Kila sedang bersiap-siap. Membereskan perlengkapan sekolahnya. Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Hari ini dia tidak pulang dengan Via karena dirinya ijin harus mengikuti ekskul karate. Via memang mengikuti ekskul karate, sedangkan Kila sudah memilih ekskul KIR untuk kegiatan tidak wajib disekolahnya. Kila berencana akan naik bis hari ini, sudah 3 hari sejak dirinya pindah ke SMA Kesehatan Jakarta. Ini pertama kali Kila naik bis, biasanya jika tidak bersama dengan Via. Kila akan dijemput mamanya. Namun karena mama sedang ada urusan ditoko bunga. Kila menawarkan untuk pulang sendiri.
Bis berwarna kuning tersebut bergerak dan berhenti didepan Kila. Kila segera naik diikuti oleh 2 siswa lain. Kila memilih duduk di bangku belakang karena jarak dari sekolah kerumahnya cukup jauh. Sekitar 20 menit dengan bis sekolah. Memang jarang ada yang naik bis sekolah. Kebanyakan para siswa di SMA Kesehatan Jakarta menaiki mobil pribadi atau diantar jemput supir. Kila memasang earphone ketelinganya. Sayup-sayup terdengar lagu dari handphone nya. Kila memejamkan mata. Bis mulai bergerak berjalan ke depan, belum lama memejamkan mata. Dirinya kaget karena sentuhan lembut di baru kirinya. Kila segera membuka mata dan kaget melihat seorang cowok yang Kila kenal dan hapal mukanya beberapa hari ini.
"Hai, sorry, ini tempat favorit gue" Katanya dengan tanpa senyum
Kila masih kebingungan. Menatap laki-laki yang kini duduk disampingnya itu.
"Oh, Hai. Sorry. Gue bakal pindah" Katanya dengan nada rendah, tapi masih bisa didengar.
"Eh gausah. Gue bukannya mau ngusir" Jelasnya sambil menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal.
"Eh oke" Kata Kila, dirinya masih menyerngitkan dahi dan nampak kebingungan. Namun dirinya memilih diam.
"Sorry, gue diem aja waktu dikelas" Cowok tersebut memulai pembicaraan membuat Kila harus melepas earphone yang masih bertengger di telinganya.
"Eh gapapa kok" Kila masih terbata-bata.
"Gue Natra, Danatra Adicakra. Lo?" Natra menyodorkan tangannya.
"Eh, iya, gue Mikailla, lo boleh panggil gue Kila" Kila menjabat tangan Natra. Aneh.
"Hmm sorry karena dikelas gue diem aja, padahal lo duduk disebelah gue" Natra berbicara sambil menatap kedepan. Nada bicaranya tetap tenang. Kila melihatnya dari samping. Natra benar-benar keren, gambaran cowok tampan terpampang pada dirinya. Kulit putih, dengan bibir yang tipis, hidung mancung, dua mata beirish coklat, bulu mata yang panjang untuk ukuran laki-laki dan tinggi badan yang bisa membuat orang melongo, ya Natra cukup tinggi. Kila yang tingginya lebih dari 165 hanya sebatas dagu Natra saja.
"Eh iya, gapapa kok. Dari awal gue masuk kelas juga gue rasa lo orang yang pendiem, jadi ya. Gamasalah si". Kila masih gugup karena duduk berdekatan dengan Natra. Walaupun disekolah, sudah tiga hari Natra duduk dengannya.
"Kok lo mau duduk dibelakang" Natra bertanya, lebih ke menyekidik.
"Gue itu, hmm suka aja duduk dibelakang. Soalnya lebih konsen" Jelas Kila.
"Bukan karena duduk dibelakang Varo?" Tanya Natra dingin, masih menatap kedepan.
"Eh, Varo. Oh Varo. Nggak si"
"Kirain lo nyaman karena deket Varo, kan dia most wanted disekolah kita"
Kila bingung. Dirinya penasaran. Kenapa cowok yang diam dikelas, tidak pernah istirahat. Bahkan tidur dikelas saat pelajaran sangat penasaran terhadap alasannya mau duduk dibelakang.
"Nggak kok, gue emang suka duduk dibelakang, udah" Jelasnya ngegas.
"Yaudah gausah ngegas kali" Natra bangkit, dan turun dari bis bersama satu siswa lain. Kila makin kebingungan.
"Apasih tuh orang kenal juga baru kok kepo" Batin Kila. Kembali memasang earphone dan bertingkah masa bodoh.
Pukul 14.50 kila sudah sampai rumahnya. Dibukanya pintu rumah dan berjalan masuk. Adiknya, Gilang. Sudah duduk sambil menonton Tv di ruang keluarga.
"Naik apa dek?" Tanyanya sambil sedikit berteriak. Kila sedang mengambil air dingin dikulkas.
"Ojek kak. Tadi kakak sama siapa?" Gilang mengganti channel mencari film kesukaannya, spongebob.
"Naik bis sekolah dong" Kila meneguk airnya. Tanpa menunggu tanggapan Gilang. Kila berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Setelah bersih-bersih. Kila membuka handphone nya. Beberapa panggilan tak terjawab yang sebagian besar dari mamanya terpampang pada aplikasi Whattsap nya. Kila kembali menutup handphonenya dan membaringkan tubuh dikasur. Kila masih penasaran dengan Natra. Matanya menerawang menatap langit-langit kamar. Sticker bintang yang baru dipasang kemarin berkap-kelip. Kila masih membayangkan wajah Natra. Tampan. Kila tersenyum. Kesadarannya kembali pulih.
"Gila si ngapain gue bayangin si Natra" Batin Kila. Lamunannya terhenti ketika suara adzan terdengar. Kila bangkit mengambil air wudlu dan berjalan menuju mushola rumahnya. Di mushola Gilang sedang mengumandangkan Iqomah. Hari ini mereka shalat ashar berdua. Karena mama Kila masih berada di toko. Selesai shalat Kila menuju ruang makan untuk makan siang. Bibi mengambil lauk dari lemari makanan dan menyajikannya. Kila makan siang terlambat hari ini. Gara-gara Natra.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATRA (Complete)
FantasiAda sesuatu pada diri Natra yang membuat Kila penasaran. "Merelakan apapun takdir Tuhan terhadap ornag yang kita sayang emang susah, tapi itu harus". -Kila "Aku harus tau, dan kamu tidak boleh tau. Cinta kadang rumit"- Natra.