"Bisa ijin dulu?"

10 1 0
                                    

       Kamis, hari ini biasanya Kila sudah disekolah, berkutat dengan buku dan pelajaran yang membuatnya cukup pusing. Tapi Kamis ini tidak biasa, Kamis kali ini adalah hari libur. Entah rapat apa yang dilakukan guru dengan yayasan, Kila tidak ingin tau. Masa bodoh, yang penting kan libur.

       Kila memang bukan tipikal siswi yang terlalu rajin. Terlalu disiplin dan kaku. Dia adalah gadis dengan otak cerdas yang suple dan luwes. Tidak monoton. Dan jarang sekali terkena masalah dengan guru, apalagi BK. Cita-citanya adalah menjadi seorang Dokter. Itulah alasan mengapa saat Kila akan pindah awalnya dia menolak, tapi saat ayahnya menjelaskan bahwa Kila akan dipindah disekolah Kesehatan, Kila langsung setuju tanpa ba bi bu.

Setelah kepindahannya, dalam kurun waktu singkat dirinya menjadi cukup populer. Betapa tidak, wajah Kila yang cantik dan memiliki kesan imut. Rambut hitam lurus dengan sedikit poni. Tubuh yang lumayan tinggi. Suple, ceria, pintar dan jangan lupa. Kila dekat dengan Varo. Most wanted SMA Kesehatan Jakarta.

       Kila, Via dan Mimi sudah sampai mall yang Via ceritakan. Mereka pergi menonton film yang sedang banyak digandrungi, Aku Tahu Kapan Kamu Mati. Film yang diangkat dari cerita Wattpad ini mengisahkan seorang gadis yang tahu kapan seseorang akan meninggal.

"Serem anjir kalau ada yang bisa liat kapan orang mati" Via berkata sambil menyendokkan nasi ke mulutnya.
Setelah nonton ketiganya memang sepakat untuk makan siang bersama. Karena jam sudah menunjukkan pukul 11.45.

"Iya kalau aku udah setres kali liat hantu begitu ya Allah" Mimi memilih sayur dan memisahkannya.

"Yaelah tapi itu kan cuma film ya, mana ada hantu didunia ini" Via kembali berujar.

"Ada, bukan hantu si. Tapi lebih ke jin yang menyerupai manusia. Terus arwah. Dan sebagainya. Kita manusia hidup berdampingan sama mereka udah dari jaman Nabi Adam". Kila menyuap nasi yang tinggal setengah, mengambil sayuran yang dipisah Mimi dan memakannya.

" Iyaiya, yang udah khatam 30 juzz elah" Via memonyongkan bibirnya.

"Oh iya, kamu gapapa makan sayuran aku, soalnya aku beneran gabisa makan sayuran" Mimi memang punya phobia terhadap sayur. Kila yang memang suka makanan sehat tidak keberatan memekan sayur Mimi.

"Apaan si Mimi. Gapapa dong kan aku suka sayur" Kila masih mengunyah makanannya.

"Kila!" Ketiganya terlonjak kaget. Sebuah suara mengagetkan mereka.

"Varo?" Ya, lelaki tersebut adalah Varo. Dia datang dengan ketiga temannya. Yoga, Firman dan Tama.

"Boleh gabung kan?" Varo duduk disamping Kila yang memang bangku disebelahnya kosong. Tentu saja setelah mendapat persetujuan dari ketiga gadis tersebut.

"Kalian dari mana?" Varo membuka percakapan, Yoga dan Tama sedang memesan makanan.

"Abis nonton, udah. Terus makan deh" Mimi tersenyum menunjukkan lesung pipinya.

"Oh iya? Hmm Kila. Kemaren lo kemana? Gue nyariin kemana-mana kok nggak ada" Varo menatapnya sambil tersenyum.

"Gue, gue ada kok. Gaenak badan jadi gamasuk kelas" Kila menyedot minuman rasa taronya dengan tidak nyaman. "Bohong kan dosa. Ya Allah maapin anak sholehah ini". Batin Kila.

"Oh, gue kira lo kenapa" Varo masih melirik gadis disebelahnya dengan senyum tipis. Yoga dan Tama datang membawa makanan. Ketujuh remaja tersebut menyantap makanan mereka dengan lahap.

        Setelah mengisi perut, Kila dan Mimi izin untuk menunaikan shalat dhuhur di Masjid depan Mall. Varo dan Yoga ikut ke Mushola. Hanya mereka berempat karena Via sedang berhalangan, sedangkan Firman dan Tama adalah non muslim.
      
       Setelah selesai shalat ketuju remaja tersebut bermain di time zone X. Tempat tersebut merupakan salah satu tempat bermain yang terkenal dan cukup besar di Jakarta. Kila ditantang bermain dancing machine oleh Via yang akhirnya disanggupi setelah semua temannya memaksa. Musik mulai mengalun, perlahan tubuh Kila menari mengikuti alunan musik dengan fokus tarian pada gerakan kaki. Varo yang melihat Kila pun semakin terpana. Gadis didepannya betul-betul sempurna, hanya dengan jeans panjang hitam sampai mata kaki, hoodie biru dengan warna kalem, sneakers biru senada dengan warna hoodie, dan rambut hitam panjang kuncir kudanya yang semakin memperjelas kecantikan Kila.

       Kila memang tidak terlalu jago menari. Tapi skornya lebih tinggi daripada Via. Selesai bermain, Varo Cs berencana mengantar Kila, Via dan Mimi membeli pernak-pernik dan berbelanja skincare. Mereka memasuki sebuah mini galeri yang tertata rapi. Mereka berpencar untuk mencari barang yang mereka sukai. Kila berjalan diantara etalase kaca yang dipenuhi dengan kalung. Varo memperhatikan Kila dari kejauhan dan tersenyum.

"Kau suka?" Kila terlonjak kaget. Seorang wanita dengan dandanan uniknya sedang berdiri didepan Kila. Mereka hanya terhalang etalase kaca.

"Ini? i i iyaa. Ini sangat cantik" Kila menunjuk sebuah kalung emas putih dengan bandul berbentuk hati yang kecil.

"Cobalah, ini akan sangat pas dilehermu" Wanita tersebut menyodorkan kalung itu pada Kila. Wanita itu terlihat cantik namun terkesan sendu. Jarinya dipenuhi cincin yang Kila sama sekali tidak tahu darimana wanita tersebut membelinya karena itu terlihat sangat kuno.

       Kila menerima kalung tersebut. Mengepaskannya pada leher tanpa memakainya. Kila masih berkutat pda cermin sampai Kila melihat dicermin. Seorang cowok yang sudah beberapa hari ini mengusik pandangannya ada di depan galeri. Berdiam diri tanpa masuk. Melihat kearahnya. Kila menaruh kalung tersebut diatas kaca etalase. Wanita dengan dandanan unik itu lalu mengemas kalung tersebut didalam kotak bludru berwarna merah hati. Entah kenapa dirinya tidak meletakkan kalung itu dietalase seperti semula.

"Maap, saya harus pergi". Kila berlari keluar, melirik ke kanan dan kekiri, tapi tidak dilihatnya Natra dimanapun. Varo yang melihat Kila celingukan memanggil Kila namun Kila tidak mendengar Varo. Varo mengikuti Kila. Langkahnya terhenti ketika Kila masuk kedalam lift.

"Mau kemana Kila?" Batin Varo penasaran.

       Kila mencoba mencari Natra di beberapa tempat sampai langkahnya terhenti disamping lift. Seorang cowok terlihat berdiri didepan lift menunggu pintu terbuka. Kila menghampirinya. Lift terbuka dan Kila ikut masuk mengikuti Natra.

"Lo lo ngapain disini?" Natra kaget, saat berbalik. Kila sudah berada didepannya.

"Ngikutin lo, lo ngapain?" Kila bertanya dengan senyum manis. Tiba-tiba tubuhnya tertarik kedepan. Natra memeluknya erat. Kila kebingungan.

"Bisa ijin dulu nggak? Gue kaget" Kila pasrah. Menelungkupkan tangannya didepan dada.

 

NATRA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang