Chapter 5

738 219 289
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






◐◐◐

꧁꧁  𝖂𝖍𝖔'𝖘 𝖞𝖔𝖚𝖗 𝖓𝖆𝖒𝖊? ꧂꧂

◐◐◐












Kringg!

Aku mengerutkan dahi lalu menggeram protes saat bunyi alarm itu bergema menganggu tidurku. Walaupun aku masih ingin berbaring dan melanjutkan tidurku, aku teringat kalau haru ini aku masih mempunyai kelas pagi.

Perlahan aku bangun dan keningku terangkat saat merasakan tubuhku ditutup dengan sehelai selimut padahal aku yakin, selimut itu sudah tercampak tak berdaya diatas lantai.

Menghela nafas, aku melihat kamarku yang sudah rapi seakan tidak terusik, tidak seperti semalam.

Walaupun kau membuat semuanya seakan tidak ada yang terjadi, tapi kau tidak bisa menghilangkan semua memori tentang apa yang sudah terjadi semalam.

Aku bangkit dari tempat tidur, berjalan mengambil handukku lalu masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Walaupun tubuhku tidak mampu untuk bergerak dan seakan tunggu masa saja untuk pingsan, aku tetap mengusahakan diri.

Setelah aku sudah membersihkan diri, aku berdiri dihadapan cermin kamar mandi untuk mengosok gigi namun mataku terfokus pada bagian leherku.

Tanda merah itu semakin bertambah, hingga aku tidak dapat melihat warna sebenarnya dari kulit leherku. Tidak ada celah. Muncul sebuah perasaan sakit hati dan perasaan jijik.

Aku meremas sikat gigi dengan wajah menunduk, tidak mau kembali memerhatikan bagian leherku. Aku pura-pura tidak melihat dan tak peduli saat melihat sekujur tubuhku sudah ditandai. Mencoba menahan isakan, aku dengan segala upaya menyudahi kegiatan mengosok gigi lalu keluar dari kamar mandi.

Aku memakai sebuah sweater kebesaran yang membuat tubuhku nyaris tenggelam didalamnya, lalu memakai sebuah jelana jeans hitam. Aku membiarkan rambut panjangku terurai, sengaja membuat rambut depanku menutupi dahi dan nyaris menutupi mataku yang membengkak akibat menangis semalaman.

Tidak lupa aku mengambil tas dan sebuah syall biru pastel lalu keluar dari kamar, meninggalkan ruangan yang semakin lama membuatku semakin muak itu.

Ketika aku berjalan lemah melewati pintu dapur, aku merasakan ada sesuatu membuatku berhenti melangkah. Kepalaku menoleh ke kiri, melihat ke dalam dapur yang sunyi tanpa ada siapapun. Namun bukan itu yang menarik perhatianku, tapi meja makan yang penuh dengan makanan yang masih hangat lah yang membuatku terkejut.

Siapa yang menghidangkan makanan sebanyak ini? Setahunya nenek masih dirawat di Rumah Sakit. Aku melangkah masuk ke dalam dapur dan meletakkan tas ku diatas kursi karena meja sudah dipenuhi oleh makanan.

Black Wings [🕒]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang