Lontong sayur.

14.2K 1K 26
                                    

-egois-

***

"Ngapain lo ada disini?"

Indira terkejut saat ia akan pergi ke garasi untuk memanaskan si yellow, ternyata Arza, si Kapten ngeselin itu sedang nongkrong di sofa panjang yang ada di ruang tamu.

"Ekhemm." Arza membenarkan suaranya. "Saya ingin mengajakmu lari pagi." ucap Arza, to the point.

Indira mengerutkan keningnya, ini hamba panglima yang satu ini kerasukan apa sih? Pagi-pagi sudah terdampar di rumah orang, pake ngajak lari pagi segala lagi. Huh!

"Lari pagi?" tanya Indira.

"Enggak enggak kemarin aja gue cape jogging sama bang Nizam dan bang Nizar padahal cuma jalan, apalagi ini sama orang yang demen olahraga kaya Arza. Bisa bisa gue di tinggal karena lelet." batin Indira, dirinya sudah su'udzon duluan.

"Iya lari, pagi." kata Arza sembari menggerakkan kedua tangannya, laksana orang yang sedang berlari.

"Tenang saja saya tidak akan meninggalkan mu." Lanjutnya.

"Kan, kan lo itu cenayang!" tuduh Indira, pada Arza.

"Lo?" ucap Arza dingin sambil memainkan ponselnya.

"Hm, maksud nya, kamuuuuuuu." kesal Indira.

"Jadi lari, gak nih?" ucap Arza.

"Hish... lari ya lari aja, gak usah ajak-ajak orang mageran kaya aku." seloroh Indira, percuma jika di ucapkan dalam hati Arza nya pasti tau juga.

Indira pergi ke kamarnya dan berganti pakaian, ia menggunakan trening berwarna pink dan baju kaos tunik berwarna abu-abu dengan jilbab instan senada. Indira turun, melihat Arza sedang berbincang santai dengan papanya.

"Ayok!" Ajak Indira.

"Siap." ucap Arza sambil berdiri lalu menyalami hady.

"Papa Indira pergi dulu ya, Pa. Doain Indira supaya Indira kuat." ucap Indira lebay, padahal hanya lari lagi dekat komplek rumah nya saja.

"He'em." ucap Hady.

"Oh ya, Pa, satu lagi."

"Apa itu?" tanya Hady pura-pura penasaran, padahal dirinya malas mendengar celotehan putri bungsu nya itu.

"Papa ga usah kangen sama Indira, Indira hanya pergi sebentar." ucap Indira lalu kabur ke luar rumah.

Arza tersenyum kecil melihat tingkah absurd Indira. Yang seperti itu yang akan Arza jadikan sebagai peesit nya? Sungguh berbanding terbalik dengan Indira saat pertama mereka bertemu di Lebanon, bijaksana, elegant, anggun, smart bukannya seperti petasan banting kayak sekarang.

"Mana Indira?" teriak Indah dengan membawa handuk basah berwana pink milik Indira.

"Baru saja pergi dengan Arza."ucap Hady santai.

"Anak ini sudah besar masih saja ngeyel di bilang kalo handuk basah itu di dindingkan, bukan nya di simpan di atas kasur bagaimana kalo basah nanti bisa-bisa kasurnya jamuran." ucap Indah sambil mendindingkan handuk di halaman luar.

Started In Libanon [End]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang