Empat--Ubi goreng

154 13 5
                                    

Tak terasa sudah satu Minggu aku tinggal dirumah nenek, dan tak terasa juga aku semakin dekat dengan Venus. Sekarang adalah malam Minggu, dan jam tangan hitam yang melingkar ditanganku menunjukkan pukul 19.45.

Aku sedang menunggu seseorang di teras rumah nenek, sambil menggerak-gerakkan kakiku, ntah kenapa rasanya aku gugup sekali, padahal aku tidak sedang ingin berkencan dengan pacar.

Seseorang berhenti di depan rumah nenek, dia menggeletakkan sepeda kesayangannya itu sembarangan.

"Assalamualaikum, Paket......"

Bodoh! Manusia aneh! Aku tidak mengerti jalan pikiran manusia satu ini.

Nenek yang sedang membaca surat kabar, akhirnya memalingkan tatapan kearah Venus, dengan cepat nenek menghampiri laki-laki itu.

"Paket apa mas?" Tanya nenek.

"Paket menuntaskan rasa rindu."

Nenek kebingungan dengan yang diucapkan Venus, dia menatap heran kearah Venus.

"Nenek, dia teman Marsa," kataku sambil tersenyum manis kearah nenek. Dengan cepat Venus mencium punggung tangan nenekku.

"Pinjam dulu cucu nya ya nenek cantik."

Nenek hanya tertawa melihat tingkah Venus, aku menaiki sepedanya dan melambaikan tangan kearah nenek hingga akhirnya nenek hilang dari pengelihatanku.

"Nenekmu lucu Mars."

"Untung nenek tidak marah."

"Harusnya tadi kamu bilang kalau aku pacarmu."

"Ngaco!"

Aku dan Venus sudah sampai di tukang sekoteng langganan kami, seperti biasa aku memilih tempat duduk lesehan. Kami menikmati sekoteng itu, tidak ada pembicaraan, hening. Hingga akhirnya amang-amang tukang gorengan melewati kami, dan dengan cepat Venus meminta Anang itu berhenti. Aku memperhatikannya yang sedang memasukkan banyak gorengan ke kantong plastik bening. Lalu membayarnya dan duduk kembali menghampiriku.

"Makan Mars," Katanya sambil menyodorkan gorengan yang sangat banyak kepadaku, tapi tunggu dulu,

"Ini goreng ubi semua?" Tanyaku heran padanya

"Goreng boled," jawabnya sambil memakan gorengan itu.

"Ubi sama boled sama aja kan?"

"Iya sama, Ayo makan Mars."

"Aku nggak suka goreng ubi."

"Aneh! Padahal ini enak Mars, ayo coba," jawabnya sambil terus memaksaku untuk memakannya.

"Aku gasuka ih!" Jawabku sinis kearahnya.

Dia hanya menarik nafas pasrah, lalu melanjutkan memakan goreng ubi itu.

"Kakak beli semua goreng ubi yang di jual amang-amang tadi?"

"Iya, kenapa?"

"Suka bangat ya kak?"

"Bangat bangat bangat!"

Aku hanya tertawa melihat jawaban dia, wajah tampannya terlihat sangat menggemaskan. Langit yang tadinya cerah mendadak menjadi mendung, rintik-rintik hujan mulai terasa menyapa permukaan wajahku. Hujannya sangat cepat, mendadak deras, petir menyambar, suaranya sangat nyaring. Aku dan kak Venus sudah basah kuyup, aku menangis disela-sela petir bersuara nyaring. Venus yang menyadari itu tiba-tiba memelukku. Sungguh memelukku.

"Jangan takut Mars, ada aku," katanya berusaha menenangkan ketakutanku.

Semesta, ketakutanku mendadak pergi, tapi detak jantungku yang sekarang mulai tak beraturan, ini benar-benar diluar dugaan, rasanya nyaman sekali, jika diizinkan ingin sekali dia ku bawa pulang bersama hangat peluknya, ingin sekali ku pajang senyum manisnya di dinding kamar.

Venusa MarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang