Prang..
"Apa? jadi relawan di Libanon?" Seru seorang gadis dengan jilbab berwarna peach yang membalut kepalanya.
"Sabar Ra, gak apa-apa dong. Ini pengalaman yang berharga." ujar Dara berusaha menenangkan gadis berhijab peach itu.
"Iya Ra bener tuh si Dara. Lumayan abang loreng menyejukan mata, hahaha." kelakar Launa.
Ngomong-ngomong siapa yang tidak kenal dengan Dokter Indira putri karnadi, dokter cantik yang sering mondar mandir di televisi? Tidak tidak, ia pintar dan juga cerdas. Cantik itu hanya bonus. Selain bekerja di rumah sakit untuk melayani pasien, dia pun sering membagikan ilmu seputar kedokteran di kanal chanel youtube pribadinya.
Minusnya Indira ini : sok cool. Padahal aslinya seperti petasan banting.
Indira menghembuskan nafasnya kesal, "kalian tuh ya, katanya di sana dingin."
Launa berjalan menghampiri Indira, "Kita bisa beli selusin jaket yang tebel-tebel Ra."
Dara menoyor dahi Launa. "Ngapain beli banyak banyak? Sekalian aja satu tim lo yang beliin jaketnya." Matanya mendelik ke gadis yang bernama Launa itu.
"Wah tekor dong gue."
***
Bandara Beirut, Libanon.
"Fiyuh, ini dimana sih tentara yang bakal jemput kita?" ucap Launa, dirinya sudah seperti es di kutub utara.
Sebenarnya tidak terlalu dingin sih, hanya Launa saja yang lebay. Tak lama terdengar suara baling baling menggema di langit, pandangan mereka langsung tertuju pada helikopter yang sebentar lagi akan mendarat.
"Itu mereka!" teriak dokter Bima.
Tap..tap..tapp
Suara khas sepatu boneng tentara, yap! Tentara itu sudah datang.
Lorengnya...
Cara jalannya...
Tatapan matanya...
Postur tubuhnya...
Baretnya...
Membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona. Kecuali, indira gadis itu malah sibuk menelpon mama nya. Maklum anak bungsu dengan 2 abang yang super protektif kepadanya.
"Selamat siang." ucap salah satu tentara yang menghampiri mereka.
"Sebelumnya, saya minta maaf karena kapten kami. Kapten Arza wijaya kusuma tidak datang ke sini untuk menyambut kalian. Tapi saya letnan Ghifanka, diperintahkan untuk membawa kalian bergabung dengan kami sebagai tim relawan yang harus selalu siap membantu kami." Jelas tentara itu dengan rumus persegi panjang.
Indira merotasikan bola matanya. "ish menyebalkan saja. Mana ada pria loreng banyak bicara." gumamnya.
Bahkan Indira lupa, pria loreng pun mempunyai mulut.
"Sebelumnya, pakai ini. Pindahkan semua perlangkapan kalian kedalam ransel ini." ucap Pria loreng yang sejak tadi berada di samping pria yang bernama letnan Ghifanka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Started In Libanon [End]
Romance"Makanya jangan sok sok an memakai kacamata hitam!" teriak indira. "Mengapa?" "Kau baru saja menabrakku dan kau tidak akan meminta maaf?" "Sekarang saya lapar saya akan meminta makan bukan maaf!" ujar pria loreng itu. ~Mencintai seorang hamba Pangli...