Banyak hal yang terkadang selama ini kita abaikan. Mulai dari hal-hal kecil yang tidak terlalu penting. Hingga hal besar yang sangat penting. Syukur contohnya. Kadang manusia lupa bersyukur ketika Tuhan memberi mereka kebahagiaan dan selalu mengeluh kalau Tuhan tengah memberi sedikit cobaan.
Kiranya seperti itu yang tengah Biyu alami. Cowok itu tengah termenung di kamarnya. Memutar kembali seluruh kenangan lama yang membuatnya bahagia maupun terluka. Jika di pikir-pikir lagi, selama ini Tuhan selalu memberinya banyak kebahagiaan hingga ia lupa untuk bersyukur. Sampai akhirnya Tuhan tarik rasa bahagia itu dan digantinya dengan sedikit luka. Namun, sayangnya Biyu terlalu berlarut-larut dalam kesedihan sehingga menimbulkan rasa dendam yang tidak ada ujungnya. Hingga ia sadar jika masih banyak orang yang jauh lebih susah darinya tapi mereka masih terlihat bahagia.
Memang tak mudah berdamai dengan diri sendiri dan luka di masa lalu yang masih terbawa hingga kini. Kalau boleh mengeluh pasti hanya kata capek yang akan Biyu ucapkan. Ia capek memendam semuanya sendirian. Ia capek dianggap tak berguna dan selalu menyusahkan. Ia capek telah pura-pura menganggap jika Dewa memanglah tidak ada.
Jiwa dan kesadaran Biyu baru kembali setelah kedua orang tua Dewa dan Andaru tiada. Rasanya Biyu turut merasakan sakit yang teramat pada hatinya. Baru saja dia merasa bahagia karena kembali memiliki keluarga. Namun, ternyata bukan itu rencana Tuhan yang sebenarnya. Mungkin Tuhan ingin ia dan Dewa kembali seperti dulu meski dengan cara yang menyakitkan seperti ini.
Kini Biyu tengah memandang dua potret beku dalam bingkai putih di depannya. Danu dan Amira terlihat sekali nampak bahagia di sana. Biyu jadi ikut tersenyum ketika melihatnya.
"Om, Tante, Abi harus gimana?" Kalau dulu mereka berdua akan merengkuhnya kini tak akan lagi bisa.
"Abi bingung. Abi nggak mau balik ke rumah Papa. Abi takut Om, Tante. Mama juga belum bisa nerima Dewa. Abi harus gimana?"
Biyu menangis. Setelah sekian lama cowok itu tidak melakukan hal ini. Ya, kuat adalah caranya bertahan diri. Baginya menangis tidak pernah ada gunanya yang ada kita malah semakin menikmati rasa sakit yang tengah tercipta dan tak tau di mana ujungnya.
Bahunya bergetar hebat. Sikunya menyangga pada paha dengan telapak tangan yang menutup wajah.
Dewa ada di sana. Melihat semuanya dari awal. Dia juga melihat bagaimana raut penyesalan itu terpancar dari wajah Biyu. Untuk pertama kalinya Dewa melihat Abimanyu rapuh, jatuh dan bisa kembali ia rengkuh.
Karena tak tahan melihat Biyu yang terluka sendirian akhirnya Dewa masuk ke dalam dan memeluk Biyu dengan penuh kehangatan. Awalnya Biyu kaget karena Dewa memeluknya. Tapi, semakin lama ia merasa nyaman dan membuka tangannya untuk membalas pelukan Dewa. Dewa bisa mendengar kata maaf yang berkali-kali Biyu ucapkan. Dewa tersenyum dengan haru. Ini kah harinya. Hari kemenangannya. Atau justru awal baru dari sebuah luka. Mana yang harus Dewa percaya, bahagia atau sedih karena Biyu telah kembali padanya?
Tolong berita tahu Dewa jawabannya agar ia tidak kembali berharap dalam jurang luka yang menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bother
Teen FictionDewa bahkan tidak pernah meminta apapun pada Tuhan. Bahkan ketika ia di tuding sebagai pembunuh ia hanya diam. Ketika di bully dia hanya diam. Ketika dunia tak menginginkan dirinya ada dia juga diam. Tapi, untuk yang satu ini bolehkah dia egois. Bo...