10. Hitungan waktu?

106 9 1
                                    

Anak kelas sepuluh dan sebelas sedang diliburkan, karena memang anak kelas dua belas sedang melakukan ujian nasional, bagaimana bisa secepat ini? Hampir satu tahun aku di Bandung dan semuanya berjalan baik-baik saja. Setelah mendengar kabar beberapa hari lalu tentang tujuan Venus, aku jadi semakin resah, benar-benar takut kehilangannya. Bagaimana bisa aku sudah memberikan perasaanku sepenuhnya.

Hari ini aku dan Ara akan pergi ke toko buku Farid pionir. Aku sedang menunggu Ara di teras rumah, lalu tak lama ia datang dengan sepeda motornya, aku menghampiri dia, dan ia memberikanku helm untuk dipakai.

Sepeda motor Ara melesat ke jalanan dengan kecepatan rata-rata. Walau siang hari udaranya tidak terlalu panas, udara di Bandung selalu menjadi suasana paling menyenangkan. Setelah beberapa menit diperjalanan akhirnya kami sampai.

Tapi ingat Ara hanya mengantarku saja, karena ia paling malas jika berurusan dengan buku, dan kebetulan sekarang ia akan menemui Farhan.

"Xiexie Ara," Ucapku gembira sambil memeluknya.

"Xue kali ah, ngapain Lo bawa-bawa nama ikan asin?"

"Ih Artinya terimakasih Ara!" Jawabku kesal.

"Yaudah iya xuexue."

"Xiexie Ara!"

"Iya sama-sama, gue duluan, lo hati-hati ya."

"Oke, dadah."

Aku masuk ketoko buku, mencari buku yang menarik untukku baca selain buku-buku karya kak Tsana. Buku-buku kumpulan puisi jadi tujuanku, aku mengambil beberapa buku, lalu aku akan pergi membayarnya, tapi tiba-tiba

Brukh!

"Aww," Ringisku karena bokongku sudah menyentuh lantai dan buku yang tadi kupilih ikut jatuh.

"Maaf-maaf, saya tidak memperhatikan jalan!" Kata seorang laki-laki yang kulihat lebih tua dariku, sepertinya anak kuliahan.

"Iya gapapa kak," Jawabku, sambil aku berusaha berdiri dan merapikan buku-buku yang berjatuhan.

"Arkan," Ucap laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.

"Marsa kak, aku duluan ya, mau bayar bukunya ke kasir."

"Gimana kalau habis ini ke caffe? Nanti saya anter kamu pulang, itung-itung sebagai permintaan maaf, gimana?"

"Nggak kak, takutnya merepotkan."

"Nggak merepotkan sama sekali, mau ya? Sebagai permintaan maaf saya."

Aku hanya tersenyum lalu menganggukkan kepala sebagai tanda setuju, aku segera menuju kasir untuk membayar buku yang akan aku beli.

"Sudah?" Tanyanya ketika aku menghampiri dia di depan pintu keluar.

"Sudah."

"Yaudah, ayok!" Katanya sambil berjalan lebih dulu, aku hanya mengikutinya dari belakang.

Kulihat ia mendekat ke sebuah motor klx yang terparkir manis disana. Ia memakai helm full facenya, dan memberikan helm biasa kepadaku.

Aku naik keatas motornya, ia mengendarai motornya dengan cepat, menancap gas motornya sehingga melesat membelah jalanan kota Bandung.

"Kak pelan pelan dong! Kakak ngajak aku mati muda? Aku belum menikah ini!" Kataku karena ketakutan.

"Iya-iya maaf," Ucapnya sambil tertawa. Dan kurasakan laju motornya menjadi lebih pelan.

Tak butuh waktu lama, kita sampai disalah satu kedai kopi, tunggu dulu, inikan tempat pertama aku minum kopi, tempat aku minum kopi bersama Venus.

Dia berjalan masuk, dan aku hanya mengikutinya dari belakang.

Venusa MarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang