Hari Senin telah menyapa, aku baris di barisan paling belakang, hanya malas melihat keramaian, upacara telah dilaksanakan dan aku hanya menatap lurus ke depan, aku tak memusingkan masalah yang terjadi kemarin, aku tak mau bergelut bersama perasaan sakit hati, aku hanya berfikiran mungkin wanita kemarin adalah saudara Venus, aku berusaha tak peduli dengan julukan fakboi nya.
Mungkin bukan dia yang seperti itu, tetapi para wanitanya saja yang mendekati dia, wajar saja kan? Dia tampan, mapan, baik, unik jadi siapa yang tidak mau bersamanya?
Tiga puluh menit upacara berlangsung, aku segera berlari ke kelas ketika upacara benar-benar selesai, aku menahan tubuhku yang gemetar, aku takut pingsan. Sebenarnya tak pernah aku inginkan memiliki tubuh yang lemah. Tiba-tiba Ara datang dan membawakan ku sebotol air mineral. Dia memang teman yang pengertian. Aku mengambil botol itu, dan meneguknya sampai setengah habis.
"Lemah bangat deh lo!"
"Gapapa, tapi hatinya kuat," jawabku sambil tersenyum memamerkan gigi gingsulku. Padahal mungkin pasti sekarang wajahku sudah seperti manusia sok imut.
"Bucin deh lo."
"Gapapa, lagi zaman!"
"Ngapain ngikut-ngikutin zaman?"
"Biar kekinian Ra."
"Jadi diri sendiri aja, gausah ngikutin orang!"
Ara benar, perkataannya selalu benar, ngapain ikut-ikutan orang? Harusnya aku jadi diri sendiri saja.
Aku sangat merasa penat, pusing karena Sekarang adalah pelajaran matematika, aku lemah sekali di pelajaran ini, hampir tak mengerti semuanya. Sejak tadi aku menunggu bel istirahat berbunyi, dan akhirnya.
TringTring.
Aku bersorak ria di dalam hati, karena kebetulan perut ku sangat lapar, aku ingin memesan seblak dan es teh manis, pasti sangat enak. Aku berjalan bersama Ara menuju kantin sekolah dan duduk di salah satu meja disana setelah memesan makanan, akhirnya aku memutuskan untuk membeli es teh manis.
"Mang es teh manisnya satu," kataku pada amang-amang penjual.
"Cappucino nya satu mang."
Aku menoleh kebelakang dan kudapatkan wajah yang sejak kemarin aku rindukan senyumnya, suara yang ingin ku dengar untuk menjelaskan semuanya. Aku tersenyum ramah kearahnya, namun dia tetap memasang wajah dinginnya, datar dan tak melihat aku sama sekali.
"Kak Venus," kataku masih dengan senyuman paling tulus.
Dia hanya melirikku sekilas, lalu memalingkan pandangannya lagi, dia seperti manusia yang tak mengenal ku, Semesta, ada apa ini? Oh, mungkin karena aku memanggilnya dengan sebutan kakak.
"Venus kenapa? Kok diam aja, lagi sakit?" Tanyaku dengan senyuman yang masih kupertahankan, padahal sudah ingin runtuh sejak tadi.
"Lo kenapa?" Jawabnya masih dengan wajah dingin dan juteknya.
"Aku gapapa, harusnya aku yang nanya, kamu kenapa?"
"Bukan urusan lo!" Jawabnya sambil mengambil pesanannya dan berlalu pergi.
Aku hanya menatap kepergiannya, memperhatikan punggungnya yang perlahan hilang dari pengelihatan, ada apa dengan dirinya semesta? Kenapa dia begitu? Padahal aku sudah menanamkan percaya, aku hanya ingin mendengar penjelasan dari mulutnya, tapi sepertinya tanpa dijelaskan semuanya sudah terjawab, dia tidak menyukai ku. Dia hanya menjadikan ku hiburan saja.
Aku melupakan segalanya, meninggalkan es teh manis yang ku pesan, meninggalkan seblak yang sejak tadi ingin ku makan, dan meninggalkan Ara sendirian. Aku berlari tanpa tujuan, pergi keluar, untungnya hari ini gerbang sekolah tidak dijaga, ntah kemana pak Ujang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venusa Marsa
Teen Fiction*Venusa Auriga Venus adalah salah satu planet yang indah di tata Surya. Sedangkan Auriga adalah rasi bintang yang terletak di langit bagian utara, Auriga adalah seorang pahlawan dalam mitologi yunani. Tapi ini bukan planet atau rasi bintang. Dia so...