12. Harsa (#1)

107 7 2
                                    

Aku merebahkan diriku di kasur kingsize. Sejak satu jam lalu aku sudah berada disini, di Bandung tentunya, ah aku hanya butuh tidur sekarang, tapi sialnya ponsel ku berdering, bukan dering telfon tapi. Aku mengeceknya dan ternyata.

Ar.giandra requested to following you.

Aku berfikir sebentar, ini siapa? Kulihat postingannya banyak tentang kopi, bisa dipastikan ini kak Arkan? Akhirnya aku memfollback saja. Tunggu dulu, ternyata dia mahasiswa kedokteran, wah hebat sekali. Tapi ini benarkan kak Arkan? Aku takut salah orang.

Ting!

Ya, dia DM aku, benar dugaanku ternyata dia kak Arkan.

"Marsa!" Teriakan nenek berhasil membuatku mengabaikan ponselku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Marsa!" Teriakan nenek berhasil membuatku mengabaikan ponselku.

"Kenapa nek?"

"Lihat ini siapa yang datang,"

Aku berlari keluar kamar, hingga kudapati manusia paling menyebalkan! Ah tidak-tidak sekarang sudah berubah jadi manusia kesayangan.

"Ngapain siang-siang kesini Venus? Kamu nggak istirahat nanti kecapean," Ucapku sambil mendekat kearahnya.

"Rinduku lebih kelelahan daripada tubuhku Mars."

"Rindu?"

"Iya, aku rindu kamu? Memangnya kenapa tidak boleh?"

"Baru tidak melihatku satu jam!"

"Rasanya seperti seribu jam," Jawabnya sambil mencubit pipiku.

"Beli eskrim yuk Mars, sekalian ketemu Ucok."

"Ayok!"

"Nanti nenek belikan ya," Ucap nenek sambil cengengesan.

"Iya nek, tenang nanti Venus belikan dengan tokonya."

"Ngaur kamu ini."

"Marsa, sama Venus berangkat ya nek?" Kataku.

"Hati-hati sayang."

"Jangan khawatir nek, kan ada Venus."

Nenek tersenyum ramah, sambil mengacak rambut Venus, kami berdua berpamitan dan segera berangkat menuju toko eskrim langganan kami tentunya.

Masih setia, aku memegang pundak kokohnya, kami naik sepeda Sipa kesayangannya, aku senang sekali ketika naik sepeda ini bersamanya. Rasanya bahagia selalu.

Hampir pukul 13.00 namun suasana di Bandung tidak panas, udaranya sejuk seperti udara pagi di Jakarta.

Hingga kami sampai di toko eskrim ini, menggeletakan sepedanya sembarangan masih jadi kebiasaan dia, kita berjalan kedalam, Venus merangkulku, walaupun sebenarnya aku tidak suka dirangkul seperti saat ini.

"Kak Marsa, kak Venus!" Teriak anak laki-laki itu menghampiri kami.

"Hei, gimana kabar kamu?" Tanya Venus sambil membungkukkan tubuhnya.

Venusa MarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang