Bother |14|

2.5K 252 24
                                    

Pagi ini mendung sedikit menggantung. Gumpalan awan hitam bergerak searah dengan laju angin yang membawanya. Dua orang yang kini tengah terdiam canggung tampak tak ada yang ingin membuka suara. Sayup-sayup hanya suara radio yang terdengar pelan.

Biyu tengah fokus dengan jalanan di depannya yang sedikit macet. Titik-titik air mulai berjatuhan dari langit. Membuat dingin dari AC dalam mobil ikut meningkat. Dewa menggosok lengannya saat udara tak lagi bersahabat. Matanya menatap keluar jendela di mana banyak orang berteduh untuk menghindari hujan.
Traffic light yang semula hijau kini berganti merah membuat Biyu langsung menginjak rem dan seketika mobil berhenti melaju.

"Pakai." Biyu menyopot jaket yang semula ia pakai. Tidak tega melihat Dewa yang kedinginan.

"Nggak usah nanti Mas Abi kedinginan."

"Gue nggak selemah lo." Tidak ingin membuat Biyu marah karena tidak menurut akhirnya Dewa menerima dan memakai jaket Biyu. Dalam hati ia bersorak senang.

Mobil yang mereka tumpangi mulai bergerak saat lampu telah berganti warna. Biyu melajukannya sedikit cepat karena bel masuk sekolah akan berdering sebentar lagi. Anak itu membelokkan stirnya ke kiri ketika mereka telah sampai di perempatan.

Entah karena terkejut atau memang Biyu yang kurang fokus. Cowok itu menyerempet seorang ibu-ibu dan anak kecil yang akan menyebrang.

"Mas Abi, awas!" Dewa memejam dengan tangan menutup kedua telinganya. Dengungan serta bayang-bayang kelam di masa lalu berputar diingatan.

Biyu mematung dengan napas tercekat. Sampai sebuah gedoran di kaca jendela mengalihkan fokusnya.

"Mas, turun!"

"Tanggung jawab, Mas!"

Biyu meneguk ludah kasar lalu bergegas turun untuk melihat keadaan si korban.

"Duh, anak sekolah jaman sekarang kalau nyetir suka sembarangan!" sungut ibu-ibu dengan jas hujan berwarna biru.

"Tanggung jawab kamu!"

"Iya, saya pasti tanggung jawa." Biyu menjawabnya dengan acuh. Cowok itu mendekati sang ibu dan anaknya yang tengah meringis di trotoar jalanan. Biyu tidak lagi perduli dengan baju seragamnya yang telah basah karena hujan.

"Gimana ini, Mas?!"
 
Biyu terus saja didesak oleh orang-orang yang berkerumun apalagi kini anak dari ibu tersebut malah menangis. Biyu semakin pusing dibuatnya.

"Sudah-sudah saya tidak apa-apa." Ibu yang diserempet Biyu mencoba melerai.

"Nggak bisa gitu, Bu. Anak ini harus tanggung jawab."

"Iya, saya akan tanggung jawab mari bantu saya buat bawa Ibunya ke mobil." Beberapa orang di sana membantu Biyu. Setelah sang ibu dan anaknya sudah berada di dalam mobilnya, Biyu berucap maaf dan terimakasih pada pengguna jalan yang telah membantunya. Meskipun berandalan begitu dia juga masih punya tata krama. Biyu segera bergegas mencari klinik atau rumah sakit terdekat.

"Ibu maaf saya tadi nggak sengaja," ucap Biyu begitu dirinya sudah berada di balik kemudi.

"Nggak pa-pa, Nak. Salah Ibu juga yang nggak liat-liat jalan sebelum nyebrang." Biyu mengambil minum di dashboard dan memberikannya pada ibu yang diserempetnya sebelum  kembali melajukan mobilnya.

Cowok itu melirik Dewa yang sedari tadi hanya diam membisu.

"Lo nggak papa?" tanya Biyu seraya menyentuh puncak kepala Dewa. Ini gerakan refleks karena setelahnya Biyu langsung menarik tangannya dan merutuk dalam hati. Dewa hanya mengangguk kaku dengan senyum tipis di bibirnya.

BotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang