BAB 18

7.4K 585 57
                                    

Regan terpaksa kembali ke lokasi shooting atas paksaan Kyra dan menyerahkan Ezra untuk dijaga olehnya. Saat keluar dari rumah sakit, Regan langsung masuk ke dalam mobilnya dan diam di sana dengan tatapan yang kosong.

Dia sudah mengatakannya tadi, membiarkan Kenzo-Kyra mengatur perjodohan untuk Syrena dan Regan. Meskipun hal itu keluar dari mulutnya, tapi Regan tidak bisa tenang.

Dia memutar setirnya dan menundukkan kepalanya karena memikirkan jika melepaskan Syrena hanya bisa dia lakukan seperti ini. Regan berakhir dengan helaan napasnya dan saat itu juga sebuah pesan masuk di ponselnya.

Syrena: kak, aku takut

Kening Regan berkerut. Dia segera menghubungi Syrena dan yang bisa dia dengar hanyalah deru napas Syrena yang menandakan bahwa gadis itu tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.

"Apartemenmu nomor berapa?" tanya Regan langsung dan setelah mendapatkan nomor apartemen Syrena, dia kemudian menyalakan mesin mobilnya dan membelah Kota Jakarta yang padat menuju Syrena.

Setibanya di sana, Regan berlari menaiki lift dan menekan tombol lantai dimana Syrena berada. Setelah dia keluar, dia mencari pintu milik Syrena dan ketika menekan belnya, Syrena keluar dengan airmata yang memenuhi wajahnya.

"Kamu kenapa?"

Syrena langsung memeluk Regan, tidak menjawab pertanyaannya dan hanya memeluk Regan dengan erat. Regan yang bingung hanya bisa diam dan mencoba membiarkan Syrena tenang.

"Kakak kenapa ngasih tahu Mama di mana aku kerja dan tinggal?"

Regan tidak tahu kenapa Syrena membahas ini, tapi sepertinya terjadi sesuatu antara Syrena dan Kyra.

"Kakak pengin aku pergi?"

Syrena kini melepaskan pelukannya dan membuat mata mereka saling beradu.

"Orangtua kamu cemas, Syrena. Mereka perlu tahu kondisimu."

Terdengar helaan napas Syrena dan gadis itu mulai mengusap wajahnya yang tadi penuh dengan airmata. "Kalian terlalu misterius," ujarnya. "Seolah kalian nyembunyikan sesuatu dariku, ah memang iya."

Kemudian Syrena masuk ke apartemennya dan tidak menutup pintu dengan harapan Regan akan mengikutinya. Dia berjalan ke area dapur dan mengambil air hangatnya supaya emosinya reda karena Kyra tadi.

"Aku tengkar sama Mama," ucap Syrena seraya menyeruput minumannya. "Dan aku nggak akan ke pergi Bandung. Di sini juga Mama pasti udah bikin kerjaanku hilang, tapi aku bisa cari kerja lagi, kok."

Akhirnya Regan memilih masuk dan berusaha untuk berbicara dengan Syrena yang tampak sudah mengalami hari yang berat.

"Aku udah atur jadwal dengan dokter."

"Dokter?" tanya Regan bingung.

Syrena menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku mau ingatanku kembali."

"Syrena, apa yang kamu---"

"Aku dengar ada semacam terapi atau apalah itu yang bisa bikin ingatan kita kembali. Meskipun kemungkinannya kecil, tapi aku pengin ambil---"

"Syrena, apa yang kamu lakukan?!" Regan berteriak dan itu mampu membuat Syrena diam seolah teriakan Regan tidak mengganggunya. "Kamu benar-benar gila."

Saat itu juga Regan melihat senyum Syrena, gadis itu tersenyum seolah ini bukan masalah besar.

"Aku benar, ternyata ada yang kalian sembunyikan. Kak Regan sampai nolak ingatanku kembali." Syrena terus menyesap minumannya dan berjalan mendekati Regan yang emosi.

"Kamu gila, Syrena."

Syrena tersenyum, tapi dari jarak yang dekat ini, Regan bisa melihat jika Syrena menahan kesedihannya.

"Mama bakal ngelakuin apa pun. Dia bakal bikin aku balik ke Bandung atau ke Amerika. Dan Papa, aku tahu Papa nggak akan bisa lawan Mama. Satu-satunya cara yang bisa bikin aku ngelawan Mama adalah ingatan itu."

Regan tidak percaya ini. Dia mengangkat kepalanya memandang langit kamar Syrena dan mengembuskan napasnya kasar. Kemudian kembali menatap Syrena. "Kamu nggak akan bisa dapatin ingatan itu."

"Maksud Kakak apa? Aku baca di internet, katanya dengan hipnotis dan terapi, aku bisa dapatin ingatan yang hilang. Lagipula ingatanku hilang karena kecelakaan, jadi aku yakin bisa ngembaliin itu. Kayak di sinetron dan drama."

Sudut bibir Regan terangkat. Hanya berdasarkan internet dan sinetron, Syrena jadi memiliki kepercayaan seperti ini.

"Kamu nggak akan bisa, karena itu kemauanmu."

Syrena kembali dibuat bingung. Dia meletakkan cangkirnya ke meja dan menatap Regan dengan serius. "Kemauanku?"

Karena kamu yang ingin ingatan ini hilang, Ana.

Regan tidak akan menjawab. Dia melihat jamnya dan dia sudah terlalu lama meninggalkan lokasi shooting. Dia pikir Syrena dalam kondisi yang tidak baik tadi, melihat bahwa ini hanya akal-akalan Syrena saja membuat Regan enggan meneruskan ini semua.

"Kenapa ini jadi kemauanku?"

Tapi sepertinya Syrena enggan membiarkan Regan keluar. Gadis ini akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Regan mengenal Syrena, dan karena apa yang menjadi maunya inilah kejadian beberapa tahun lalu masih menjadi ingatan Regan.

"Sering banget nggak jawab pertanyaanku. Berasa ngomong sama orang bisu."

Regan sekali lagi mengembuskan napasnya dan menggaruk hidungnya yang sedikit gatal, sebelum akhirnya dia berkata, "Ingatan itu nggak akan bisa kamu terima. Jangan lakukan apa  pun, Syrena. Aku mohon diam saja. Tetap jadi Syrena yang nggak tahu apa pun."

"Kakak bilang kayak gini bikin aku makin penasaran."

Ternyata mengatakan ini hanya akan membuatnya serba salah. Regan tidak paham lagi harus mengatakan apa kepada Syrena.

Tanpa pamit untuk pergi, Regan berniat meninggalkan Syrena. Dia mengabaikan segala perkataan Syrena yang tidak masuk akal dan ketika dia keluar dari apartemen Syrena, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Dan pesan itu dari Syrena.

Syrena: kyknya kk ada hubungannya dg ingatanku yg hilang. Nama kk selalu muncul.

Regan mengerutkan keningnya dan menolehkan kepala ke arah pintu apartemen Syrena yang tertutup.

Kemudian pesan selanjutnya datang.

Syrena: kalau itu ingatan yg buruk, aku harap itu gk bikin aku benci sama kk

Regan mengembuskan napasnya lagi. Perlahan ingatan akan kesakitan Syrena dulu muncul di kepalanya. Dia memegang kepalanya dan merasa tersiksa karena ini semua.

Syrena akan membencinya. Ini semua salah Regan. Seandainya saja Regan tidak menyakiti Syrena saat itu, ini semua tidak akan terjadi. Seandainya saja saat itu Regan memeluk Syrena dengan kehangatannya terus-menerus, maka kejadian itu tidak akan terjadi.

Ini salah Regan. Semuanya mengarah kepada Regan. Dia tidak bisa melindungi Syrena dan memberikan trauma mendalam untuk gadis berusia 18 tahun.

***

Ini ada yg bisa nebak kah? Wkwkw

Padahal aku udh kasih petunjuknya😂

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang