Matanya sembab, nafasnya tersengal karena amarah dalam dirinya.
Ia bahkan tak tau jika hidupnya akan sehancur ini.
Dirinya terlalu bodoh untuk mudah percaya pada sosok yang kini masih lelap dalam tidurnya.
Dengan bersusah payah, Lisa menyeret langkahnya menuju sebuah pintu yang ia yakini adalah kamar mandi.
Ia langsung menguncinya saat tubuhnya sudah menghilang dibalik pintu tersebut.
Lisa jatuh merosot dilantai, tubuhnya terasa remuk sampai ketulang. Ia menangis dalam diam, hanya air mata tanpa isakan.
Ia mencoba bangkit, berjalan kembali dengan langkah tertatih sembari menahan rasa sakit pada area selangkangannya.
Sesampainya dihadapan cermin besar, tanpa menunggu banyak waktu dan berpikir. Lisa langsung menghantam kepalanya pada cermin tersebut dengan keras.
Praangg
Tak puas dengan itu, ia kembali memukul sisa-sisa cermin itu hingga hancur. Tanpa menggubris rasa sakit dikepalnya serta darah yang berceceran disekitarnya. Lisa mengambil pecahan kaca didekatnya. Menggenggamnya dengan begitu erat hingga hancur menjadi remukan lebih kecil.
Hatinya hancur, hatinya terluka. Ini bahkan lebih sakit daripada luka fisik yang selalu ia dapatkan dari ibu tirinya.
"Hiks..."
Satu isakan kecil berhasil lolos. Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama ia kembali menangis dengan isakan yang menyertainya.
"Arrggghhhh!!!"
"Bajingan sialan!!!"
Lisa benar-benar benci hidupnya. Ia benar-benar ingin segera berakhir.
***
Ini gue nulis apaan dah? Wkwk
Baper sendiri habis nonton pelem sedih, pas buka wp eh ada update an terbaru dan pas kena chapter sedih juga😭 jadi pen nulis yang sedeh-sedeehh kan aing T^T
Dahlah...
- Lova