Update 2part hari ini.Warning : Part ini khusus Kaptenku
Arza wijaya kusuma, eh ralat. Kapten Indira maksudnya!Selamat membaca
***
Gerbong kereta membawamu pergi saat kita baru saling mengenal.
***
"Indira?" Ucapku, melihat perempuan itu sedang berbicara pada adik perempuanku. Anggia.Banyak pasang mata menatap ke arahku, kenapa?
Apa mereka semua bernama Indira?
Atau, aku yang sedang memakai seragam loreng?
Manik mataku bertemu dengan manik mata indahnya. Seperkian detik, sebelum dirinya memutus kontak mata dan pergi meninggalkan ku.
Tubuhku seketika terserang virus manekin, bukannya pergi berlari mengejar Indira aku malah diam di tempat dan tak melakukan apapun. Benarkan itu Indira? Atau hanya bayang bayangnya saja yang kerap kali datang menghampiriku?
Apakah Indira ada di bagian daftar korban yang selamat dari insiden jatuhnya pesawat waktu lalu? Jika iya, mengapa dia tidak datang untuk memelukku atau hanya untuk sekedar absen wajah bahwa dia selamat. Indira berbeda, ini bukan Indira. Atau ini yang di namakan profesional dalam bekerja?
Indira, begitu banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Soal cinta, dan keseriusan hubungan kita. Apa kau akan terus bembiarkan cinta ini membesar hingga aku terserang virus bucin?
Tunggu aku sampai satu minggu, dan aku akan datang kepadamu untuk menyebarkan virus bucin ini.Sungguh, aku tidak mengerti dengan skenario Allah yang sangat Indah ini. Allah mempertemukanku denganmu di Libanon, saat kita sedang mejanlankan tugas mulia. Aku sebagai pejuang perdamaian dan kau sebagai pejuang kemanusiaan. Aku dengan loreng kebanggaanku dan kau dengan jas putih kebanggaanmu.
Indira, semoga kita selalu di lindungi Allah. Dan semoga Allah menjodohkanku dengan mu, perempuan lokal yang merebut hatiku. Jika kau jodoh orang lain, maka aku akan berdoa pada Allah untuk menjadikan ku orang lain itu. Itu lah doaku, doa yang selalu ku bawa dalam dekapan sholat malamku.
Hari sudah larut malam, aku kembali ke satuanku. Sebagai seorang abdinegara memang tidak mudah, harus ada izin dan batas waktu jika pergi keluar batalyon. Aku sedikit tenang keadaan ibu sudah membaik dan Anggia bisa menjaganya. Aku kembali ke asrama dengan motorku. Jalanan kini sedang sepi, aku menjalankan motor dengan sangat cepat. Berusaha menghilangkan bayangan Indira dalam kepalaku. Tapi tak bisa.
Motorku berbelok ke kanan, ku lihat ada mobil kuning terparkir di depan. Ku berhentikan motor, hendak membuka helm tapi sorot lampu motor yang lainnya menyorot mobil itu.
Perawakan perempuan itu nampak tidak asing, sepertinya aku mengenalinya.
"Dira?"
Perempuan itu membalikan badan kala seorang lelaki memanggil namanya. Itu... Indira. Tapi, dengan siapa?
Apa yang aku lakukan sekarang? Jelas, menjadi manekin lagi. Sepertinya aku berbakat menjadi manekin. Apa aku pindah profesi, menjadi patung yang ada di toko toko baju? Ah dasar payah!
Ku lihat Indira tengah berbincang dengan lelaki itu, mereka begitu akrab. Ting ting ting banyak pertanyaan baru di kepalaku. Aish... sabarlah pertanyaan yang lalu belum terjawab dan sudah banyak pertanyaan baru?
Indira dengan siapa?
Apa lelaki itu mengenali Indira?
Apa dia mantan Indira?
Apa dia--?
Ihh, hus hus pergi sana.
Indira, sepertinya kau menghindariku? Tapi tenang saja. Aku tidak akan menghindarimu juga, rupaya dirimu inginku perjuangkan terimakasih telah menyuruhku berjuang untuk mendapatkan mu.
Sekarang bertambahlah tugas Arza :
1.Berjuang demi negara, dan
2.Berjuang demi ibu negara.
Sungguh, perjuang sejati.
*
22.30 wib
Aku menginjakkan kaki ku di asrama para bujang lapuk. Ku lihat ke sekelilingku, para bujang itu sudah tidur.
"Siap perintah!"
Alamak, Arza terkejut mendengar salah seorang prajurit berteriak 'siap perintah' apa prajurit itu mengigau?
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, dan aku masih terjaga. Disini di barak yang membosankan ini, tolong! Tidak adakah yang ingin membantuku pindah ke barak khusus prajurit yang sudah menikah?
Aku tersenyum, sembari menatap langit langit barak yang gelap. Kenangan kenangan manisnya bersama Indira kembali menghampirinya. Indira bisakah kita bertemu?
Oke, akhirnya aku memutuskan tidur dan bertemu Indira di alam mimpi.
Kring... kring... kring...
Alarm ponsel berbunyi. Ku ambil ponselku yang berada di bawah bantal tidur. Mematikannya lalu kembali melanjutkan mimpi.
Bum!
Bum!
Bum!
Seisi barak, terkejut. Mereka mulai memakai perlengkapan pakaiannya acak acakan. Ada apa ini? Kenapa ada letusan meriam seperti ini? Apa kita sedang di medan perang.
Wiwwwww... di perintahkan untuk segera bangun. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 wib. Di harapkan untuk mematikan lampu yang tidak di perlukan.
Aku menghembuskan nafasku, ternyata ini hanya alarm. Tapi mengapa harus dengan letusan meriam juga? Aku menyadarkan Pramudya, lihatlah bujang lapuk itu memakai helm baja dan memegang senapan sembari teriak 'semua di posisi masing-masing'
Kami pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah selesai, hatiku merasa begitu tenang. Ku dengar kultum yang di bawakan oleh serka Beby. Judulnya sangat pas untukku "Ujian Cinta."
Menurutku tidak ada definisi tentang C I N T A setiap manusia berbeda dalam mengekspresikannya. Dan menurutku, cinta adalah anugerah terindah dari Allah.
Indira, aku mencintai mu. Itu anugerah yang Allah beri untukku. Aku akan berjuang, walaupun aku tidak tahu apa kesalahanku.
***
Serka : Sersan kepala.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Started In Libanon [End]
Romance"Makanya jangan sok sok an memakai kacamata hitam!" teriak indira. "Mengapa?" "Kau baru saja menabrakku dan kau tidak akan meminta maaf?" "Sekarang saya lapar saya akan meminta makan bukan maaf!" ujar pria loreng itu. ~Mencintai seorang hamba Pangli...