Lift terbuka. Natra dan Kila masih berada diposisi yang sama. Berpelukan. Untung saja hanya ada mereka berdua. Lift menuju lantai 5 gedung mall tersebut memang sepi. Karena dari lantai 5 sampai lantai 7 merupakan apartement elite. Natra melepaskan pelukannya pada Kila. Menarik tangan gadis itu. Perasaan Kila saja atau memang tangan Natra sangat dingin. Kila menurut saja, Natra sampai didepan pintu apartement. Memencet tombol kunci dan pintu terbuka. Kila ditarik masuk kedalam apartement.
"Ini dimana?" Kila duduk di sofa bed didepannya.
"Tempat sembunyi gue" Natra mendudukkan tubuhnya dibawah. Dekat lutut Kila.
"Lo kenapa? Ada masalah? Kal-". Kila belum selesai berbicara. Handphone di tas punggungnya berbunyi. Tertera nama Viacans dalam layar handphone tersebut. Kila mengangkatnya.
" Halo? Eh iya maap gue ketemu temen dan harus ikut dia. Soalnya dia minta tolong temenin, .....ah iya iya. ....Lo pulang dulu. Hm oke.... Sampein maap sama Varo Cs ya... Oke nanti gue kabarin" Kila menaruh hapenya di tas dan menatap Natra bingung.
"Nat lo kenapa?" Kila bertanya ingin tau.
"Untuk tadi, maap" Natra masih menatap lurus.
"Lain kali bilang. Gue kaget Nat. Lagian gaboleh main peluk tau bukan mukhrim" Kila melihat Natra tersenyum tipis mendengar perkataannya. "Lo tuh nyebelin ya. Malah senyum-senyum gajelas!" Kila memonyongkan bibirnya.
"Gue gaboleh senyum?" Natra bertanya datar.
"Boleh ajalah, mulut juga mulut lo kan?" Kila memutar bola matanya. Dasar cowok aneh! Rutuk Kila.
Natra diam.
"Nat lo diem aja mati?" Kila membuka pembicaraan. Dirinya merasa aneh ketika harus diam didalam ruang tertutup bersama Natra. Takut.
Natra tetap diam.
"Nat, demi dewi kwan in yang nolongin kera sakti ya, lo ngomong atau gue tinggal nih" Kila mengancam.
"Lo tadi sama Varo?" Natra mulai menatap Kila nanar.
"i iya si. Lo kenapa? Ngeliatnya jangan begitu pliss lo aneh" Kila salting.
"Gue gasuka" Natra kembali menatap lurus. Kila kebingungan.
"Kenapa?" Kila penasaran. Jantungnya berdegup kencang. Kila khawatir Natra bisa mendengar detak jantungnya yang mulai susah di kontrol.
"Gue gasuka" Natra mengulangi jawabannya membuat Kila memutar bola matanya. Tidak sabar.
"Iya kenapa gasuka, bukannya lo temen Varo" Natra menatap Kila tajam.
"DIA BUKAN TEMEN GUE" Natra membentak Kila. Membuat Kila menyerngitkan dahi. Bingung.
"Gue sama sekali gatakut lo gertak gue. Tapi gue gasuka lo ngomong ngegas ke gue. Mana gue tau lo temennya apa bukan. Kita sekelas. Ya jelas dia temen lo. Dasar aneh" Kila bangkit berdiri. Sudah bersiap melangkah pergi tapi tangannya tertahan.
"Gue minta maap" Natra masih melihat ke depan. Nanar.
"Kalau ngomong sama orang liat orangnya. Gasopan Nat"
Natra mendongak menatap Kila. "Maapin gue" Matanya berkaca-kaca.
"Gue maapin, tapi gue mesti pergi. Soalnya gaenak kita berdua disini. Nanti ada setan lagi" Kila melepas pegangan tangannya.
"Gue gabisa nganter tapi". Natra berkata dengan nada datarnya. Kila tersenyum.
"Tenang Nat. Gue bawa duit. Bisa naik taksi. Lo jangan lupa ke dokter ya. Kayanya lo sakit." Kila melihat Natra. Menyentuh pucuk rambut Natra dan menepukknya lembut. "Lagian lo juga lagi sakit. Lo harusnya pergi kedokter. Gue pamit ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
NATRA (Complete)
FantasíaAda sesuatu pada diri Natra yang membuat Kila penasaran. "Merelakan apapun takdir Tuhan terhadap ornag yang kita sayang emang susah, tapi itu harus". -Kila "Aku harus tau, dan kamu tidak boleh tau. Cinta kadang rumit"- Natra.