***
Launa pergi, meninggalkan Indira dan Lettu Pramudya. Indira memegangi pipinya yang memanas, ada apa dengan Launa?
"Kau baik baik saja?" tanya Lettu pramudya.
Indira mengangguk,"permisi." Lalu pergi meninggalkan lettu Pramudya.
Di perjalanan Indira berpapasan dengan Arza, langkahnya terhenti ketika Arza menggenggam lengannya. Indira tak berbalik badan, malu pasti lelaki itu akan mengejek nya lagi.
"Indira?" ucap Arza.
"Permisi, saya sedang menangis!" ucap Indira melepas genggaman Arza lalu pergi berlari.
Indira menimba air untuk mencuci wajahnya,"Aaa... seharusnya mata gue gak harus se-sembab ini." kata Indira mengucek matanya.
*
"Launa? Kenapa muka lo lun? sedih? ada apa sama manurios lo?" ucap Dara, melempar banyak pertanyaan yang mungkin Launa tak ingin menjawabnya walau hanya satu.
"Launa lo kenapa?!"
"It's oke, gue gak kenapa napa Dar."
"Terus, ngapain lo beresin semua baju lo?"
"Gue pindah barak ya, beberapa hari aja."
"Ck! apaan sih? Jangan kekanak kanakan kaya gini!"
"Launa? maksud lo tadi itu apa?" tanya Indira memegang lengan Launa untuk berdiri dan menatap matanya.
"Kenapa lo nampar gue di depan lettu Pramudya?"
Dara melotot. Launa emang tidak bisa berpikir panjang.
"Launa, apa yang lo lakuain itu gak bener!"
"Gak bener maksud lo?" tanya Launa.
"Itu sama aja merusak image lo sebagai Dokter profesional Launa."
"Bisa gak si lo berhenti untuk bahas image, image, image!" bentak Launa.
"Dara... udah cukup!" ucap Indira.
"Lun, lo selalu ingin di mengerti. Tapi lo gak mau menger--" ucap Dara terpotong.
"Launa, denger gue. Kita bicarakan ini baik baik. Lo mau pindah barak? Oke, silahkan! tapi please bicarakan ini baik baik dulu."
Launa menghapus air matanya,"Gue rasa gak ada yang harus di bicarakan, maaf." ucapnya lalu pergi.
*
"Hormat," ucap Lettu Pramudya.
Arza membalikan badannya, membalas hormat lettu Pramudya lalu pergi.
"Siap, apa saya bisa bertanya?" ucap Lettu Pramudya.
"Bicaralah,"
"Sebenernya, ada hubungan apa Kapten dengan Dokter Indira?" tanya Lettu Pramudya.
"Apa Kapten menyukainya?" tanyanya lagi.
Arza diam, tak tahu harus menjawab apa padahal hanya katakan saja Ya atau tidak. Tapi mengapa rasanya berat?
"Hubungan? Kau melihatnya seperti apa?"
"Siap, saya melihat. Jika kapten menyukai Dokter Indira."
"Kalau itu benar?" tanya Arza.
Lettu pramudya diam, tangannya mengepal kuat."Siap, izin mendahului."
"Hormat," lanjutnya.
"Hormat,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Started In Libanon [End]
Romance"Makanya jangan sok sok an memakai kacamata hitam!" teriak indira. "Mengapa?" "Kau baru saja menabrakku dan kau tidak akan meminta maaf?" "Sekarang saya lapar saya akan meminta makan bukan maaf!" ujar pria loreng itu. ~Mencintai seorang hamba Pangli...