Pagi yang cerah, namun tak secerah perasaanku hari ini, aku masih dilanda kebingungan-kebingungan tentang perubahan sikap Venus, banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Hari ini aku sudah rapih dengan seragam sekolah, dan jam menunjukkan pukul 06.00, masih sangat pagi, namun aku sudah duduk di meja makan, ingin segera sarapan.
"Nek, kenapa nggak ada sarapan?" Tanyaku pada nenek yang sibuk membaca surat kabar seperti biasa.
Nenek bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur, mengambil kotak makan dan botol air minum lalu diberikan padaku.
"Itu roti pakai selai coklat, sama goreng ubi, nanti di habiskan."
"Nenek Marsa kurang suka sama ubi," kataku sedikit terlihat marah, tentusaja ini hanya mengingatkanku pada laki-laki itu.
"Siapa bilang itu buat kamu?"
"Terus buat siapa?" Tanyaku kebingungan.
"Buat perutmu."
"Nenek, Marsa serius."
"Sudah berangkat, nenek tidak terima pertanyaan lagi."
Aku mencium punggung tangan nenek, lalu berpamitan ingin pergi ke sekolah, nenek memang suka menyebalkan, seperti anak muda saja.
Aku keluar rumah, lalu dikejutkan dengan, ah tidak mungkin, ini pasti nggak mungkin. Aku mencubit tanganku namun terasa sakit, menampar pipiku terasa sakit juga, ini bukan mimpi, ini sungguhan.
"Venus."
"Ayo berangkat!"
Aku masih terdiam, berusaha memahami apa yang sedang terjadi, maksudnya apa semesta?
"Cepat Mars," kata Venus yang menyadarkanku dari lamunan.
Aku hanya menurut, naik di sepedanya, sambil memegang pundak kokohnya, aku masih tak mengerti, Sebenernya apa maksud dia.
"Nenek membangunkan mu lebih pagi?" Tanyanya ketika kami sedang berjalan di kooridor sekolah, karena sejak diperjalanan kami hanya diam saja.
"Iya, kenapa?"
"Bagus, nenekmu bisa diajak kerjasama juga."
"Jadi, kalian merencanakan ini?"
"Aku yang minta bantuan nenekmu."
Aku hanya menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti, enggan berbincang terlalu lama, aku masih bingung dengan ini semua. Aku dan Venus memilih untuk duduk di bangku taman, karena ini masih terlalu pagi dan lumayan sepi.
"Ini Venus, nenek buatin ubi goreng," kataku sambil menyodorkan kotak makan.
"Wah, tau aja nenekmu, lain kali kamu yang buat Mars," Kata dia sangat bersemangat dan mengambil ubi gorengnya.
Aku mengambil roti isi coklat dan memakannya sambil menatap wajah laki-laki yang sejak lama ingin ku miliki sepenuhnya, raga yang aku sayangi dengan sepenuh hati, manusia pertama yang membuatku merasakan hal yang berbeda. Sebenarnya aku ingin marah, namun aku tak bisa, senyumnya membuat hatiku luluh kembali. Rencana yang tadinya enggan berbicara dengan dia, sekarang runtuh seketika, dia memang sudah mengendalikan perasaanku semesta.
***
Sepulang sekolah ia memintaku untuk menunggu dia latihan basket, katanya aku harus pulang bersama dia. Ini sangat membosankan, aku hanya melihat beberapa orang yang sibuk bergerak dilapangan dan aku hanya duduk sendirian sambil menonton mereka, sangat membosankan, belum satu hari aku bersama laki-laki itu tetapi dia sudah benar-benar sangat menyebalkan, tapi aku juga tidak bisa jauh darinya, aku mau dia selalu bersamaku selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venusa Marsa
Teen Fiction*Venusa Auriga Venus adalah salah satu planet yang indah di tata Surya. Sedangkan Auriga adalah rasi bintang yang terletak di langit bagian utara, Auriga adalah seorang pahlawan dalam mitologi yunani. Tapi ini bukan planet atau rasi bintang. Dia so...