Luka.

16.9K 1.2K 35
                                    

Semangkuyy ya puasanya!

***

Satu minggu berlalu...

Perasaan Arza masih sama, gegana.
Satu hal yang hilang darinya sekarang, Indira. Pelabuhan cintanya.

Pramudya jadi di buat tidak enak hati pada Kapten Arza. Ia terpaksa melakukan ini, ia tidak mau berkhianat pada Launa. Tapi, apakah sekarang ia sedang berkhianat pada Arza?

Flashbak on.

Launa is calling...

Deg...

"Launa?" batin pramudya

Belum mengangkat telepon dari Launa tangan nya gemetar, seperti gempa pribadi yang mengguncangnya. Dengan ragu ia memencet tombol 'jawab' lalu menempelkan ponselnya ke telinga.

"Ha-ha-hallo?"

"Pramudya? bisa kita bertemu besok?"

Deg...

Jantungnya berdetak lebih kencang lagi. Keajaiban itu ada! Apakah Launa hanya satu satunya korban yang selamat? Jika iya, paling Launa di rawat di rumah sakit tapi ini, saat ini. Launa menelponya!

Launa baik baik saja, apa ini arwah Launa yang bergentayangan?

Huss... sesegera mungkin Pramudya menyingkirkan pikiran itu.

"Di-dimana?"

"Caffe bintang. Jam 9 pagi!" ucapnya dengan penuh penekanan.

"Okay!"

Tut... sambungan telepon terputus.

*

"Launa?" Ucap Pramudya pelan. Launa memakai baju hoddie hitam panjang dan di tutupkan ke kepalnya.

"Pramudya? duduklah!"

"Kau? kau ini Launa yang asli atau yang palsu? Launa bicaralah bicara!" Ujar Pramudya tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Syut! diamlah! kau pergi kesini bersama siapa?" tanya Launa was- was.

"Tenanglah Launa, saya hanya pergi ke sini sendiri."

"Tenang? bukannya yang panik tadi adalah dirinya? dirinya sendiri yang tidak tenang malah menyuruh orang lain tenang!" batin Launa.

Launa membuka penutup kepalanya, lalu menceritakan bahwa kecelakaaan pesawat itu bukan pesawat yang mereka tumpangi.

Pramudya lega sekali mendengarnya.

"Syukurlah Launa, jadi apa tujuanmu mengajakku bertemu?"

"Hah? lagi-lagi. Bukannya 3 bulan yang lalu dia nelpon gue dan ngajak gue ketemuan setelah tugas di libanon selesai? Dasar pria aneh!" batin Launa lagi.

"Saya bermaksud... ingin kau merahasiakan ini semua?"

"Rahasia? Rahasia apa maksudmu?"

"Saya ingin kau merahasiakan kami!" kami=(launa indira dara).

"Tapi, apa tujuanmu? Tidak akan! Saya sudah tak tega melihat Arza yang hampa tanpa sahabatmu---"

"Indira?" Launa langsung memotong ucapan Pramudya.

"Itu kau tahu".

"Tidak! aku melakukan ini atas dasar permintaan Indira sendiri.I a yang memintaku mengatakan ini padamu."

Flashback off.

*****

Tok tok tok...

"Masuk!" suara Indira terdengar sangat parau.

Started In Libanon [End]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang