Part 72 ✔ 🌻 Ending 🌻

1.4K 54 5
                                    

"APAAA DOK?!! Kanker otak? Tapi isteri saya sehar-sehat saja". Ucap Azmi begitu terkejut.

"Tapi itu yang kami dapat setelah menjalani pemeriksaan. Ibu Qilla mengidap kanker sudah memasuki stadium 3, apalagi kondisi dia yang juga tengah hamil. Bahkan selama ini sepertinya ibu Qilla juga sama sakali tidak menjalankan perawatan rutin apalagi meminum obat, itu yang menyebabkan kanker nya semakin cepat berkembang". Jelas dokter tersebut.

"Selama ini isteri saya baik-baik saja. Bahkan dia sama sekali tidak mengeluhkan sakit. Lalu sekarang apa yang dapat dilakukan? ".  Ucap Azmi dengan mata yang sudah berbinar hendak meneteskan air mata. 

"Melihat kondisi pasien, kemungkinan buruk kita harus memilih satu diantara keduanya, anak atau ibu yang diselamatkan". Jawab dokter.

Kalimat itu memberikan pukulan tertubi-tubi dalam hati Azmi, ia memejamkan mata. Apakah ini alasan sikap aneh Qilla selama ini.

Kenapa kamu sembunyikan ini semua dariku, Qilla. Batin Azmi sambil menangis dalam diam.

"Pak kita sudah tidak ada waktu lagi, anda harus cepat memilih karena keadaan pasien sudah mulai melemah. Saya tinggal kedalam dulu". Ucap dokter itu langsung masuk kedalam ruang UGD.

"Assalammualaikum Mas. Yaa Allah ada apa? Mengapa kamu menangis? ". Ucap Umi Laila begitu tiba mendapati sang anak tengah menangis.

"Qilla Umii.. Qillaa". Ucap Azmi. Melihat Umi nya Azmi sontak berhambur dalam pelukan Umi Laila. Sekarang ia benar-benar sedang rapuh.

"Ada apa dengan Qilla? Apa terjadi sesuatu pada bayi kalian? ". Ucap Umi Laila begitu khawatir.

"Qilla mengidap kanker otak dan sudah memasuki stadium 3. Dokter bilang kemungkinan terburuk kita harus memilih salah satu diantar mereka". Jelas Azmi memeluk sang Umi.

Umi Laila juga ikut menangis, mengapa malah jadi seperti ini. Ini adalah pilihan tersulit dalam hidup anak nya.

"Yaa Allah nak, apa yang akan kamu lakukan kalau begitu?". Tanya Umi Laila.

"Azmi ndak tau Umi. Azmi benar-benar kacau sekarang, kita tunggu kabar dari dokter saja". Ucap Azmi yang sudah lemah.

"Maafkan saya Mas ". Gumam seseorang begitu pelan dibelakang mereka. Azmi menghapus air matanya melihat kearah Zeyna bermaksud meminta kejelasan.

"Apa kamu sudah tau semuanya?! ". Tanya Azmi menatap tajam kearah Zeyna. Dengan pelan Zeyna mengangguk.

"APA MAKSUDMU DENGAN TIDAK MEMBERITAUKAN PENYAKIT QILLA KEPADA SAYA!!! ". Murka Azmi. Seketika amarah Azmi meledak, dia dengan cepat berjalan kearah Zeyna berniat ingin menampar wanita itu.

"Azmi sudah.. Cukup.. Dia wanita, kamu tidak boleh memperlakukan dia seperti ini". Lerai Umi Laila memegang tangan Azmi.

"Tapi dia yang sudah buat Qilla seperti ini Umi. Coba kalau dia memberitaukan penyakit Qilla mungkin Qilla tidak bakal seperti ini". Ucap Azmi dengan nada melemah.

"Ada apa ini? Bisa turun kan nada bicara kalian?!  Ini rumah sakit". Ucap dokter tadi baru keluar.

"Dok.. Selamatkan isteri saya, saya mau isteri saya hidup dok". Ucap Azmi berlari menghampiri sang dokter.

"Maafkan saya pak, saya kesini cuma ingin memberitaukan bahwa anak bapak sudah lahir dengan selamat, dan ibu Qilla sendiri yang meminta saya agar menyelamatkan putri bapak. Dan dengan berat hati saya sampaikan bahwa isteri bapak tidak dapat kami tolong, permisi". Ucap dokter itu berlalu pergi dari hadapan Azmi.

Azmi termenung beberapa saat ia masi tidak percaya dengan apa yang dibilang dokter tadi, kakinya seketika melemah. Azmi langsung jatuh kelantai.

"Ngga.. Ngga.. Bukan pasti bukan kan Umi. Qilla sehat-sehat saja, anak kami juga sehat". Ucap Azmi tersenyum seakan tidak terima dengan kepergian Qilla.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dalam Do'a ✔ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang