Bother; 17

2.1K 216 22
                                    

"Jatayu Sadewa, apa kabar? Lama kita nggak ketemu."

Dewa tersentak dan langsung mendongak kala mendengar suara itu. Matanya menatap cermin di depannya. Pantulan diri serta seseorang yang berdiri di belakangnya terlihat jelas di sana.

Dewa meneguk ludahnya kasar. Dia takut. Sena menatapnya dengan raut yang tidak bisa diartikan.

Dunianya seperti hilang, kakinya lemas apalagi dia sendirian di sini. Dewa merutuk dalam hati tau begini tadi dia tidak menolak saat Biyu menawarkan diri untuk ikut dengannya ke sini.

"Hey, kenapa diam?"

Sena mendekat perlahan begitu jarak mereka sudah dekat kedua tangan Sena memegang bahu Dewa. Bisikan yang diberikan lelaki itu di telinga membuat Dewa merinding seketika. Mau mengelakpun rasanya tidak bisa. Tubuhnya seperti terkunci dengan kaki melemas seperti jelly. Ahh, kabur juga percuma Sena pasti sudah mengunci akses keluarnya.

Seringaian Sena yang terpantul di cermin membuat Dewa tambah ketakutan. Cowok itu bergerak ke samping mencoba menghindar dari kungkungan Sena.

"Ooo ... melawan rupanya."

"Om Sena."

"Iya, kenapa?" Dewa melangkah mundur saat Sena melangkah maju.

Langkah Dewa terhenti kala badannya menyentuh dinding. Dalam hati ia memanggil nama Biyu agar menyelamatkannya dan membawanya pergi dari sini. Ia benar-benar ketakutan. Dia juga belum membuat surat wasiat untuk Cimoy--hamster kesayangannya--serta teman-teman lainnya, Dewa belum siap jika harus mati sekarang.

"Om Sena, mau ngapain?" tanya Dewa takut saat langkah kaki Sena semakin mendekat padanya.

"Mau main sebentar sama keponakan Om yang manis ini." Senyum Sena terlihat sangat menyeramkan bagi Dewa.

Jantung Dewa berdetak tidak karuan dan ini sangat tidak baik tentunya.

"Om Sena, aku mau--"

"Mau apa, hmm. Tenang Abimanyu nggak tau kok kalau kita cuma berdua di sini. Apalagi pintunya udah om kunci. Jadi, apakah sudah siap untuk bermain-main, Dewa." Tubuh Dewa tersentak saat ditarik paksa oleh Sena. Lelaki itu menyeret Dewa memasuki salah satu bilik toilet dan menguncinya dari luar. Tidak lupa sebelum Sena meninggalkan Dewa ia menyiram anak itu dengan satu ember air yang ada di sana.

"Om!"

"Buka pintunya!"

"Om Sena! "

Dari dalam bilik Dewa hanya bisa diam mematung dengan tangis yang meluruh secara perlahan.

Dari dalam bilik Dewa hanya bisa diam mematung dengan tangis yang meluruh secara perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dewa mana?" tanya Jhewa saat Judha datang dan duduk di samping Pesona.

"Mau ke toilet dulu katanya. Kenapa, kangen ya, lo?"

"Enggak!" Jhewa langsung menolak dengan tegas. Cewek itu terlihat kikuk dan tak tau harus apa. Dia seperti baru saja kepergok. Tapi, memang iya.

"Aduh." Pesona menepuk jidat kemudian menarik Judha mendekat dan bersembunyi di balik punggungnya.

BotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang