"Alasanku pergi adalah untuk meninggalkan semua kenangan menyakitkan dan memulai untuk membuka lembaran baru."
Pricilla Evyta Aurora.***
"Gue pengen ke makam Mama dan Papa sebelum kita pergi ke Jerman," ucap Vita.
Deon sedang mengurus administrasi rumah sakit sebelum mereka pergi ke Jerman, dan Septian kini tengah merapihkan barang-barang Vita, "oke, gue cari tahu alamat makamnya dulu," lalu Septian mengutak-atik ponselnya, dan ia menemukan alamat makam itu di goagle, dan akhirnya ketemu, untunnya Almarhum Ayah dan Ibu Vita adalah orang terpandang, jadi mudah untuk menemukan makamnya.
Lalu kini Vita terduduk di kursi roda, ia berada di depan makan Ayah dan Ibunya di temani oleh Septian dan Deon, "Mah, Pah, Vita memang tidak pernah merasakaan kasih sayang kalian, namun Vita tahu kalau kalian berdua menyayangi Vita sama seperti Vita menyayangi kalian. Vita dengar dari kakek Wijaya, kalian berdua adalah orang hebat, doain Vita dari atas sana, supaya Vita bisa seperti kalian. Dan maafin Vita, karena Vita baru tahu keberadaan kalian sekarang," Vita, gadis itu menangis, lalu ia melafalkan Al-fatihah sebelum akhirnya menaburkan bunga dan air di atas makan kedua orang tuanya.
***
"Kenapa kamu harus berbohong sama Aldo sih Lis?" tanya Aruni.
"Aku berbohong kalau sakit aku kambuh lagi karena aku pengen Aldo balik lagi ke aku Mah, aku gak rela Aldo sama si Vita itu!" kini Alisa tengah berasa di rumah sakit untuk melakukan sandiwara sakit pura-puranya.
"Kamu gak harus melakukan ini Alisa, kalau Aldo memang cinta sama kamu, dia akan kembali ke kamu tanpa kamu harus melakukan sandiwara bodoh ini!" Aruni jelas marah, ia tidak ingin putrinya berada di jalan yang salah. Kemarin juga saat Alisa pingsan di taman gadis itu hanya berpura-pura, Aruni yang baru mengetahui itu saat Aldo sudah pergi dari rumah sakit tentu saha marah besar.
"Jadi kamu bohongin saya?" suara itu tentu saja membuat kedua perempuan yang tengah berdebat menoleh.
"Aldo?" beo Alisa, wajah gadis itu pucat pasi saat mengetahui Aldo mendengar semua berdebatannya dengan Ibunya. Aldo menatap kecewa Alisa, ia rela harus membuat Vita menjauhinya karena gadis itu, namun apa sekarang ternyata ia di bodohi. Aldo berbalik arah, dan berjalan meninggalkan Alisa, Alisa yang melihat Aldo pergi langsung saja berlari menyusul pemuda itu, "Aldo tunggu!" Alisa menahan lengan Aldo, pemuda itu menghentikan langkahnya dengan tangan yang terkepal erat.
"Jelasin," titah Aldo.
"A-aku melakukan ini semua karena aku gak mau kehilangan kamu Al, kamu tahu aku cinta sama kamu 'kan? Aku gak rela kalau kamu sama perempuan lain!"
"Perbuatan kamu ini membuat saya kehilangan cinta saya Lis!" Aldo menepis tangan Alisa, "kamu tahu seberapa khawatir saya saat melihat Vita menggunakan kursi roda? Saya ingin menghampiri dia, tapi kamu dengan akting bodoh kamu membuat saya mengurungkan niat saya!" setelah mengatakan itu Aldo benar-benar pergi meninggalkan Alisa yang menangis.
Aruni menghampiri putrinya, ia membawa Alisa ke dalam pelukannya, "Mah, aku salah Mah, aku udah buat Aldo benci sama aku."
"Aldo hanya marah sesaat aja sayang, dia gak mungkin benci sama kamu, karena kamu adalah sahabat kecilnya," Aruni mencoba menenangkan putrinya.
***
Kini Aldo berada di dalam mobilnya, pemuda itu tidak berhenti mengumpati dirinya sendiri, mengingat kejadian di lapangan kala itu, ia membuat Vita menangis. Kalau saat bersama Nala, ia akui bahwa ia ingin membuat Vita cemburu, namun saat di lapangan itu, ia melakukannya dengan terpaksa.
Aldo memukul setir mobilnya, lalu pemuda itu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Vita, namun tidak bisa, ponsel gadis itu tidak aktif, lalu satu-satunya yang ia pikirkan adalah Septian, mengingat pria itu datang bersama Vita semalam, namun sama dengan Vita, ponsel pria itu tidak aktif, Aldo menggeram kesal, lalu ia melajukan mobilnya menuju rumah Vita.
Saat sampai disana, Aldo turun dari mobilnya, ia bertanya kepada satpam. "Pak, boleh tanya, apa Vita ada disini?" tanya Aldo.
"Waduh saya kurang tahu Mas, karena saya baru saja ganti sip sama teman saya, boleh tau nama Mas siapa?"
"Saya Aldo Pak."
"Oh, Mas Aldo ya? Tunggu sebentar, biar saya panggilkan Nyonya," lalu satpam itu berlari untuk memanggil Valen, dam Aldo menunggu sambil menyandarkan tubuhnya di mobil, Aldo mengusap wajahnya.
"Aldo ya?" Valen bertanya, Aldo yang menyadari kehadiran Valen pun menghampiri wanita itu setelah sebelumnya pintu gerbang di buka oleh satpam.
"Iya Tante, boleh tau Vitanya ada?"
Wajah Valen tampak murung, "Vita memutuskan untuk melakukan pengobatan di Jerman, ia di temani oleh Deon, karena Deon memutuskan untuk bekerja di rumah sakit keluarga kami yang ada di Jerman, sekaligus menemani Vita," tutur Valen menjelaskan.
Saat itu juga, dada Aldo seperti di hantam batu yang berat, "keberangkatan Vita jam berapa Tan?"
"Jam sembilan, kalau kamu mau menyusul Vita sebaiknya kamu cepat ke bandara."
Lalu Aldo menganggukkan kepalanya, pemuda itu melajukan mobilnya dengan cepat menuju Bandara Soekarno-Hatta. Aldo melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 08:49, Aldo berharap semoga ia masih sempat.
Saat tiba di Bandara, Aldo langsung berlari secepat yang ia bisa, ia melihat arlojinya lagi, pukul 09:02, ia terlambat, lalu tatapannya beralih menatap pesawat yang terbang di balik jendela besar gedung, ia terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS Vs Adik Kelas (END)
Novela Juvenil"Vita," panggil Aldo pelan. Mendengar panggilan Aldo, Vita yang duduk di samping pemuda itu segera menoleh. "Ya?" "Jangan nangis, saya gak suka liat kamu nangis," ujar Aldo sambil menangkup kedua pipi Vita dan menghapus sisa air mata di sudut mata g...