11. Asmaraloka

111 8 0
                                    

Bagaimana bisa? Pagi-pagi sekali ia datang kerumah, bahkan tadinya aku masih tertidur pulas, ia membawakan aku dan nenek sarapan bubur ayam. Tahu saja kalau aku sangat menyukai bubur ayam, setelah kejadian kemarin, semalaman aku menangis dan mungkin sekarang mataku sudah punya kantong mata.

Venus selalu terlihat sempurna dimataku, senyuman paling indah yang pernah kulihat sejauh ini, tatapan mata paling meneduhkan, tidak lupa rambut yang membuatnya semakin tampan, ditambah baju hitam yang sekarang sedang ia kenakan, mungkin ketika Tuhan menciptakan dia, Tuhan sedang bahagia. Atau mungkin ketika ia lahir, Tuhan sedang menulis puisi, jadi dia benar-benar manusia yang hampir sempurna, Indah seperti kata-kata yang punya makna.

Kami bertiga menikmati sarapan pagi, sejak tadi nenek hanya tersenyum, dan sesekali berbincang dengan Venus, mereka sudah akrab, aku melihat kalau Venus menyayangi nenek, aku lihat ketulusannya.

Hari ini memang akhir pekan, jadi Venus mengajakku untuk jalan-jalan, ntah kemana, karena kemanapun pergi, jika bersamanya akan selalu menyenangkan.

"Nek, nanti Mars dipinjam dulu ya, boleh?"

"Ambil saja," Jawab nenek sambil tersenyum ramah.

"Kalian kira Mars apa? Barang?"

Nenek dan Venus hanya tertawa, sedangkan aku sedang menahan amarah, sebenarnya cucuk nenek siapa?

Aku sudah rapih, Aku berpamitan kepada nenek, masuk kedalam mobil pribadi milik Venus, lalu Venus melajukan mobilnya dengan santai.

"Kamu tidak marah Mars?" Tanyanya tiba-tiba.

"Apa aku bisa marah sama kamu?"

"Kalau tidak bisa marah, berarti kamu sudah menyayangiku?" Katanya sambil terkekeh.

Iya, aku sudah menyayangimu, bahkan ketika pertama kali aku melihatmu, lalu ketika bilang "Eskrim ya dua, gapapa rasanya beda, yang penting setia." Sejak saat itu sudah aku berikan perasaanku untukmu, aku sudah menyayangimu dari dulu, sangat menyayangimu, bahkan aku sudah punya keinginan ingin memilikimu.

"Kok diam Mars?" Katanya menyadarkan lamunanku.

"Tidak apa-apa."

Kenapa aku merasakan perjalanan terasa jauh, sebenarnya mau kemana? Sepertinya ini bukan daerah Bandung lagi? Dari tadi aku tertidur sangat lama, tapi kenapa belum sampai juga?

"Venus kapan sampai?"

"Sebentar lagi."

"Kita mau kemana sih?"

"Jl. Lodan timur, Pademangan."

Aku hanya membulatkan mulutku, karena terkejut, bukankah itu salah satu jalan dan kecamatan di Jakarta Utara? Bagaimana bisa ingin pergi jauh ia tidak bilang kepadaku? Aku kira kita akan pergi di sekitar Bandung.

"Jakarta?"

"Iya, aku ingin ketemu bunda kamu,"

"Kenapa nggak bilang dulu si? Aku nggak suka kalau begini, mendadak!"

"Kenapa baru bertanya?"

Aku hanya menatapnya kesal, jika bicara dengannya pasti aku yang salah.

"Tapi rumah bunda bukan di Jakarta Utara."

"Kita pergi ke Dufan untuk naik bianglala."

"Nggak mau! Aku takut ketinggian Venus!"

"Nantikan bersamaku Mars, jangan takut."

Sudah-sudah, dia memang laki-laki paling menyebalkan yang pernah ku kenal, bagaimana bisa ia membawaku pergi ke Jakarta? Bandung-Jakarta bukan jarak yang dekat, bagaimana kalau ada apa-apa? Ini terlalu berbahaya untuk anak seusiaku dan Venus.

Venusa MarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang