Dua--Malam itu

216 17 3
                                    

"Dua bang, rasa nanas. Gapapa, rasanya beda yang penting setia."

Aku hanya sedang berfikir, dan menerka-nerka siapa laki-laki itu, ah iya dia adalah laki-laki yang menabrakku tadi pagi, manusia paling menyebalkan, aku benci dia.

Abang tukang eskrim itu memberikan eskrim kemasan rasa durian dan nanas, aku mengambil eskrim rasa durian dan segera ingin membayarnya tapi ditahan oleh laki-laki itu. Aku berjalan keluar kedai eskrim, aku malas berlama-lama disana karena ada laki-laki paling menyebalkan itu, aku benci dia, hilangkan saja dia dari pengelihatanku.

Aku terus berjalan sambil melahap eskrim rasa durian itu dengan rakus.

"Sebagai permintaan maaf," Ucap laki-laki itu yang tiba-tiba ada disebelahku.

"Untuk apa?"

"Kejadian tadi pagi, lo murid baru ya? Pindahan dari mana?" Tanyanya dengan bersemangat.

"Lo nggak memenuhi syarat buat nanya itu!" Jawabku sambil menatap malas kearahnya.

"Kalo untuk menyayangimu sudah memenuhi syarat belum?"

Apa dia bilang? Aku tidak salah dengarkan? Semesta, aku harus jawab apa? Kenapa jantungku berdetak lebih cepat?

"Hahaha," Tawa laki-laki itu seketika membuyarkan lamunanku.

"Memangnya ada yang lucu?"

"Wajahmu."

"Lagian gue cuma bercanda, lo serius bangat kayanya," Lanjut laki-laki itu sambil berusaha menghentikan tawanya

"Apa si nggak asik bangat!" Kataku sambil berlalu pergi.

Tapi lagi-lagi dengan cepat laki-laki itu sudah berada di sampingku lagi, mungkin karena dia lebih tinggi dariku jadi langkahnya lebih jauh.

"Venusa Auriga."

"Kenapa? Venus itu nama planet kan? Planet yang indah yang biasa disebut bintang fajar, kalo auriga nama rasi bintang benar ga?" Jawabku menerka-nerka.

"Apaansi Cil, orang itu nama gue."

Aku hanya ber oh ria saja mendengar penjelasannya, tapi tunggu dulu,

"Cil?" Tanyaku mengintrogasi.

"Bocil, bocah cilik," katanya sambil tertawa menatap ku.

"Galucu ya!"

Aku berlalu pergi sambil mencari amang-amang tukang sekoteng.

"Amang mau satu ya," Kataku tersenyum ramah.

"Dua mang," lanjut Venusa yang selalu datang tiba-tiba.

"Aden meni Karak katingali, kamana wae," kata amang-amang sekoteng itu sambil tersenyum kearah Venusa

"Ada mang, baru pulang keliling bulan," Jawabnya santai.

Dia benar-benar manusia aneh!

Dengan cepat dua mangkuk sekoteng sudah siap untuk dimakan, ini benar-benar kelemahan ku! Selain aku menyayangi kota penuh cinta ini, aku juga menyukai sekoteng khasnya.

Aku dan Venus memilih tempat duduk lesehan untuk menikmati sekoteng malam ini.

"Marsa, lo nyangka nggak sih kenapa nama kita bisa kebetulan gini?"

"Kok tahu namaku?"

"Baca di nametag lo waktu pagi, ketika gue nabrak lo," Jelas dia sambil menatap mataku.

Aku mau pergi saja, aku gakuat liat mata indahnya!

"Teman-teman kakak jahat, mereka nggak punya hati ya?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Venusa MarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang