Chapter 7

621 192 195
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






◐◐◐

꧁꧁  𝕿𝖍𝖊 𝕯𝖊𝖛𝖎𝖑'𝖘 𝕿𝖗𝖆𝖕 ꧂꧂

◐◐◐










BRAK !

Aku menepis kuas lukisku dengan kasar hingga cat air tersebut mengotori lantai. Untung saja tadi aku sudah membentangkan koran diatas lantainya.

Aku meremas rambutku, otakku buntu. Aku menghela nafas, membetulkan ikatan rambutku yang mulai longgar itu. Kaca mataku aku lepas lalu aku lempar perlahan ke kasur.

KLEK!

Aku menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka, menampilkan nenek yang kelihatan ragu untuk menjejakkan kaki masuk ke dalam kamarku.

Hari ini aku tidak hadir ke kelas walaupun aku mempunyai 4 kelas untuk dihadiri. Aku memilih untuk berada dirumah untuk menjaga nenek yang baru saja keluar dari rumah sakit.

Biaya perawatan telah lama lunas. Tentu saja itu adalah perbuatan si Victor.

"Boleh nenek masuk?"

Aku mengangguk, memberi jarak dibangku panjang agar nenek bisa duduk disana. Nenek duduk disampingku dan menatap kanvas dihadapan kami dalam diam.

Kanvasnya masih kosong. Kosong karena sudah 1 jam aku mencari ide untuk lukisanku namun, satu ide pun tidak melintas dikepala.

"Kenapa belum melukis? Bukan kah Venice kalau sudah pegang kuas, tangannya langsung lihai melukis?"

"Venice tidak ada ide. Semua ide lari seperti lari marathon."

Aku menyandarkan kepalaku dibahu nenek, memejamkan mata. Nenek mengusap lembut rambutku.

"Bisa ya seperti itu? Hm, coba cucu kesayangan nenek ini beritahu nenek, apa yang membuat otaknya buntu sampai semua ide lari?"

Aku mengeleng, tidak mau bercerita.

Tidak mungkin kan aku cerita kalau ada seorang iblis datang menolong memulihkan nenek, tapi aku malah tuduh dia yang bukan-bukan sampai sudah 3 hari dia tidak muncul.

Sekali lagi aku mengeluh. Aku memaki diriku yang dengan cepat mengasihani orang UHUK bukan orang, tapi iblis padahal makhluk itu adalah makhluk dari kegelapan yang sepatutnya semua orang hindari. Dan sepatutnya aku bersyukur, dia telah menghilangkan diri serta tidak mengangguku lagi.

"Baiklah kalau tidak mau cerita, tak apa. Nenek sudah masak makan malam. Venice kan belum makan malam. Bagaimana kalau kamu mandi dulu? Nenek akan tunggu dibawah."

"Eh! Kenapa nenek masak? Venice bisa memasakkan makan malam! Nenek kan baru saja sehat."

Nenek mengeleng lalu mencubit pipiku lembut.

Black Wings [🕒]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang