya menjadi lebih bersemangat dalam melakukan apapun. Terlebih sekolah. Karena ditempat itulah Kila bisa bertemu Natra. Tapi hari ini Sabtu. Libur.
"Alasan lo sekolah kesehatan apa?". Kila berjalan disamping Natra yang terus menatap kedepan. Hari ini Kila janjian jalan berdua dengan Natra. Karena libur, keduanya sepakat untuk jalan diperpustakaan kota.
"Gak ada". Natra kembali diam.
"Kok gak ada, semua hal itu ada alasannya"
"Gue gaada La"
"Ya harus ada, masa tiba-tiba gitu"
"Emang"
Kila mendengus sebal, kalau bukan karena sayang sudah digetoknya kepala Natra dengan sepatu kets putih yang sedang Kila kenakan.
"Cuek amat pak, kaya tukang siomay kantin" Kila memonyongkan bibir.
"Beda". Natra menatap Kila lalu tersenyum. Suer ini manis banget senyumnya.
"Bedanya?"
"Tukang siomay nggak seganteng gue La". Kila memukul bahu Natra. Natra berhenti dibagian deret buku Novel.
"Kepedean" Kila memilih novel percintaan dan membukanya sekilas.
"Dan lagi, tukang siomay gak deket sama lo. Kalau gue, punya lo" Natra mendekatkan dirinya. Jarak diantara mereka hanya beberapa centi.
Deg. Deg. Deg.
Jantung Kila berdetak tidak beraturan. Kila semakin tersudut. Natra semakin mendekat.
"La, bisa minggir?" Kila tersadar. "Gue mau ambil buku dibelakang lo".
Kila gelagapan.
" Eh, apa? Ini. Oke." Kila kembali membuka bukunya dengan gugup. Natra hanya tersenyum menang sudah membuat pacarnya itu gugup. Natra mengambil sebuah novel dengan sampul berwarna abu-abu dengan judul Hunter.
Kila masih berusaha mengatur dirinya.
"Itu kan novel detektif gitu Nat" Kila melihat novel yang diambil Natra.
"Ini novel kesukaan gue la. Gatau kenapa gue males belajar, tapi kalau baca novel ini gue betah" Jelas Natra.
"Itu sih emang lo nya aja males". Kila terkekeh.
Natra mengajak Kila duduk dibagian pojok perpustakaan. Perpustakaan Kota hari ini nampak sepi. Pada era sekarang ini memang banyak yang memilih pergi ke Mall atau jalan-jalan diluar daripada membaca, apalagi diperpustakaan.
"Mama belum pulang". Natra mendudukkan tubuhnya didepan Kila.
"Belum. Besok katanya". Kila masih fokus dengan novel ditangannya. Natra hanya ber-oh ria. "Lo mau main?" Kila menatap Natra.
Natra berpaling dari bukunya. "Tergantung, kalau mamah udah pulang". Natra kembali fokus pada bukunya. Kila hanya tersenyum.
Kila memang sudah banyak bercerita tentang keluarganya pada Natra.berbeda dengan Natra yang tertutup. Natra enggan bercerita walaupun Kila bertanya tentang keluarganya. Bahkan Kila tidak tau Natra anak keberapa, yang Kila tau hanya Natra adalah pacarnya, dan dia sangat menyayangi Natra.
"Nat" Kila masih memandang Natra.
"Hm?"
"Gue boleh nanya gak?"
"Gak boleh"
Kila mendengus.
"Lah kok gaboleh?"
"Yaudah boleh"
KAMU SEDANG MEMBACA
NATRA (Complete)
FantasyAda sesuatu pada diri Natra yang membuat Kila penasaran. "Merelakan apapun takdir Tuhan terhadap ornag yang kita sayang emang susah, tapi itu harus". -Kila "Aku harus tau, dan kamu tidak boleh tau. Cinta kadang rumit"- Natra.