“Kamu adalah seseorang yang selalu ada untukku, lalu kenapa aku tidak bisa mencintaimu? Sedangkan aku punya banyak alasan untuk bisa mencintai kamu.”
Pricilla Evyta Aurora.***
Suara mesin elektrokardiogram terdengar, seorang gadis yang kini terbaring lemah di atas kasur rumah sakit tampak menoleh menatap mesin itu, lalu gadis itu meneteskan air matanya, dokter Alena bilang kondisi ginjalnya semakin parah karena Vita tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan kemungkinan sembuhnya semakin tipis jika tidak segera melakukan transplantasi ginjal, Septian menggenggam telapak tangan Vita, di hidung gadis itu terpasang alat pembantu pernapasan.
Septian yang melihat kondisi Vita yang lemah seperti ini sangat khawatir, “lo harus bertahan Vita, jangan buat usaha kita berakhir sia-sia,” ucapnya, lalu membawa tangan Vita ke dalam kecupannya, Septian menutup matanya dengan satu tangannya yang lain, pria itu menangis dalam diam.
“U-usaha kita gak akan sia-sia, se-setidaknya sebelum gue meninggal, gue bisa bersihin nama gue da-dari tuduhan mereka,” ucap Vita sambil tersenyum tipis.
Septian menatap Vita, bagaimana ia tidak jatuh cinta pada gadis yang kini terbaring lemah ini, lihat saja, Vita begitu kuat meski ia hampir berada di ambang kematian, “gue mohon, ayok lakuin transplantasi ginjal, soal biaya lo gak perlu khawatir Vit,” Septian memohon. Namun, Vita hanya tersenyum untuk menjawab ucapan Septian.
***
Kini sudah hari kelima Vita di rawat di rumah sakit, kondisi gadis itu perlahan pulih sebelum beberapa hari yang lalu melakukan cuci darah, Vita tidak ingin merepotkan Septian, jadi ia menggunakan uang dari kartu debit yang di berikan kakek Wijaya untuknya, semoga saja kakeknya tidak bertanya apa-apa padanya setelah menggunakan uang dengan jumlah besar.
Kemarin Deon menyempatkan untuk menjenguknya, pria itu memaksanya untuk segera memberitahu kakeknya tentang kondidi gadis itu saat ini, namun Vita dengan keras kepalanya tetap menolak. Padahal kakeknya menanyakan dirinya kenapa Vita tidak pulang, tetapi untung saja Deon membantunya mencari alasan.
“Gue mau sekolah,” ucap Vita, gadis itu merindukkan sekolahnya, serta sahabat-sahabatnya walaupun mereka setiap hari menjenguknya, tetapi tetap saja berbeda, dan juga ada yang lain yang Vita rindukan, siapa lagi jika bukan Aldo, meski pemuda itu sudah mengecewakannya.
“Kenapa?” tanya Septian.
“Gue pengen memperbaiki hubungan gue sama Aldo,” ucap Vita lagi.
“Tapi sakit ginjal lo—”
“Gue gak apa-apa,” potong gadis itu. Septian menghela napas kemudian mengangguk, percuma melawan Vita yang keras kepala, lalu Septian melakukan pembayaran dengan kartu debit Vita, dan mengantar gadis itu pulang ke rumah kakeknya.
***
“Acaranya akan diadakan satu minggu lagi, saya harap pengurus OSIS bisa melakukan persiapan yang telah kita susun mulai dari sekarang dan Aldo, bapak bangga sama kamu. Kamu bisa mengurus acara ini dengan sedemikian rupa,” ujar Pak Asep. Saat ini mereka tengah mengadakan rapat di jam istirahat.
Aldo tersenyum. “Terima kasih pujiannya, Pak."
Pak Asep terkekeh, “Semoga ketua OSIS berikutnya seperti kamu, bijaksana dan bertanggung jawab.”ujar Pak Asep, lalu pemuda itu mengaminkan ucapan Pak Asep.
![](https://img.wattpad.com/cover/208096247-288-k559200.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS Vs Adik Kelas (END)
Fiksi Remaja"Vita," panggil Aldo pelan. Mendengar panggilan Aldo, Vita yang duduk di samping pemuda itu segera menoleh. "Ya?" "Jangan nangis, saya gak suka liat kamu nangis," ujar Aldo sambil menangkup kedua pipi Vita dan menghapus sisa air mata di sudut mata g...