Tiga--Sepeda Sipa?

189 15 6
                                    

"Tapi gue takut Marsa!"

"Apa yang lo takuti si Ra, Farhan udah pasti sayang sama lo."

"Gue takut kalo kita pisah, terus kita jadi mantan dan seakan-akan kaya orang gak kenal, dari dulu gue mau temenan aja."

"Lo harus bisa jaga hubungan kalian supaya baik-baik aja, jangan mikirin kemungkinan-kemungkinan yang nggak akan terjadi," kataku sambil memegang bahu Ara.

"Makasih ya Marsa," Ucap Ara sambil memelukku.

Tunggu dulu, Dia benar-benar memelukku, aku baru tahu ternyata wanita seperti Ara bisa sehangat ini.

***

Aku sedang berdiri di gerbang sekolah, menunggu angkutan umum yang lewat, tetapi sejak tadi belum ada yang lewat sama sekali, sekolah sudah sedikit sepi, dan untungnya di dalam masih ada anak basket yang sedang latihan.

Sejak tadi belum ada angkot yang lewat, aku kebingungan harus bagaimana, uangku hanya cukup untuk naik angkot saja, kalau jalan kaki tidak mungkin, aku gampang kelelahan yang ada nanti aku pingsan.

Tiba-tiba seseorang datang dengan sepeda gunungnya, berhenti di depan ku dengan gaya, ah ntahlah aku tak mengerti dengan manusia satu ini.

"Jangan panggil aku anak kecil paman, namaku Sipa."

"Galucu kak!"

"Bareng yuk, jarang ada angkot jam segini," Ajak nya sambil menaik turunkan alisnya.

"Nggak mau!"

"Yakin? Jarang-jarang kan naik sepeda Sipa?" Tanyanya menggoda.

"Yaudah aku mau!"

"Yaudah naik lah."

Aku menaiki sepedanya, aku sudah menaiki sambil berdiri.

"Pegang aja pundaknya, nanti kalo gak pegangan jatuh," Katanya yang seakan-akan mengerti yang aku pikirkan.

Aku memegang pundaknya dengan ragu-ragu, tapi setelah itu dia mengendarai sepedanya dengan santai.

Aku menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahku, menikmati suasana sore kota Bandung sambil menaiki sepeda bersamanya, bersama manusia yang awalnya aku benci setengah mati, namun dia berhasil membuatku merasakan perasaan yang berbeda, Benar kata orang-orang bahwa Bandung adalah kota cinta.

"Kita beli eskrim dulu mau gak Mars?" Tanyanya memecahkan keheningan diantara kita.

"Aku mau langsung pulang aja kak, udah sore, nanti nenek khawatir."

"Tidak terima penolakan!"

"Kok kakak maksa?"

"Ini keharusan."

Aku hanya menghela nafas, malas berdebat dengan manusia ini, karena aku tidak akan pernah menang. Dia berhenti di sebuah kedai eskrim waktu pertama kita bertemu malam itu.

"Kita beli yang kemasan aja kak, biar cepat."

"Oke, Mochi rasa durian dan nanas?" Tanyanya kearahku.

Dengan cepat aku mengangguk bersemangat.

Dia memesan eskrim itu, dan aku menunggunya diluar. Setelah beberapa menit dia keluar sambil membawa dua kemasan eskrim. Dia memberikan rasa durian kepadaku.

"Suka bangat sama kadu ya mars?" Tanyanya disela-sela kegiatan aku memakan eskrim.

"Kadu?" Jawabku dengan wajah cengo, karena aku benar-benar tidak tahu apa itu Kadu. Dia tertawa melihat reaksiku yang mungkin seperti manusia bodoh.

"Kadu itu Duren Mars, durian durian."

Aku hanya ber oh ria saja mendengar jawabannya, setidaknya aku jadi tahu satu bahasa Sunda baru.

"Dasar anak Jakarta, nggak tahu Kadu!" Katanya meledekku.

"Tapi sekarang tahu kak."

"Panggil Venus aja, jangan panggil kakak."

"Biar apa?"

"Biar mesra."

"Ngaco!"

"Nama kitakan serasi Mars."

"Kata siapa?"

"Itu buktinya, Venusa Marsa."

"Itu cuma kebetulan."

"Itu takdir Mars."

***

Setelah mengantar Mars pulang, Venus pergi ke salah satu kafe, tempat dia dan teman-temannya biasa berkumpul. Jam menunjukkan pukul 20.00.

"Lama Lo anjir!" Kata Rizki yang menyambut kedatangan Venus.

"Yang penting gue Dateng."

"Gimana sama si anak baru?" Tanya Aldo yang membuat Venus diam tiba-tiba.

"Lo yakin suka sama dia bro?" Lanjut Rizki.

"Kepo lo semua!"

"Dia cantik si menurut gue, tapi kayak bocah deh, kayak tertutup juga orangnya," Jelas Rizki.

"Lo yakin Nus? Banyak cewe yang lebih cantik dibandingkan dia, yang lebih kekinian, yang montok," Kata Aldo sambil memasang muka menjijikan

"Gila lo! Gue gak nyari yang begitu."

"Mantan lo yang namanya Intan body nya oke bangat tu, dia juga pengen balikan sama lo kayanya," Kata Aldo sambil mengisap rokoknya.

"Ogah bangat gue sama dia! Kita udah selesai lama, dan masalah balikan kayanya gak mungkin!"

"Cewe yang lebih dari si cupu banyak Nus," kata Rizki.

"Dia punya nama! Gue ingetin namanya Marsa! Jangan panggil dia cupu atau semacamnya, dia cewe paling sempurna."

Setelah mengucapkan itu Venus langsung berlalu pergi meninggalkan kedua temannya. Aldo dan Rizki hanya menatap kepergian Venus yang terlihat sangat marah.

"Fakboi kayak dia bisa benar-benar jatuh cinta?" Tanya Rizki sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Subhanallah, Anugerah!" Sambung Aldo.

"Emangnya si cupu sesempurna apa si Ki?" Tanya Aldo antusias.

"Namanya Marsa o'on!" Kata Rizki sambil menjitak kepala Aldo.

"Dia lumayan cantik iyakan Ki?"

"Perfect bangat kalo soal fisik, tapi kayaknya lugu."

"Tapi gayanya mantep Ki."

"Diakan anak Jakarta, pasti ngerti gaya lah."

***

Sesampainya di rumah, Venus langsung merebahkan dirinya di atas kasur, memainkan benda pipih dan mengetik sesuatu disana.

Marsrinjani_

Suka naik sepeda Sipa nggak?

Ini kak Venus?

Iya, mau bertanya boleh?

Silahkan.

Venusa Auriga sudah memenuhi syarat belum?

Untuk apa?

Menyayangi dan mencintai mu.
Dilihat 22.05

Sudah hampir sepuluh menit tak ada balasan dari Marsa, Venus hanya menarik nafas dan membuangnya gusar, dia terkekeh, menertawakan dirinya sendiri. Karena yang ia pikirkan hanya Marsa, dan untuk pertama kalinya dia berusaha mendekati wanita, biasanya para wanita dulu yang mendekati dan mengejarnya.

"Marsa emang benar-benar beda dari banyak wanita, dia sempurna, unik, lucu dan yang paling menarik dia masih lugu."

Venusa MarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang