Chapter 6

674 193 200
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









◐◐◐

꧁꧁ 𝕸𝖎𝖘𝖚𝖓𝖉𝖊𝖗𝖘𝖙𝖆𝖓𝖉𝖎𝖓𝖌 ꧂꧂

◐◐◐












"Baik, saya akan usahakan untuk membayarnya secepat mungkin. Terima kasih, Uisa-nim."

Aku menunduk hormat kepada dokter yang hanya mengangguk lalu meminta diri untuk pergi. Aku memperhatikan dokter itu keluar dari ruang perawatan nenek dalam diam.

Setelah dokter itu menghilang dari pandangan, aku menghelakan nafas yang sedari tadi aku tahan. Namun aku tersadar kalau aku baru saja mengeluh dihadapan nenek, walaupun nenek masih tidak sadarkan diri.

"Maaf, nek. Venice sudah mengeluh, hehe"

Aku terkekeh, kalau saja nenek sadar pasti dia sudah mengoceh tentang keburukan mengeluh. Aku rindu mendengar suara nenek.

Aku tersenyum tipis dan mendudukkan diri dikursi samping kasur nenek. Tanganku meraih buah apel yang berada diatas meja kecil disampingku, tidak lupa aku mengambil pisau juga.

Dalam diam aku mengupas apel merah itu dan membuang kulitnya. Walaupun aku tahu kulitnya itu baik untuk kesehatan kulit wajah, tapi kalau sudah tidak enak, masa bodohlah dengan kulit wajah.

Saat aku sedang mengupas apel, kepala ku mulai memikirkan kata-kata dokter tadi. Nenek masih ditahan karena keadaannya masih tidak stabil. Dan jika nenek harus dirawat di rumah sakit ini dalam waktu beberapa hari ke depan, uang yang harus dikeluarkan tidaklah sedikit.

Aku mengigit apel yang sudah aku kupas dengan perlahan, mataku merenungi wajah pucat nenek yang masih memejamkan matanya.

Akibat makan sambil melamun, aku tidak sadar sudah menggigit pipi bagian dalamku.

"ARGH! UHUK! UHUK! SETAN!"

Aku meringis sakit saat merasakan pipi bagian dalamku berdenyut dan dapat aku rasakan juga secair anyir darah mulai menguasai rongga mulutku.

"Kau memanggilku?"

Aku nyaris terjatuh dari kursi saat suara itu tiba-tiba muncul tanpa memberi salam. Muncul tak diundang, pergi tak di -- apalah aku lupa.

Aku menjelingkan mata ke arah Victor yang bersandar dengan tenang didekat jendela kamar. Jika sebelumnya dia memakai topeng, kali ini dia mengenakan jubah yang menutupi separuh wajah dan paras tubuh tegapnya. Tudung jubah itu dia pakai menutupi rambut berwarna hitamnya.

 Tudung jubah itu dia pakai menutupi rambut berwarna hitamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Black Wings [🕒]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang