Dewa bahkan tidak pernah meminta apapun pada Tuhan. Bahkan ketika ia di tuding sebagai pembunuh ia hanya diam. Ketika di bully dia hanya diam. Ketika dunia tak menginginkan dirinya ada dia juga diam.
Tapi, untuk yang satu ini bolehkah dia egois. Bo...
Ada sakit yang coba Biyu tekan dalam dada. Ruangan inilah saksinya. Ia pikir ayahnya memang sudah benar-benar gila. Ia juga bodoh, karena tak bisa menjaga Dewa seperti janjinya.
Kosong dan gelap ruang ini begitu mendominasi. Suara hewan-hewan malam telah terdengar. Ia gagal menyelamatkan Dewa juga dirinya sendiri.
"Maafin gue."
Kini mereka berdua tengah terikat di tengah ruang dengan posisi duduk yang saling membelakangi. Kursi besi yang menjadi tempat mereka duduk sedikit menjadi penghalang bagi Biyu.
"Mas Abi nggak salah."
Suara itu terdengar sedikit lemah dengan getar yang menahan sesak. sebenarnya sudah dari tadi pagi sesak itu menghujam dada Dewa. Namun, sebisa mungkin anak itu menahannya.
"Wa, kamu nggak papa?" Pertanyaan paling bodoh yang pernah Biyu lontarkan. Dari suaranya saja sudah jelas jika Dewa tengah menahan sakitnya.
Dewa hanya membalasnya dengan gumaman. Dewa merapal doa dalam hati. Berharap agar ada orang baik yang segera menolong mereka. Tapi, kalau Tuhan mau mengambil nyawanya hari ini Dewa ikhlas.
"Wa, jangan diem aja dong gue takut, nih."
"Mas."
"Kenapa?"
"Nggak bisa napas."
Tarikan napasnya semakin berat. Biyu panik sekarang, meski sudah sering dihadapkan dengan situasi seperti ini nyatanya Biyu belum terbiasa.
"Tarik napasnya pelan-pelan. Jangan panik," ucapnya. Padahal aslinya dia sendiri sudah panik dan bingung harus bagaimana.
Beberapa kali Dewa mencoba mengatur napasnya dibantu intruksi dari Biyu. Syukurlah penyakitnya sedang tidak manja dan ia bisa bernapas kembali meski masih ada sedikit sesak yang tertinggal.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah Sena kosong saat Judha dan teman-teman lainnya sampai di sana. Kata satpam yang berjaga Sena pergi dari kemarin dan belum pulang ke rumah lagi. Firasat Judha semakin yakin jika Dewa ada bersama Sena dan mungkin juga, Biyu. Tapi, di mana mereka berada?
Judha memukul stir mobil dengan keras. Melampiaskan kesal yang ada pada dirinya. Ia sangat menyesal karena tidak mengindahkan pesan Biyu kemarin. Harusnya dia percaya jika Biyu sudah berubah dan tak mungkin menyakiti Dewa.
"Maaf." Gumaman itu terdengar lirih. Kepala Judha bersandar pada stir mobil. Air matanya turun tanpa permisi. Jhewa, Pesona dan Wawan yang melihatnya tampak ikut terluka.
Orang suruhan Ayah Wawan juga belum menemukan keberadaan mereka. Membuat Judha tambah frustasi.
"Tunggu!" pekik Judha.
Cowok itu mengeluarkan ponselnya. Menyalakan GPS dan mulai meretas posel Biyu. Ya, Judha memang pintar dibidang ini meski usianya masih muda. Dan, semoga saja kali ini berhasil.