“Bagi sebagian orang rumah adalah tempat kita untuk pulang, namun untukku rumah adalah neraka.”
Pricilla Evyta Aurora.***
Begitu Vita membuka pintu rumahnya, tamparan dari Valen lah yang ia dapat, “kenapa kamu tega berbuat jahat pada Nala di sekolah?!” bentak Valen.
Vita memegangi pipinya yang terasa perih akibat tamparan Valen, “a-apa maksud Bunda? Vita sama sekali gak tau,” lirih Vita.
Gadis itu mendongkak dan melihat ada Dareen, Derta dan Nala yang duduk di ruang tamu sambil menatapnya, Nala menyungginggkan senyumnya sambil mengangkat jempolnya lalu membalikannya, seolah menyatakan bahwa dirinya telah kalah.
“Kamu kok pura-pura gak tau Vit? Jelas-jelas kamu sama temen-temen kamu pengen nampar aku di sekolah, untunya aja aku berhasil nahan tangan kamu yang mau nampar aku,” Nala terisak pelan, lalu Derta segera menenangkan gadis itu.
Vita menatap Nala tidak percaya, kenapa bisa-bisanya gadis itu memfitnahnya? “bukannya ke balik ya Kak? Lo kan sama temen-temen lo yang narik tangan gue ke belakang sekolah? Lo juga yang mau nampar gue?!”
“Kok lo malah memutar balikan fakta si Vit? Sebegitu bencinya lo sama gue? Apa gara-gara Ayah dan Bunda yang gak sayang lagi sama lo, lo jadi nuduh gue yang macem-macem? Lo mau gue di benci juga sama Ayah Bunda? Lo tega banget sih Vit,” Nala kembali terisak.
Vita menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan kebohongan yang baru saja Nala katakan, “kok lo fitnah gue si Kak?!”
“Sudah cukup!” teriak Dareen, pria paruh baya itu menarik tangan Vita dan membawanya ke gudang, Dareen mendorong Vita ke gudang dan mengunci gudang itu, “ini hukuman karena kamu terus berbuat ulah! Kamu itu memang anak yang tidak tahu diri, harusnya saya biarkan kamu meninggal saja saat kamu koma, kamu itu emang dasar anak haram, selalu saja berbuat ulah!”
Di dalam gudang Vita menggedor-gedor pintu gudang sambil menangis, ini adalah hukuman yang selalu di berikan Dareen tiap kali Nala mengadukan hal yang tidak-tidak tentangnya, Vita menangis mendengar kata-kata menyakitkan yang terlontar dari mulut Dareen, anak haram katanya? Maksudnya apa? Vita sama sekali tidak mengerti.
Dulu Vita sangat di sayangi oleh Dareen, walaupun keluarga Ayahnya memang tidak menyukainya sedari dulu, tetapi setelah dirinya bangun dari koma satu tahun lalu, semuanya berubah, Dareen bahkan Valen, dan Derta membencinya, menganggapnya seolah-olah dirinya tidak ada di rumah ini, apalagi sebutan anak haram dan pembawa masalah terus saja terlontar dari mulut Dareen. Sedangkan Valen, Bundanya itu selalu menatapnya dingin, dan saat Vita berbuat kesalahan Valen selalu membentak dan menamparnya, entahlah semuanya berubah, berubah begitu drastis sampai Vita tidak sanggup untuk hidup di rumah ini.
“Kalau Vita melakukan kesalahan, beritahu Vita apa kesalahan Vita! Jangan terus diam seolah kalian bisu! Vita berhak tau apa yang sebenarnya terjadi!” teriak Vita sambil menangis, “kalian gak pernah ngerasain jadi Vita kan? Vita baru bangun dari koma dan melihat sikap kalian yang berubah sama Vita, kalian gak tau kan gimana rasanya di benci sama orang yang kalian sayang?” lirih Vita, gadis itu menyenderkan kepalanya di pintu sambil memeluk kedua lututnya, terus menangis semalaman namun tidak ada yang menghiraukan.
Pinggang gadis itu tiba-tiba sakit lagi, tidak seperti biasanya sakitnya sampai tidak bisa di tahan, Vita terus berteriak kesakitan, namun pintu tetap tidak di buka, sampai akhirnya gadis itu tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS Vs Adik Kelas (END)
Ficção Adolescente"Vita," panggil Aldo pelan. Mendengar panggilan Aldo, Vita yang duduk di samping pemuda itu segera menoleh. "Ya?" "Jangan nangis, saya gak suka liat kamu nangis," ujar Aldo sambil menangkup kedua pipi Vita dan menghapus sisa air mata di sudut mata g...