Sejak tadi Indira sibuk memotret motret pemandangan Kadisha valey dengan kamera Slr yang melingkar di lehernya. Sebegitu sibuknya sampai Indira mengacungkan Arza yang sejak tadi menatapnya tajam.
Indira saat ini terfokus membidik objek menara kadisha Valey dengan kamera hingga saat Indira sudah siap akan memotretnya tangan Arza menutup lensa kameranya dan terpotolah jari jari milik kapten aneh itu.
Indira mengerutkan keningnya,'kenapa'.
"Dari tadi kau sibuk memotret, ayo kembali sudah sore." tegas Arza.
Indira tersenyum kecil,"Kaptenku, tunggu sebentar lagi ya!"
Arza tertegun."Apa tadi dia bilang? Kaptenku? Maksudnya? Diriku milik nya?" gumam Arza.
Indira menoleh kepada Arza."Ada apa? Kenapa wajahmu telinga dan wajahmu memerah?"
Arza terbelalak,"Su-sudah banyak poto yang kau ambil dokter Indira. Apa penting nya poto sebanyak itu?"
Indira semakin merasa ada hal aneh yang merasuki Arza,"Jelas ini penting, untuk kenang kenangan. Saya gak tahu kapan saya akan ke sini lagi," jelas Indira.
"Terserah, lakukan apa yang ingin kau lakukan!"
"What? kapten itu ninggalin gue? Aduh gue kan gak tau tempat ini." gumamnya mengalungkan kamera di lehernya dan segera mengikuti seorang pria dengan pangkat Kapten itu.
Arza tersenyum smrik iya tahu Indira akan mengikutinya. Selang beberapa detik Arza memutar balik tubuhnya berniat akan mengatakan ayo cepat atau saya tinggal. Tapi bukannya mengatakan itu Arza hanya mendengus kesal sambil merotasikan matanya. Iya, bagaimana tidak. Di lihatnya Indira masih sibuk memotret setiap benda atau apapun yang di lewatinya. Melihat tingkah laku Indira Arza jadi ada niatan untuk menjahilinya. Oke, Arza mulai beraksi.
Arza bersembunyi di balik bangunan yang menjulang tinggi, ia akan melihat reaksi Indira. Apa ia akan bisa disini tanpa Arza yang melindunginya?
"Eh loh loh, Arza kemana? gue cuma ambil poto sebentar dan dia sudah menghilang?" Pikir Indira.
"Bisa bisa nya dia ninggalin permata di tengah kerumunan banyak orang!"
"Arza awas aja ya kalo ketemu nanti gue--"
"Iihh... Hiks hiks mama Indira takut."
Arza terkejut,"eh kok dia malah menangis."
Hiks hiks hiks..
Indira menangis sambil memegang kameranya,ia berniat pergi ke kantor polisi saja dan melaporkan Arza atas kesalahan membuangnya di Kadisha Valey.
"Indira," panggil Arza, memegang erat tangan Indira.
"Saya di sini," lanjutnya.
Indira menunduk, malu jika harus mengangkat kepalanya mata dan hidungnya sudah memerah."Kau pikir ini lucu?"
"Indira lihat saya, tidak usah menangis histeris seperti." ucap Arza memegang kedua bahu Indira.
Arza mulai risau, ya bagaimana tidak orang orang sekarang menatapnya seperti penjahat yang menyakiti seorang wanita,"Indira dengar saya! Ayo kita pulang."
"Ini gak lucu," lirih Indira.
"Indira,maaf." ucap Arza.
Indira mengangkat kepalanya,"Lepaaas!" teriak Indira lalu lari meninggalkan Arza.
"INDIRA HEI!"
Indira masuk ke dalam mobilnya,
tak lama Arza pun masuk.
Mereka saling diam sampai perut mereka berbunyi.
Indira memegang perutnya dan menatap Arza,sambil tersenyum malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Started In Libanon [End]
Romance"Makanya jangan sok sok an memakai kacamata hitam!" teriak indira. "Mengapa?" "Kau baru saja menabrakku dan kau tidak akan meminta maaf?" "Sekarang saya lapar saya akan meminta makan bukan maaf!" ujar pria loreng itu. ~Mencintai seorang hamba Pangli...