happy reading :*
Caca menunggu George di depan gerbang sekolahnya sendirian. Kesha baru saja dijemput oleh ayahnya, sedangkan Luke dan Michael masih berada di dalam kelas. Biasalah, kerjaan anak cowok. Main game.
Tidak lama kemudian, George datang dengan vespa matic merahnya. Cowok tinggi itu menghentikan motornya tepat di depan Caca.
"Udah siap?" Tanya George menaikkan sebelah alisnya sembari memamerkan cengiran khasnya.
"Kita mau kemana sih emangnya?" Tanya Caca. Wajahnya terlihat penasaran.
George memutar bola matanya lalu menyerahkan sebuah helm kepada Caca. "Jangan bawel. Pake aja nih helmnya."
"Gak mau ngambil sebelum lo ngasi tau kita mau ke mana." Kata Caca memalingkan wajahnya dan melipat kedua tangannya di depan dada.
George berdecak, "Kemarin kan gue udah bilang kalo gue mau ngajak lo ke suatu tempat yang bisa ngerubah hidup seseorang."
"Emang ada?"
"Dibilangin jangan bawel. Ayo buruan naik!" Kata George tidak sabaran lalu menyodorkan helmnya lagi.
Caca menatap George dengan kesal lalu menyambar helm yang diberikan oleh George dengan kasar.
George tertawa, "Gak usah cemberut gitu. Muka lo kaya pel-an basah."
"Nyebelin!" Pekik Caca lalu naik ke atas motor George.
Sebelum George menarik gas motornya, Caca sempat melihat mobil Lando yang keluar dari area sekolah. Kacanya yang tembus pandang membuat cewek itu dapat melihat Madison duduk di samping Lando.
Rasanya sakit ketika mengingat kenangan singkat bersama Lando.
oOo
"Ini dia tempat yang bisa merubah hidup seseorang." Kata George berdiri di depan barber shop dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.
Wajahnya terlihat bangga.
Caca menatap George datar, "Barber shop?" Caca bertanya dan George mengangguk. "Coba lo jelasin ke gue." Katanya menuntut penjelasan.
"Lo gak tau rasanya pas nyuruh tukang cukur buat nyukur rambut lo. Salah cukuran dikit bisa bikin hidup cowok menderita. Kalo jelek, ya dikatain. Kalo bagus, ya dikejar-kejar cewek." Kata George mendramatisir keadaan.
"Idih. Pede banget lo anjir. Terus sekarang gue ngapain di sini?" Tanya Caca heran.
"Ya nemenin gue potong rambut lah." Jawab George lalu menarik tangan Caca untuk masuk ke dalam barber shop.
Setelah masuk ke dalam, George dan Caca duduk di kursi tunggu untuk menunggu giliran.
"Gue enaknya potong rambut kaya gimana, Ca?" Tanya George menatap Caca yang sedang memperhatikan Carlos si tukang cukur memotong rambut seseorang.
Caca menoleh lalu ia membawa tangannya untuk menyisir rambut George. Perlakuan dari Caca sontak membuat George terpaku dan gugup untuk beberapa detik.
"Plontosin aja ini mah. Bagus kok." Kata Caca yang langsung membuat George menoyor pipi cewek itu.
"Ngawur lo, bego."
.
"Mau dipotong kaya gimana?" Tanya Carlos, si pencukur.
"Kaya Zayn Malik." Jawab George dengan keyakinan seratus persen.
Caca menepuk dahinya. "Bego." Gumam cewek itu.
"Waduh. Kalo kaya dia mah gak bisa." Kata Carlos. "Rambut lo beda sama rambutnya Zayn."
George mendongak untuk menatap bayangan Carlos dari cermin. "Tau dari mana rambut saya beda sama rambutnya Zayn? Emang abang pernah nyukur rambutnya Zayn?" Tanya George dengan memasang wajah tampol-able miliknya.
"Ya gak pernah sih..." Jawab Carlos. "Tapi rambut lo emang gak bisa di cukur kaya rambutnya Zayn."
"Saya gak mau tau pokoknya saya mau rambut saya dicukur kaya Zayn Malik." Kata George masih kekeuh dengan pendirian anehnya.
"Nih bocah dibilangin malah ngeyel." Gumam Carlos sembari menggelengkan kepalanya.
"Terserah saya dong. Kan saya yang punya rambut." Jawab George ngotot.
"Ya tapi kan gue yang nyukur rambut lo, dek. Ini rambut lo gak bisa dicukur kaya si Zayn." Kata Carlos masih bersabar menghadapi George.
"Saya maunya dicukur kaya Zayn Malik! Titik gak isi koma!" Kata George mengepalkan tangannya lalu memukul meja kaca di depannya.
Orang-orang yang berada di barber shop sontak langsung memusatkan perhatian mereka ke arah George dan menatap cowok itu bingung.
Walaupun di barber shop itu keadaannya cukup sepi, hanya ada beberapa orang. Tapi tetap saja Caca merasa malu. Ia yang melihat kejadian itu hanya bisa menutupi wajahnya dengan buku majalah.
"Heh! Lo ngapain mukul-mukul meja? Lo pikir barber shop ini punya kakek nenek lo?" Tanya Carlos yang kesabarannya sudah mulai habis.
"Saya gak pernah mikir gitu tuh. Saya juga tau kalo barber shop ini yang punya Pak Tetep." Jawab George masih dengan tampang tengilnya.
"Ngejawab terus lo bocah. Mau gue botakin?" Ancam Carlos sembari mengangkat alat pencukur di atas kepala George dan bersiap untuk mencukur rambut laki-laki itu.
George yang melihat itu langsung bergidik ngeri. Dengan cepat ia melepas kain yang tadi dipasang di depan badannya, lalu berdiri.
"Ampun, om. Saya gak jadi potong rambut deh. Maaf ya." Kata George lalu menghampiri Caca dan menarik tangan cewek itu untuk pergi keluar.
"GEORGE LO NGAPAIN SIH TADI?" Pekik Caca pada saat mereka sudah berada di luar barber shop.
George hanya bisa mengusap tengkuknya dan merutuki dirinya yang idiot karena sudah berbuat hal bodoh di depan Caca.
Ilfeel dia pasti.
"Harusnya lo biarin aja dia ngeplontosin rambut lo." Lanjut Caca lalu tertawa terbahak-bahak.
George menghela nafasnya lega ketika melihat reaksi Caca yang terhibur oleh kelakuan bodohnya. Walaupun awalnya dia agak deg-degan sih.
"Ogah anjir, masih mau ganteng gue. Mana abangnya tempramen gitu." Kata George bergidik ngeri saat mengingat alat pencukur rambut yang sudah melayang di atas kepalanya.
"HABIS LO TENGIL BANGET ANJIR. BEGO BANGET SIH LO."
Tawa Caca semakin meledak. Ia sampai harus memegangi perutnya dan berjongkok di atas trotoar.
"Bangun, goblok. Malu-maluin lo."
****
Direvisi
30 Mei 2020
-Tasya
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush ft. Lando Norris [AU]
Fanfiction[BOOK 1] "I know i'm the stupid one who regretting it." • Written In Bahasa Copyright© 2020 by avocasya #1 in landonorris [10 Juni 2020] #2 in alexmarquez [10 Juni 2020] #1 in alexmarquez [14 Juni 2020]