BAB 5

11.1K 669 20
                                    

Setibanya di Jakarta, Syrena tak langsung menyewa apartemen dikarenakan ada berkas yang harus ia urus untuk penyewaan itu. Jadi, ia memilih memesan kamar hotel sembari memunggu semuanya beres.

Setibanya di kamar hotel, ia beranjak ke kulkas mini dan mengambil sebotol mineral, kemudian meneguknya.

Kedua kakinya segera beralih membawa tubuhnya ke arah televisi, lalu ia menyalakannya dan berita mengenai Shakila yang sedang populer menimbulkan banyak tanda tanya. Ia benar-benar tidak kenal dengan Shakila.

Lagipula perkataan Razka terdengar ambigu. Bagaimana bisa Syrena mengingat hari-hari ulangtahunnya. Aneh-aneh saja. Seolah Razka lupa dengan kondisinya.

Meletakkan botol mineralnya di meja, Syrena berjalan ke ranjang dan mengambil ponselnya dalam posisi tubuh yang sudah menapaki kasur.

Banyak pesan dan panggilan dari ayahnya sebelum ia memberitahu bahwa dirinya sudah tiba di Jakarta. Yang lainnya lagi hanyalaj pesan dari Razka. Tidak ada pesan dari ibunya. Namun, mengejutkannya ada pesan dari Regan.

Regan: ayo kita bertemu, ada yg mau aku bicarakan.

Setelah melihat kapan pesan itu dikirimkan, akhirnya Syrena menghubungi Regan untuk memastikan itu dan segera bersiap demi menemui pria idamannya. Kemeja putih dengan celana jeans ketat menjadi andalannya. Setelah berusaha membuatnya tampil memukau, Syrena langsung saja keluar dari kamar hotel.

Regan akan menemuinya di restoran hotel karena katanya tidak baik seorang gadis pergi keluar malam-malam. Jadi, Syrena akan datang lebih awal dan menunggu Regan di sana.

Tidak butuh waktu lama bagi Syrena untuk menunggu Regan. Pria itu langsung duduk di hadapannya dengan pakaian kasualnya yang membungkus tubuh indahnya.

"Kenapa belum pesan makan?"

"Aku udah makan," jawab Syrena. "Kak Regan mau ngomong apa?" tanyanya sembari menyeruput minuman lemonnya yang dingin.

"Aku dengar kamu pergi dari rumah."

Syrena tidak tahu siapa yang mengatakannya kepada Regan, tapi terkutuklah orang itu.

"Nggak pergi, aku emang ada kerjaan di sini."

"Kerjaan apa?"

Syrena tersenyum dan berkata, "Kepo, ya?"

Yang bertanya lebih dulu hanya bisa menggelengkan kepala dan memegang cangkir yang dipesankan oleh Syrena tadi. Saat Regan meminumnya, keningnya tampak berkerut dan meminum sekali lagi minuman yang Syrena pesankan itu.

"Nggak enak, ya?" tanya Syrena was-was. Ia memang tidak tahu apa yang Regan sukai, tapi entah mengapa tangannya tadi langsung menunjuk minuman itu.

"Kamu yang mesan ini?" tanya Regan memastikan yang langsung diiyakan oleh Syrena. "Ada yang ngasih tahu kamu kalau aku selalu pesan ini?"

"Kak Regan suka Espresso?"

Entah kenapa, mendengar bahwa Regan menyukai kopi pilihannya membuat Syrena tersenyum lebar.

"Kamu mesan ini secara random?"

"Nggak tahu, sih. Waktu mikir Kak Regan, ingatnya mesan itu. Ternyata Kakak suka. Syukurlah," jawab Syrena lega sambil menyeruput lemonnya.

Akan tetapi, jawaban Syrena itu malah membuat Regan diam dengan mata yang terus menatap cangkir espresso-nya. Seolah ada satu hal yang memenuhi pikirannya.

"Syrena...."

"Iya, Kak?"

Saat itu juga Regan mengangkat pandangannya hingga terarah sepenuhnya pada Syrena. "Kembalilah ke Bandung."

Syrena yang tadi tersenyum karena namanya terpanggil, berubah menjadi Syrena yang datar karena perkataan Regan. Apa maksudnya dengan Regan yang meminta dirinya kembali ke Bandung?

"Aku nggak mau jadi orang yang bikin hubunganmu dengan Tante---"

"Mama ngehubungi Kakak?"

Syrena tahu itu. Ibunya pasti menghubungi Regan dan menyalahkan semuanya kepada Regan. Padahal Regan tidak tahu apa pun tentang rencananya.

"Syrena, aku---"

"Usiaku udah 23, aku bukan anak kecil lagi yang harus ngikutin pola kehidupan yang nggak aku suka."

"Bukan gitu, hanya aja di sini bahaya, Syrena. Kota Jakarta adalah kota yang besar dan kamu pertama kalinya tinggal di sini, itu---"

"Alasan yang bodoh," potong Syrena. "Aku tinggal di Amerika selama 5 tahun, tanpa keluarga dan orang yang awalnya nggak aku kenal. Selama itu aku baik-baik aja. Dan pergaulan di sana lebih bebas dibandingkan di sini, tapi aku bisa jaga diri."

"Syrena...."

"Sebenarnya apa masalah antara Kakak sama Mama?"

Apa yang Syrena ajukan itu membuat Regan langsung diam dan dari itu saja Syrena paham bahwa ada hal yang disembunyikan oleh mereka.

"Nggak ada masalah."

"Bohong," timpal Syrena. "Pasti ada."

"Terserah kamu mau percaya atau nggak. Yang jelas, aku sama Tante nggak punya masalah apa pun."

Syrena benci ketika dirinya dianggap bodoh dan tidak bisa membaca situasinya, sampai akhirnya ia berkata, "Kalau Kakak ngebohongi aku karena ingatanku yang hilang, maka Kakak salah besar. Aku masih Syrena yang suka sama Kakak sejak dulu dan meskipun ingatanku hilang, aku tahu Kakak adalah pria yang kusukai sejak dulu. Dan aku masih cerdas, bisa memikirkannya secara logis."

"Syrena...."

"Aku mulai frustrasi," ucap Syrena dengan tatapan sedihnya. "Aku nggak tahu apa pun tentang Kakak dan harus nyari tahu itu sendiri. Ketika aku berusaha dekat sama Kakak, Mama malah bersikap kayak gini. Pasti ada sesuatu yang terjadi, tapi nggak aku tahu atau malah itu hilang dari ingatanku."

"Bukan itu, Syrena. Aku mohon jangan---"

"Apa aku harus nyoba untuk ingat semuanya supaya tahu apa yang terjadi?"

Saat itu Syrena melihat bagimana gugupnya Regan untuk kali pertama di balik ketenangannya. Saat itu juga, ia sadar bahwa ada ingatan besar yang hilang darinya.

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang