Lisa menatap kedua sahabatnya dengan pandangan penuh akan rasa kecewa.
Bahkan ia sempat tertawa sinis, menertawakan kehidupannya yang seakan dibuat menjadi sebuah mainan oleh kedua sahabatnya itu.
Sedangkan kedua sahabatnya hanya dapat terdiam, saling membuang wajah. Terlalu enggan- ah terlalu takut untuk melihat binar kecewa dimata gadis mereka.
Mingyu dan Wonwoo.
Keduanya adalah sahabat Lisa, takdir mempertemukan mereka yang memiliki banyak sekali kesamaan dan perbedaan diantara mereka.
Terutama tentang perasaan.
"Jika tau akan seperti ini, kenapa kalian tak sekalian saja untuk merusak diriku?" lirih gadis itu, "toh sama saja kan? Pada akhirnya aku sama-sama menjadi bahan taruhan kalian berdua dan sebagai jaminan adalah kegadisanku bukan? Sama saja merusak harga diriku juga, hehe"
Lisa tercekat, nafasnya memburu menahan segala bentuk rasa sakit yang membuatnya merasa begitu sesak.
Sial.
Sedangkan Mingyu memejamkan matanya erat, hendak menyangkal namun tak bisa. Pula, Wonwoo yang kini sudah mengepalkan kedua tangannya. Menahan diri untuk tidak berteriak dan membantah dengan lantang atas ucapan Lisa. Namun, ia pun tak bisa.
"A-aku lebih baik pergi. Ya, seharusnya memang aku tak pernah ada diantara kalian. Ah- lebih tepatnya tak ada kita diantara aku, kau dan kau"
Lisa berbalik, berjalan dengan cepat meninggalkan separuh hatinya untuk salah satu dari mereka berdua. Namun, kesakitan atas sebuah penghianatan membuatnya merasa cukup untuk bertahan.
Biarlah cintanya tak ia gapai. Bukankah lebih baik begini?
°°°
I know, ini gaje dan gak nyambung sama judul. But, aku emang gajelas sih orangnya.
- Lova