Senyum Arza.

15.4K 1.1K 29
                                    


Happy reading, teman...

Semangatt puasa nya yaa! kalo lapeerr makan aja! Dosa di tanggung yang makan. wkwkwkw

***

Setelah kejadian malam tadi, Hady merasa sreg pada Arza. Ia pikir Arza adalah sosok laki laki yang akan bertanggung jawab untuk keluarganya nanti. Tapi bibit, bebet dan bobot nya harus ia selidiki terlebih dahulu.

"Hallo?" ucap seorang pria dari sebrang sana.

"---"

"Siap. Baik pak."

"Terimakasih." ucap Hady lalu memutus sambungan telepon.

*

Indira tidak bekerja hari ini, kejadian kemarin malam masih membuat Indira ketakutan. Shock, itu yang Indira alami saat ini. Shock ketika mama bilang Nak Arza ini suka ya pada putri saya?

"Indira!" Teriak Indah.

"Bangun, kamu gak kerja sekarang?"

Indira menggeleng,"Indira sudah izin mah, sama kepala staf rumahsakit."

Indah mengerti, pasti kejadian malam kemarin masih membuat putrinya shock. Terlebih saat Arza mengatakan bahwa Farel akan mencium putri nya, enak saja. Nanti suami Indira dapat sisa dong.

"Okey." Ucap Indah.

"Mah, tolong ambilkan ponsel putrimu ini." Ucap Indira lebay.

"Dasar manja, nih ponsel kamu."

Indira mengcheck ponselnya. Tidak ada informasi penting, ponselnya pun sepi. Bagaimana tidak, kedua sahabatnya itu pasti sedang sibuk melaksanakan visit pagi.

Rasa bosan mulai menghantui Indira, ingin membantu mama di dapur malas. Abang dan ayahnya juga pasti sudah pergi ke kantor, ya sudahlah akhirnya Jari Indira berselancar di aplikasi Instagaram.
Oke Indira, mari kita periksa tingkat ke uwuwan orang2 apa sudah sampai level yang akut?

*

Arza baru selesai memimpin apel pagi. Minggu depan dirinya dan para prajurit misi perdamaian Libanon waktu lalu akan melaksanakan kenaikan pangkat.

"Tidak terasa sudah kenaikan pangkat saja, naik pelaminan nya kapan?" Gumam Arza.

Arza berjalan santuy, sepatu PDH nya menendang nendang kerikil kecil rasanya Arza bosan kembali ke barak para bujangan itu. Ketika hendak masuk ke baraknya Ponsel di tas magazen nya bergetar.

"Assalamualaikum bang?"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Ada apa Anggia?"

"Ibu sudah boleh pulang hari ini. Setelah Anggia selesai kuliah Anggia pergi ke asrama abang ya, lalu kita kerumah sakit bersama."

"Allhamdullilah ibu sudah boleh pulang. Siap. Abang tunggu kamu di sini." Ucap Arza.

Anggia terkekeh kecil di sebrang sana."Wei, Anggia udah kaya komandan ya?"

"Iya, komandan galak." Sahut Arza.

"Heh." Jeda tiga detik."Sokey, sampai jumpa. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Sambungan telepon terputus.

Arza memasukkan kembali ponselnya. Arza duduk di bibir kasurnya melepas darhim dan tas magazen nya. Jam 1 siang nanti, dirinya akan piket. Setelah itu pergi bersama Anggia ke rumah sakit, mungkin agenda sekarang Arza adalah... tidur.

Started In Libanon [End]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang