BAB 14

6.2K 512 29
                                    

Syrena kehilangan kesadarannya di dalam mobil Regan, yang membuatnya tidak bangun-bangun meskipun Regan membangunkannya. Regan yang tidak tahu di mana letak kamar Syrena hanya bisa diam saja menunggu Syrena bangun.

Dan setelah hampir tigapuluh menit berlalu, Syrena dikejutkan karena deringan ponselnya. Dia buru-buru mengangkat ponsel itu tanpa melihat siapa yang meneleponnya dengan tangan sebelah kiri yang memegang kepala karena pusing.

"Syrena, Papa tiba-tiba kangen kamu."

"Hm, Papa. Kukira siapa," ujar Syrena yang masih memejamkan matanya.

"Kamu lagi tidur, ya? Papa ngeganggu, Nak?"

"Nggak kok, Pa. Ini baru pulang dari rumahnya Kak Sebastian."

"Oalah, pulang sama siapa?"

Syrena membuka matanya dan melirik Regan yang sedang memainkan ponselnya. Kemudian Syrena tersenyum. "Sendiri, Pa. Aku kan bawa mobilnya Razka."

"Jangan pulang larut, ya. Usahakan jam 9 udah pulang."

"Iya, Pa. Lagipula banyak yang jagain Sy di sini. Papa nggak usah cemas. Oh iya, Mama gimana?"

"Masih biasa. Mama kamu nggak berhenti minta Papa untuk maksa kamu pulang."

Syrena mengembuskan napasnya. "Sabtu besok aku ke Bandung."

"Oke, Papa tunggu ya. Ya udah, kamu tidur sana. Selamat malam, Sayang."

"Malam, Pa."

Panggilan terputus. Syrena langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menatap Regan yang terus fokus ke ponselnya. "Kakak mau pulang ke Bandung nggak hari sabtu? Sekalian jenguk Kak Arin."

Regan menolehkan kepala menatap Syrena. "Aku ada kerjaan---"

"Udah akhir pekan, tapi masih ada kerjaan?"

"Aku bukan PNS," sahut Regan.

Syrena tersenyum dan berkata, "Seenggaknya istirahat dulu. Emang Kak Regan nggak kangen sama Kak Arin?"

"Dia baik-baik aja di sana. Mending kamu masuk ke dalam. Ini udah malam banget."

Syrena mengembuskan napasnya, tapi dia tidak juga beranjak dari kursi penumpangnya. Ini semua karena kepalanya mendadak sakit.

"Syrena...."

Suara Regan tidak membuat Syrena berhenti memejamkan matanya. Itu membuat Regan mendekatinya.

"Syrena, kamu nggak apa-apa?"

Perlahan Regan mendekatkan tubuhnya kepada Syrena dan gadis itu segera membuka matanya pelan-pelan ketika dia mencium aroma Regan yang sangat dikenalinya. Semakin dekat wajah Regan kepadanya, Syrena semakin melihat wajah Regan dari jarak yang sangat dekat.

Bahkan dia juga melihat tangan Regan yang berusaha mengarah ke wajahnya dan tiba-tiba saja sebuah perasaan takut muncul di benak Syrena. Bukan hanya itu, dia juga sekilas melihat bayangan yang menakutkan.

Tubuh Syrena bergetar. Dia menggigit bibirnya dengan mata yang ketakutan, hingga akhirnya dia mendorong tubuh Regan dengan keras dan meneriakinya.

Saat itu pula jantung Syrena menjadi berdebar tak karuan. Napasnya tersendat dan keringat dingin perlahan turun dari pelipisnya. Syrena melihat Regan dengan ketakutan dan itu membuat Regan terkejut.

"Syrena, kamu---"

Syrena buru-buru membuka pintu mobil untuk segera keluar, tapi itu berakhir dengan tubuhnya yang terjatuh karena pergi dengan tergesa-gesa.

"Syrena!"

Regan berteriak dan langsung turun dari mobilnya menuju Syrena yang terkepar di jalanan. Pria itu langsung berlari ke arahnya dan memeluk Syrena yang ketakutan.

"Syrena," lirihnya berusaha untuk menenangkan Syrena.

Sedangkan Syrena sendiri, dia merasa takut. Ketakutan ini kembali. Hal yang sama ketika dia berada di Amerika dulu. Ketika seorang lelaki berusaha mendekatinya dengan cara seperti yang Regan lakukan. Kilasan itu, Syrena mengalaminya lagi dan itu membuat kepalanya semakin sakit.

Syrena berusaha memejamkan matanya dan Regan langsung memeluk tubuhnya dengan erat membuat Syrena mengeluarkan airmata karena menahan rasa takut dan sakitnya.

Ini bukan sebuah kebetulan. Syrena tahu ada yang tidak dia ingat. Kejadian di Amerika saat itu, Syrena yakin itu bukan karena ketakutannya semata. Ada yang dilupakan oleh kepalanya, tapi tubuh Syrena mengingatnya dengan baik.

Rasa takut ini, Syrena tidak tahu bahwa ini akan semakin menyakitkan. Dia memejamkan mata dan mengeratkan tangannya yang meremas pakaian Regan. Dia takut.

Dan Syrena kehilangan kesadaran. Hal terakhir yang diingatnya adalah suara Regan yang memanggil nama Ana serta kepanikan dari wajah Regan yang sama dengan ketika dia terjatuh di panggung.

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang