Part 64 ✔ 🌻 Ku mohon 🌻

2K 126 17
                                    

****
Sepergi nya Mas Azmi dari rumah, aku merasa bahwa kini kepala ku kian sakit bahkan aku sampai terjatuh kelantai. Ya allah ini sangat menyakitkan, dan ditengah rasa sakit kepala ku, tiba-tiba cairan merah kental itu kembali keluar dihidung ku. Sebenarnya ada apa dengan diri ku ini?

Aku terus berusaha untuk bangkit, namun sia-sia bukan nya berdiri justru tenaga ku kian melemah. Pandangan ku mulai buram. Kepala juga semakin berat, darah yang mengalir dihidung ku terus keluar. Ya allah semoga aku tak apa-apa. Hingga detik berikut nya aku tak tau lagi apa yang terjadi.

****
Zeyna POV....

Kini aku sedang berdiri didepan rumah Qilla dan juga Mas Azmi. Aku menatap rumah yang ada didepan ku, dulu aku sangat memimpikan rumah ini. Rumah dimana aku dan juga seseorang yang sangat ku cintai tinggal bersama. Tapi itu hanya lah mimpi kenyataan nya bahwa yang ku cintai kini telah bahagia dengan pilihan nya. Aku tak boleh egois, aku harus bahagia untuk nya.

Aku pun mengetuk pintu rumah tersebut, hari ini sengaja aku memasak lebih dan berniat mengantar kan makanan ini kepada Qilla dan juga Mas Azmi.
Tapi seperti nya aku merasa ada yang aneh, sendari tadi aku terus mengetuk pintu tapi tak ada jawaban dari dalam. Apa semua orang telah pergi? Ah tidak, tadi aku hanya melihat Mas Azmi saja yang keluar.

Karena merasa khawatir, akupun masuk kedalam rumah yang kebetulan tak dikunci oleh sang pemilik rumah. Aku terus berjalan menelusuri setiap ruangan rumah itu. Aku juga melihat diruang tamu terpasang foto pernikahan nya yang ukuran nya begitu besar. Aku hanya dapat tersenyum kecut ketika menatap foto itu.

Aku terus menelusuri kamar satu-persatu, dan langkah ku terhenti dikamar paling pojok ku rasa ini kamar utama. Ku buka knop pintu, dan ketika pintu terbuka. Aku terkejut bukan main, aku melihat Qilla yang tersungkur kelantai sudah tak sadar kan diri.

"Astagfirullah Qilla ". Pekik ku segera ku taruh makanan yang ku bawa, lalu berlari menuju kearah Qilla tergeletak. Aku melihat wajah nya begitu pucat, darah yang dihidung nya juga terus keluar. Apa yang akan ku lakukan saat ini?

Aku bimbang antara menelfon Mas Azmi atau membawa nya kerumah sakit dulu.

"Aku harus membawa nya kerumah sakit baru setelah itu aku akan mengabari Mas Azmi". Gumam ku pada akhir nya.

Akupun membuka ponsel ku lalu memesan taksi, setelah itu dengan sekuat tenaga ku aku membawa Qilla kerumah sakit.

Kini aku tengah duduk dikursi tunggu, sudah 1 jam lama nya tapi dokter belum juga keluar dari ruang UGD. Fikiran ku kini kemana-mana. Aku merasa sangat takut, apa yang terjadi dengan Qilla? Hanya Allah lah yang mengetahui segalanya.

Namun fikiran ku buyar ketika terdengar decitan pintu yang ada didepan ku. Dokter pun keluar dari ruang UGD, segera aku bangkit dan menemui sang dokter.

"Bagaimana keadaan nya dok? ". Tanya ku dengan nada panik. Terdengar dokter tersebut menghembuskan napas. Ada apa ini?

"Apa anda keluarga pasien? ". Tanya sang dokter.

"Tidak. Saya tetangga sekaligus teman nya". Ucap ku.

"Jadi begini, keadaan pasien tidak bisa dibilang baik. Karena pasien mengidap penyakit kanker otak stadium awal. Tapi anda tak perlu cemas, karena ini masih bisa disembuhkan dengan cara terapi dengan teratur. Saya saran kan sebaik nya anda kabari keluarga nya. Permisi". Ucap dokter itu meninggalkan ku. Sungguh aku sangat syok mendengar perkataan dokter. Bagaimana mungkin? Selama ini aku melihat bahwa diri nya sehat-sehat saja, tapi kenapa keadaan nya seperti ini.

Lalu pintu UGD terbuka, Qilla tengah dipindahkan keruang inap. Aku pun mengikuti brankar itu yang membawa Qilla pergi.

****
Qilla POV...

Ya tuhan mengapa aku bisa selemah ini? Bahkan dokter pun belum memberitau ku, aku sakit apa. Sekitar 5 menit yang lalu aku baru sadar, dan melihat aku sudah sampai disini. Ntah siapa yang membawa ku kesini.

"Mba! Kita pindah diruang inap ya". Ucap suster yang sendari tadi berada didekat ku. Apakah separah itu penyakit ku hingga harus dirawat?. Aku mengangguk lemah, rasanya aku tak punya tenaga jika untuk berdebat.

Dan ketika pintu terbuka, aku nampak terkejut karena diluar berdiri sosok wanita bercadar. Tentu aku mengenal nya. Dia berjalan kearah ku lalu mengikuti ku menuju ruang inap.

Sesampainya dikamar inap suster meninggalkan ku dan juga Zeyna. Aku bingung ingin memulai nya dari mana, aku yakin bahwa dia sudah mengetahui penyakit ku.

"Zeyna". Panggil ku. Seketika dia langsung menoleh kearah ku.

"Iya ada apa? ". Jawab nya dengan suara.. Ah tunggu, kenapa ketika aku mendengar suara nya seperti orang abis menangis.

"Kamu menangis? ". Tanya ku bingung. Dia menyipitkan matanya lalu menggeleng.

"Tidak". Jawab nya.

"Aku ingin bertanya bagaimana keadaan ku? Tadi dokter maupun suster belum memberitau ku, aku yakin bahwa kau pasti telah mengetahui nya". Tanya ku dengan menggenggam tangan nya.

"Maaf Qilla.. ". Kini aku sudah memastikan bahwa dia benar-benar menangis. Bahkan aku sempat meringis karena merasakan tangan ku yang diremas oleh nya.

"Kata dokter kau mengidap penyakit kanker otak stadium awal ". Ucap nya lirih. Bagaikan disambar petir. Hati ku kini sangat lah hancur, kenapa seperti ini?

Ya Allah kuat kan lah aku, air mata ku menitih sedikit demi sedikit hingga tangis ku pecah. Aku menangis tanpa suara. Untuk kali ini boleh kah aku menyalahkan takdir atas keadaan yang ku lalui ini?

"Sabar Qill.. Sabar.. Ingat bahwa Allah akan selalu menemani kita disaat apapun. Aku tau bahwa Allah sangat menyayangi mu sehingga ia kirimkan penyakit ini supaya kau akan tetap ingat dengan nya. Aku juga yakin bahwa Allah tidak memberikan cobaan diatas batas kemampuan kita. Jadi serahkan semua kepada Allah, percayalah bahwa ada keberkahan dan kebahagian dibalik ini semua". Ucap Zeyna memeluk Qilla dan mengusap punggung kecil nya.

"Qilla kamu tunggu disini.. Aku keluar ingin mengabari Azmi bahwa kau masuk rumah sakit". Ucap Zeyna yang melepas genggaman ku lalu ingin beranjak pergi.

"Tunggu Zeyna!! ". Cegah ku. Aku tak ingin jika Mas Azmi mengetahui bahwa aku masuk rumah sakit dan aku juga tak ingin jika dirinya mengetahui penyakit ku. Aku takut jika ia mengetahui nya pasti dirinya akan sangat khawatir.

"Iya ada apa Qill? ". Tanya Zeyna bingung. Aku berusaha untuk bangkit dari tidur ku, melihat itu segera Zeyna ikut membantu ku merapikan bantal guna membuat ku bisa bersandar. Aku menatap wajah Zeyna yang tertutup oleh cadar. Aku bisa melihat bahwa ada kilauan rasa kekhawatiran dalam dirinya.

"Ku mohon Zeyna jangan beritau kan ini kepada Mas Azmi, aku tak mau jika dirinya sampai merasa khawatir tentang keadaan ku ini. Tolong sembunyikan ini dari Mas Azmi!". Ucap ku dengan memohon. Ku harap dia mau membantu ku, bukan nya aku tak mau mengabari nya hanya saja, aku takut jika dia akan kefikiran terus dengan ku. Sehingga ia tidak fokus dalam mengajar.

"Tapi bagaimana caranya aku menyembunyikan ini, sedangkan kau harus dirawat semalam untuk mengembalikan tenaga mu. Alasan apa yang akan ku berikan agar dia tidak mengkhawatirkan keberadaan mu? ". Ucap Zeyna yang membuat ku mulai berfikir. Benar juga apa yang dikatakan oleh Zeyna. Aku harus mencari sebuah alasan yang pas, agar ia percaya dan tidak mengkhawatirkan ku.

"Aahh aku punya Ide.. ". Ucap ku pada akhirnya.

Huhuhuhu...
Author come back 😙

Makin kesini mulai mendekati part terakhir nih 😭, bakalan beneran pisah kita. Ya Author udah lama banget ya ngga update whattpadd ya kalian tau sendiri lah. Sibuk nya anak sekolah gimana.

Ya walau sekarang lagi dalam tahap dirumah aja, tapi tetap tugas laga lock down 😭, tapi sekarang Author mulai berfikir buat bagi waktu gitu, jadi ada waktu nya buat belajar ada juga waktu nya buat nulis hehehe... 😁
Gimana adil ngga?

Jangan lupa vote and comen guys 😙😙
See you next time 🙌

04-06-2020

Cinta Dalam Do'a ✔ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang